Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Sosial Emosional Anak Sulit Terbangun Saat PJJ?

  Model P e mbe l a ja ra n Jarak Jauh (PJJ) daring maupun luring menurut para ahli, s a ng a t b e rpot e nsi un t uk men g hi l a n g k a n u n sur - unsur p e mbel a j a r a n sos i a l e mos i on a l pada anak sehingga tuntutan agar belajar seharusnya kembali ke sekolah saat memasuki 6 bulan pandemi Covid 19 semakin menguat dari berbagai kalangan. Menanggapi hal ini, Psikolog RSUD Sumbawa Ilmiyati Zain MPsi (16/9) menyampaikan PJJ berbeda dengan belajar tatap muka di sekolah benar, namun pada dasarnya secara esensinya sama saja. Disebutkan, perlu ditinjau lagi seperti apa bentuk komunikasi antara guru dan anak ketika PJJ, apakah pesan dari guru sampai tidak pada anak, jangan-jangan hanya orangtua saja yang mewakili anaknya berkomunikasi dengan guru tetapi anak tidak dilibatkan secara langsung. Hal Ini tentunya krusial terutama pada pembelajaran anak usia dini atau SD kelas awal, dimana pembelajaran sosial emosional anak sangat mempengaruhi motivasi belajar. Menuru

Teruslah Perkuat Karakter dan Keterampilan Anak Selama BDR

  Memasuki 6 bulan Belajar Dari Rumah (BDR) selama pandemi Covid 19, anak sudah mulai terbisa dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) hingga tingkat stres mulai berkurang, tidak lagi sebesar ketika masih awal diberlakukan. Ini disampaikan Psikolog RSUD Sumbawa Ilmiyati Zain MPsi (16/9). Dikatakan, BDR daring maupun luring tidak memaksa orangtua untuk menggantikan peran guru dan tidak akan bisa juga tergantikan peran gurunya, karena di rumah peran orangtua juga multifungsi. Selain itu, Orangtua semestinya ajari anak bagaimana mencari jawaban, bukan orangtua yang mengisi jawaban. “Kita cukup menjadi pelatih atau motivator saja serta fasilitasi anak selama proses belajar,” katanya. Menurutnya, saat BDR sebenarnya bagaimana perubahan pola belajar anak yang tadinya di sekolah menjadi di rumah. Disebutkan, konsep belajar itu seperti apa tujuannya, misalnya dengan belajar dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan prilaku. Sementara, penambahan pengetahuan diperoleh lebih banyak ole

Tips Menulis Esay, Bagaimana Menyajikan Informasi?

Oleh Arif Susanto  (Pelatih Menulis Esay Sekolah Harmoni Indonesia PSIK) Menulis esei itu berbeda dibandingkan menulis ensiklopedi atau menulis buku teks pelajaran. Pada yang terakhir, tumpukan informasi akan bermanfaat bagi pembaca yang ingin memperbanyak informasi (seperti, Di manakah ibukota Indonesia? Siapakah orang terkuat di dunia?, dst). Namun, itu tidak berarti bahwa esei lebih unggul dari yang lain, atau pun sebaliknya.   Dalam suatu esei, informasi sebagai kumpulan fakta dapat diajukan untuk memperkuat argumen. Misalnya, saya melihat bahwa pendidikan di Indonesia tertinggal dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Pernyataan ini membutuhkan data pendukung untuk membuktikannya. Namun, hal terpenting yang orang cari, pada akhirnya, adalah eksplorasi atas argumen ‘pendidikan Indonesia tertinggal’, yang tidak mungkin dijawab hanya dengan menunjukkan fakta-fakta. Eksplorasi gagasan itu, misalnya, dengan menunjukkan pandangan ahli yang menegaskan, misalnya, bahwa p

Refleksi Kuliah Umum Seri #4 Prof Yudi Latif, Ph.D

  Refleksi Kuliah Umum Seri #4                                                        Selasa, 15 September 2020 Prof Yudi Latif, Ph.D “Mengurai Wawasan Ideologi Pancasila: Visi, Tantangan dan Kritik” Oleh: Susi Gustiana peserta Sekolah Harmoni Indonesia PSIK Sebagai basis moralitas dan haluan kebangsaan kenegaraan, Pancasila memiliki landasan ontologis, epistomologis, dan aksiologis yang kuat. Setiap sila memiliki justifikasi historitas, rasionalitas, dan aktualitasnya, jika dipahami dan diamalkan dapat menopang pencapaian agung peradaban bangsa. Secara ringkas, Yudi Latif (2011) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan kenegaraan menurut alam pancasila, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat vertical transendetal dianggap penting sebagai fundamental etik kehidupan bernegara. Pada kuliah umum seri 4 Prof Yudi Latif menjelaskan, Indonesia bukanlah Negara sekuler yang ekstrim, memisahkan “agama” dengan “Negar

Pandemi dan Meningkatnya Angka Pernikahan Anak di NTB

  “Merarik Kodeq” alias pernikahan dini pelajar pada 12 September 2020 viral di Lombok Tengah mempelai pria 15 tahun dan wanita 12 tahun semakin memperparah daftar pernikahan anak di NTB saat pandemi Covid 19. Merujuk pada data, darurat perkawinan anak di Indonesia sendiri ditunjukkan dengan adanya laporan penelitian mengenai perkawinan anak yang dilakukan oleh Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak (Puskapa) bersama UNICEF, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Laporan yang dikeluarkan pada tahun 2020 itu menyebut bahwa berdasarkan populasi penduduk, Indonesia menempati peringkat ke-10 perkawinan anak tertinggi di dunia. Sedangkan, data Dinas Dikbud NTB menunjukkan, 148 peserta didik jenjang SMA di NTB nikah dini saat pandemi Covid 19 pada tahun 2020. Data ini adalah hasil survei 131 sampel sekolah dengan rincian 17 siswa di Kabupaten Bima, dua siswa di Kota Bima dan Dompu, Sumbawa ada 11 siswa, Sumbawa Barat

Bahagianya Kembali ke Sekolah

Dari perjalanan pulang ke Sumbawa tadi pagi, aku melihat para siswa SD, SMP, SMA di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu berjalan kaki, ada juga yang diantar orangtua dan ada siswa yang mengendarai motor sendiri begitu senang bisa kembali ke sekolah. Ternyata Senin 14 September 2020 adalah hari pertama simulasi pembelajaran tatap muka pada sekolah di wilayah Provinsi NTB, jadwalnya disesuaikan juga dengan kondisi penyebaran Covid 19 berdasarkan zona.  Ada beragam ekspresi, namun lupa mendokumentasi karena terlalu menikmati suasana.  Dalam hati berkecamuk, pembelaanku dengan mengutip kata Trinity "The Naked Traveler" bahwa penulis bisa menceritakan kembali perjalanannya melalui tulisan, jadi nikmati saja. Anda tidak perlu repot cekrak cekrek camera, karena imajinasi tetap akan jalan.  Tetapi dalam Film itu juga si teman Trinity mengatakan, "Hey Trinity, bagi kamu yang jago nulis mungkin tidak apa-apa tidak potret apapun, karena semua tersimpan didalam memory otak

Book Shaming dan Rendahnya Minat Baca

Saat melahap ubi dan jagung rebus ditemani secangkir kopi pagi ini, aku teringat dengan Joseph Brodsky.  Ia adalah peraih Nobel Sastra pada tahun 1987. Ada kata yang menusuk nun kedalam lubuk hati  "Kesalahan terbesar dari membakar buku, salah satunya adalah tidak membacanya" inilah kata fenomenal.   Ayok, mumpung lebih banyak  kesempatan di rumah karena pandemi, jangan lupa luangkan waktu membaca buku bersama keluarga.  Bacalah buku apa saja yang ada, jangan pernah mengatakan buku A jelek dan buku B bagus karena itu karya terbaik sang penulis. Jangan pernah juga  melakukan Book Shaming yaitu mengolok atau mencela buku yang dibaca orang lain, dan menganggap seleranya terlalu rendah.  Kadang tanpa disadari, kita berkata "Kenapa si baca buku itu, loh yang ini lebih bagus" meski hanya merekomendasi tapi dalam hati seseorang pasti tak nyaman. Padahal, book Shaming berpotensi membatasi ruang gerak pada bacaan sehingga orang takut dianggap berselera buruk.  Jadi, baca saj

CATATAN UNTUK LOKAKARYA DARING PENULISAN

LOKAKARYA DARING PENULISAN SEKOLAH HARMONI INDONESIA 2020 PUSAT KAJIAN ISLAM KENEGARAAN (PSIK)   CATATAN UNTUK LOKAKARYA DARING PENULISAN Pelatih : Arif Sutanto MPd   1. Tulisan yang menarik cenderung bertolak dari suatu problem yang juga menarik. Karena itu, penting untuk berangkat dari suatu  problematisasi yang kuat . Problem yang datar hanya akan membuat tulisan Anda menjadi biasa saja. 2. Tulisan bagus selalu  terfokus  dan, apabila mungkin, mendalam. Jika Anda ingin membahas tentang ‘A’, maka tulisan Anda harus konsisten untuk membahas itu. Apa yang selain ‘A’ dibutuhkan hanya dalam kerangka mendukung bahasan tentangnya. 3. Jika tulisan Anda pendek, jangan berambisi untuk mengatakan tentang terlalu banyak hal. Eksplorasi perlu untuk  dibatasi  agar fokus dan kedalaman tulisan terjaga. Pembatasan itu tidak akan membuat Anda tampak bodoh, justru itu menunjukkan Anda konsisten. 4. Tidak ada hal baru di kolong langit. Jadi, jangan berambisi untuk menulis sesuatu yang belum pernah dit