Resensi By: Susi Gustiana
Betapa bahagia mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.
Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diundang pada acara hajatan. Setiap ada orang Badia pasti akan dikerumuni agar bisa mendengar cerita klasik Sumbawa.
Penulis mengangkat lawas lalui Dia dan lala jinis menjadi sebuah novel dilatar belakangi oleh tanggung jawab moral untuk menggali dan memelihara, memupuk rasa cinta terhadap kebudayaan daerah. Tahun 1955 awal mula penulis mendengar kisah ini yang diceritakan oleh kakek buyutnya Dea Rea Lalu Baijing Rayes. Cerita ini juga pernah ditayangkan dalam sandiwara radio khusus pemerintah daerah (RKPD) Kabupaten Sumbawa tahun 1970/1980 dan pernah dipentaskan oleh teater Sebra sutradara mualim kerjan rayes di gedung layar tancap (bioskop) alas. Cerita Lalu Dia dan Lala Jinis juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Ernawati Literary Foundation Yogyakarta (ELF). ELF menilai dongeng ini bisa jadi kajian bahan bacaan masyarakat lokal maupun internasional.
Lalu dia lahir di negeri alas sekarang kecamatan alas kabupaten Sumbawa sedangkan lala jinis lahir di seran sekarang kecamatan sateluk kabupaten Sumbawa Barat. Tebal buku ini ada 75 halaman dengan penerbit ombak Yogyakarta tahun 2015 disajikan dalam bentuk novel dengan sepuluh bagian cerita. Salah satu penggalan lawas/puisi lalu dia pada bagian satu buku ini sangat terkenal dan ada pula dalam syair lagu daerah Sumbawa. Sang penulis juga menerjemahkan syair lawas ini ke dalam bahasa Indonesia sehingga setiap pembaca meski tidak tahu bahasa Sumbawa bisa memahami dan mendalami alur ceritanya.
Lawas
dari lalu dia:
Long Lolo Lian ke yandi (batang lian kah
dikau sayang)
Jina tu saling sasaket (Betapa kita pendam
derita)
Rela yandi nanpo dadi (menyatu dalam
keiklasan dinda)
Lawas
dari lala jinis
Parana Kakak ai let (Diri Kanda bagai
samudera)
Aku dadi umak sisi (dakulah ombak penjilat
pantai)
Saling asi tanang terang (menyatu dalam
cinta kasih dan sayang)
Lalu dia adalah seorang pangeran, tampan, dan mahir bela diri. Dibawah kepemimpinannya setelah sang ayah (datu) mangkat, lalu dia bisa membawa kedatuan alas menjadi daerah makmur, aman dan bahagia. Kedatuan Alas adalah kerajaan kecil dibawah kekuasaan kerajaan Sumbawa kala itu. Kegemaran memelihara ayam jago juga menjadi kegemaran Lalu Dia karena pada masa itu sedang ngehits.
Ayam lalu dia diberi nama putri malino. Sampai saat ini setiap hari minggu di wilayah bagian alas dan alas barat masih ada permainan sabung ayam atau barapan ayam ini. Adalah puntuk teman juga pengawal lalu dia juga seorang pemuda yang berani dan jago.
Ketika tersiar berita tentang pernikahan Ranpangantan dengan lala jinis putri datu seran, lalu dia berencana untuk datang ngayo (bertamu) ikut meramaikan kegiatan menjelang hari pernikahan. Sebelum pergi ke kedatuan seran sang adik lalu dia yakni lala ike memperingatkan kakaknya bahwa hati-hati dengan gadis seran karena mereka cantik-cantik namun banyak yang bilang mereka licik dan sombong.
Pernikahan lala jinis dan ranpangantan tidak berdasar cinta, tapi dijodohkan oleh orang tua. Ketampanan lalu dia memang diakui oleh banyak perempuan di kedatuan alas maupun dikedatuan seran, namun lala jinis belum pernah melihatnya karena dipingit didalam istana. Lala jinis terkenal kecantikannya bahkan diabadikan dalam syair lagu rakyat:
Barungan balong lala jinis, batata bulan
setangal (terkenal cantik lala jinis berdahi bagai bulan sabit)
Permainan
sepakraga dan sabung ayam sebagai tradisi adat sebelum acara pernikahan,
mengawali tatapan mata lalu dia dan lala jinis, saat diarena keduanya membatin
ingin memadu kasih. Lalu dia yakin sebelum janur kuning melengkung dirinya masih
mempunyai kesempatan merebut hati lala jinis. Tim kedatuan alas tidak tinggal
di rumah penduduk, namun membuat pemondokan di tiu kalamung sehingga mengusik
ranpangantan dan para pasukannya. Mereka lalu mengajak lalu dia dan pasukannya
dari kedatuan (kerajaan) alas untuk bertarung dengan taruhan sesuai kemampuan
dari pasukan lalu dia. Tim Lalu Dia membuat strategi jitu bagaimana merebut hati masyarakat kedatuan seran, esok tim dari alas akan turun ke arena dengan iringan gong genang.
Dari arena sepak raga dan sabung ayam tim lalu dia menang telak dari tim ranpangantan, hal itu membuat penduduk seran simpati dengan lalu dia dari kedatuan alas. Sesuai perjanjian, hasil taruhan diserahkan kepada lala jinis sebagai bentuk sumbangan untuk acara perkawinannya. Sebelum pulang ke alas, lalu dia dan lala jinis sempat bertemu di danau kalamung untuk mengikat janji cinta. Bahwa lala jinis siap ikut bersama lalu pulang ke alas, namun rencana itu gagal.
Diakhir kisah, lala jinis sempat membuat lalu dia marah karena mengingkari janji, hingga lalu dia dan puntuk pulang ke alas dengan kemarahan. Namun, pada suatu malam lala jinis dattang ke kedatuan alas melarikan diri bersama oneng kekasih puntuk pengawal lalu dia.
Mereka tidak mau
lagi pulang ke kedatuan seran, saat ranpangantan datang menjemput mereka dengan
pasukan dengan bijak lalu dia tidak ingin ada pertumpahan darah dan mengajak
ranpangantan tanding sepak raga berdua yang kalah harus mau menuruti permintaan
yang menang, namun lalu dia tetap menang, dan ranpangantan merelakan lala jinis
untuk dinikahi lalu dia, namun ranpangantan jatuh hati pada lala ike adik lalu
dia dan keduanya menikah setelah lalu dia dan lala jinis menikah terlebih
dahulu. Begitu pula puntuk dan oneng juga berakhir dipelaminan. Semua tokoh
dalam kisah ini akhirnya menikah dan hidup bahagia di kedatuan alas dan
kedatuan seran.
Kelebihan dari buku dongeng ini adalah simple dan mudah dipahami sehingga hanya perlu waktu paling lama 30 menit untuk menamatkan ceritanya. Penulis berhasil menyusun tatanan bahasa yang lugas, tidak kaku dan bergenre modern layaknya novel romance yang lagi digandrungi anak muda. Oleh karena itu, buku ini bisa dibaca dari kalangan remaja hingga orang dewasa. Kelemahan buku ini hanya memakai satu alur cerita yakni alur maju sehingga pembaca tidak bisa mengetahui kisah lebih dalam tentang kedatuan alas yang konon dalam kisahnya memiliki pasukan yang tangguh dan tak terkalahkan tersebut.
Buku ini diperkaya dengan mainstream puisi/lawas bernuansa religius, ada 23 lawas yang mengisahkan lalu dia dan lala jinis serta ada glosarium yang menjelaskan arti kata dalam bahasa sumbawa diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Tokoh terkenal turut memberikan testimoni tentang beragam karya bapak Dinullah Rayes ini diantaranya Prof Din Samsuddin, Fahri Hamzah dan Dr Zulkieflimansyah sebagai tokoh nasional asal Sumbawa dan tokoh penulis/penyair dan wartawan juga ikut memberikan testimoninya.
Glosarium
1. Kedatuan adalah pemerintahan dibawah kuasa kerajaan.
2. Ngayo (bahasa Samawa=ikut meramaikan meski tak diundang)
3. Tiu Kalamung (Tiu bahasa sumbawa artinya lubuk dan ada permandian sungai, dan kalamung itu artinya tirai)
4. Gong Genang adalah alat musik tradisional.
Komentar
Posting Komentar