Langsung ke konten utama

Kisah Anas Bin Malik dan Rasululllah


Bertahun-tahun melayani Nabi Muhammad, ujar Anas bin Malik, belum pernah ia mendapati kata-kata kasar keluar dari mulut majikannya itu. Bahkan, muka yang masam tak pernah ditunjukkan kepadanya, apalagi memukul. Muhammad memperlakukan pembantunya, Anas, dengan lemah lembut. 
Aisyah menjadi saksi. Menurut dia, Rasulullah tak pernah memukul dengan tangannya sama sekali, kecuali ketika berjihad di jalan Allah. "Beliau pun tak pernah memukul pembantu dan perempuan," ujarnya dalam hadis yang diriwayatkan Muslim.
Kisah manis pembantu Muhammad pun berlanjut. Anas menuturkan, ketika ia tak sepenuhnya mampu mengerjakan apa yang diminta, junjungannya itu mau memakluminya. Pernah saudaranya memarahi Anas dan diketahui Muhammad. Lalu, Muhammad akan segera membela Anas.
"Biarkan dia. Seandainya mampu, dia tentu akan mengerjakannya," ujar suami Khadijah ini seperti diuraikan dalam buku Manajemen Cinta Sang Nabi karya Sopian Muhammad.
Suatu hari, ungkap Anas, ia diminta untuk menyelesaikan sebuah urusan. Namun, ia melakukan kekhilafan. Anas malah bermain-main di pasar bersama sejumlah anak. Tiba-tiba, majikannya yang mulia itu muncul dan memegang bajunya dari belakang. Anas melihat wajah Muhammad. Bukan amarah yang terlihat, melainkan senyum yang menghias bibirnya.
Dengan lembut, Muhammad berkata, "Anas pergilah ke tempat yang aku perintahkan." Uqbah bin Amir Juhani, pembantu lainnya, juga merasakan kelemahlembutan putra Abdullah tersebut. Meski hanya berstatus sebagai pembantu rumah tangga, Rasul tak menginginkan Uqbah menderita.
Menurut Uqbah, dalam sebuah perjalanan, Rasul meminta dirinya untuk bergantian menunggangi keledai yang dijadikan kendaraan. Sebab, ia tak ingin Uqbah kelelahan berjalan kaki. Sopian Muhammad mengatakan, Rasul bukan sekadar seorang majikan bagi pembantunya.
Beliau, ujar dia, adalah sosok teladan yang ditiru oleh pembantu yang ikut dengannya. Abu Hurairah mengatakan, tak seorang pun shalatnya mirip Rasulullah, kecuali putra Ummu Sulaim, yaitu Annas bin Malik. Tsaubah, salah seorang pembantu Rasul, sangat jatuh cinta kepadanya.
Ia mengadu kepada Rasul bahwa ia merasa hampa jika tak bersamanya. Ia khawatir jika di akhirat kelak tak bertemu. Tak lama setelah penuturan Tsaubah, turun wahyu Allah yang menyatakan bahwa siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama orang-orang yang diberi nikmat Allah. Yaitu para nabi, shidiqqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh.
Shaleh Ahmad asy-Syaami dalam bukunya, Berakhlak dan Beradab Mulia, menegaskan juga agar berlaku baik terhadap pembantu rumah tangga. Ia mencontohkan dengan berkata-kata yang baik kepada mereka. Sebab, bagaimanapun pembantu adalah manusia. Di sisi lain, kata dia, pembantu juga memberikan rasa hormat. Dengan demikian, ada timbal balik. Seseorang sebaiknya tak memanggil pembantunya dengan panggilan buruk.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...