Oleh Arif Susanto
(Pelatih Menulis Esay Sekolah Harmoni Indonesia PSIK)
Menulis
esei itu berbeda dibandingkan menulis ensiklopedi atau menulis buku teks
pelajaran. Pada yang terakhir, tumpukan informasi akan bermanfaat bagi pembaca
yang ingin memperbanyak informasi (seperti, Di manakah ibukota Indonesia?
Siapakah orang terkuat di dunia?, dst). Namun, itu tidak berarti bahwa esei
lebih unggul dari yang lain, atau pun sebaliknya.
Dalam suatu
esei, informasi sebagai kumpulan fakta dapat diajukan untuk memperkuat argumen.
Misalnya, saya melihat bahwa pendidikan di Indonesia tertinggal dibandingkan
negara-negara Asia Tenggara lainnya. Pernyataan ini membutuhkan data pendukung
untuk membuktikannya. Namun, hal terpenting yang orang cari, pada akhirnya,
adalah eksplorasi atas argumen ‘pendidikan Indonesia tertinggal’, yang tidak
mungkin dijawab hanya dengan menunjukkan fakta-fakta. Eksplorasi gagasan itu,
misalnya, dengan menunjukkan pandangan ahli yang menegaskan, misalnya, bahwa
pendidikan itu bukan semata tentang nilai matematika yang tinggi, atau yang
lainnya.
Jadi, esei
tidak sekadar menumpuk informasi, melainkan menggunakannya untuk mendukung
argumen. Namun, pergulatan argumen (termasuk dengan mengajukan pandangan pro
atau kontra) akan memberi energi pada suatu esei sehingga ia menarik untuk
dibaca.
Komentar
Posting Komentar