Langsung ke konten utama

Buku Vs Baju



Kehilangan buku membuatku lebih sedih daripada kehilangan baju. Baju hilang bisa dibeli dengan model yang lebih bagus. Jika buku hilang tentu bisa dibeli tetapi kenangan dan perjuangan heroik yang ku miliki bersama buku itu tidak akan bisa tergantikan. Aku sisihkan setiap bulan untuk bisa beli buku, minimal satu namun jika keadaan seret ya aku beli koran Kompas atau Tempo dan jika ingin baca koran gratis, caranya datang ke Perpustakaan. Koran Gaung setiap sebulan sekali aku datang membaca beritanya ke kantor. Koleksi koran mungkin sama dengan buku, dan menumpuk di dus. Mamaku pusing, dia pernah bilang ayo jual saja buku dan koran mu biar kamarmu rapi. Tetapi aku bilang "Aku mencintai koran dan buku ini, aku menghargai bagaimana wartawan berjibaku keringat lelah capek dan mengantuk tapi berusaha menyajikan satu berita kepada pembaca, dan harus diketahui juga mereka menulis bukan hanya karena uang tetapi mereka mencintai dan menolong orang dengan karya jurnalistik" kataku saat beres_beres dikontrakan baru. Cita-cita jika punya rumah, aku ingin memiliki perpustakaan sendiri. Aku selalu ingat kata Pram bahwa orang yang menulis akan terus hidup. Dan aku ingin dikenang oleh anak cucu kelak melalui tulisan. Bahkan aku jarang beli baju, koleksi baju kebanyakan karena hadiah yang diberikan oleh orang-orang baik dan ku doakan semuanya panjang umur dan rezekinya berkah. "Mungkin karena aku sering memakai baju yang itu itu saja" ucapku dalam hati sambil tersenyum Bersyukur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...