Langsung ke konten utama

“ Macdonalisasi Batu Gong Sebagai Destinasi Pariwisata Mampis Rungan “


Suatu kebanggaan ketika saya menyaksikan anugerah tuhan yang dilimpahkan pada sebuah pulau yang diberi nama Sumbawa. Pulau ini memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar dengan posisi geostrategis yang berada pada jalur lalu lintas perdagangan Surabaya-Nusa Tenggara Timur.Bahkan rasa bangga saya pun menjadi “tau samawa” (orang Sumbawa asli ) semakin menyeruak ketika  Kabupaten Sumbawa masuk dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor V, yang meliputi Bali dan Nusa Tenggara dan itu berarti pemerintah pusat sudah mulai melirik segala potensi sumber daya yang dimiliki oleh kabupaten Sumbawa.Koridor ini kemudian difokuskan dalam pengembangan sektor Pariwisata, Ketahanan Pangan, Peternakan dan Perikanan.Sejalan dengan RIPPARNAS (Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional), Kabupaten Sumbawa juga termasuk dalam prioritas pengembangan Destinasi Pariwisata.Maka dengan  Adanya potensi-potensi tersebut,baik potensi sumber daya alam dan penguatan-penguatan sumber daya manusia yang ada,kiranya menjadikan  bargaining position “ tau samawa “ semakin kuat dalam memasuki kancah kompetitif dan berdaya saing.Sudah saatnya semua Stakeholder terbangun dari buaian mimpi panjangnya untuk bersiap-siap mengambil posisi di garda depan arus kompetisi global.
Kejelihan  pemerintah daerah untuk mengemas skenario kebijakan pariwisata saat ini mutlak diperlukan mengingat objek wisata sumbawa belum terintegrasi dengan baik.Oleh karena itu semua elemen harus ikut andil dalam upaya menjual keunggulan destinasi pariwisata Sumbawa.Dengan mengutip pernyataan dari wakil gubernur NTB bapak Badrul Munir,S.T.,M.M pada acara Diskusi Terbatas Membedah Pariwisata Sumbawa “Jikalau kita berbicara tentang pariwisata adalah sepandai-pandainya  daerah menjual keunikan.“Seperti  pantai, unggulannya apa? Kita bicara pantai Saliper Ate, apa uniknya ? Bukan dari sisi banyaknya kita memiliki Sumber Daya Alam (SDA). Demikian pula budaya, apa uniknya? Kita punya keunikan barapan kebo dan main jaran, lalu kapan diselenggakan? Karena kita mau jualan, maka hal-hal seperti itu harus jelas “.  
Hal itulah kemudian menjadi salah satu alasan kenapa pariwisata Sumbawa tertinggal selangkah dari tetangga terdekatnya,yaitu pulau Lombok dan pulau Bali. Seandainya saja implementasi perencanaan yang telah ditetapkan dapat terealisasikan dengan baik dilapangan maka bukan tidak mungkin di masa yang akan datang pariwisata Sumbawa bisa menjadi primadona pariwisata nasional maupun internasional.Sebut saja, salah satu  contoh destinasi pariwisata sumbawa yang sudah mendunia yaitu pulau Moyo yang mendapat julukan sebagai “Surganya pariwisata Sumbawa”. Di sisi lain kabupaten Sumbawa juga memiliki objek wisata yang tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan objek wisata lainnya,andaikan objek wisata ini mau dikelola oleh pemerintah dengan penanganan yang luar biasa pasti akan mendatangkan output PAD yang tidak sedikit bagi Pemda.Salah satu objek wisata yang paling potensial untuk dikembangkan  itu  adalah Batu Gong. Objek wisata ini juga didukung oleh letaknya yang sangat strategis yaitu berada dipintu gerbang masuk ke Kota Sumbawa.
Batu Gong merupakan pantai yang sangat indah dengan beribu macam pesona keindahan bawah laut,sebut saja seperti batu Karang berwarna –warni,Ikan, ikan hias , serta biota laut lainnya.Sajian keindahan alam tersebut, seharusnya menjadi pertimbangan tersendiri bagi pemerintah kabupaten (Pemkab) Sumbawa agar segera memperbaiki sarana dan prasarana pendukung, misalnya dibangunnya balai-balai yang lebih banyak dan bagus, ditanamnya pohon-pohon, agar  suasana pantai semakin sejuk dan nyaman.Berdasarkan data yang saya peroleh dari salah satu media lokal bahwa banyak pengunjung yang mengeluhkan kondisi  balai-balai dan panasnya matahari yang sangat menyengat dikulit ketika berkunjug ke pantai ini.
Kabar ini pun mendapat respon dari Pemkab bahwa dalam waktu dekat wajah pantai batu gong akan diperindah dengan memproyekkan pembenahana fasilitas obyek wisata, termasuk Gazebo milik pemerintah yang ada saat ini.Potensi wisata alam yang mempesona ini seharusnya diiringi dengan pola pemberdayaan masyarakat sekitar  karena jikalau kita melihat secara kasat mata partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata batu gong belum terlihat maksimal padahal ada banyak potensi yang bisa mendatangkan keuntungan bagi masyarakat kecil dan menengah yang mau membuka lahan usahanya disekitar area wisata tersebut.Sudah sepantasnya hal ini bisa  membuat Pemkab peka terhadap kebutuhan dasar masyarakat disekitar salah satu obyek wisata  penghasil PAD ini. Jangan sampai karena ketidakberpihakan pemerintah, kemandirian dan kemauan masyarakat sekitar untuk memajukan obyek wisata Pantai Batu Gong ekspektasinya menjadi menurun.Hal itu tentunya selain mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, juga mempengaruhi pundi-pundi PAD Pemkab kedepannya.
Perasaan pesimis saya kembali berada dipintu nadir ketika melihat kelestarian serta keindahan Pantai Batu Gong hari ini yang sudah mulai nampak dan semakin jelas dengan keberadaan Pengusaha warung makan,minuman dan musik yang konon katanya di sebut sebagai ”CAFE ” yang sudah mulai menjamur dibangun di bibir pantai tanpa kendali dan mungkin juga tanpa ijin mendirikan bangunan( IMB ).Apabila ditelusuri lebih jauh sebenarnya cafe yang berada disekitar pantai batu gong itu sangat tidak layak disebut sebagai cafe karena bangunan remang-remang itu sangat jauh dari standar cafe yang sebenarnya. jadi itu bukan Cafe namun persis dengan layanan atau jasa yg di tawarkan di warung remang-remang di pulau Jawa pada umumnya.
Dari hari ke hari adat sopan santun dan tata krama serta budaya religi islami yg sangat kental di Tana samawa sudah mulai terkikis bahkan terpuruk dengan berkembangnya warung remang-remang dipantai Batu Gong.Andaikata pemerintah mau melihat dengan hati nurani sebenarnya tidak ada urgensi kebutuhan hiburan masyarakat tana samawa dengan keberadaan bangunan (cafe ) tersebut sehingga kita tidak harus melegalkan tempat tersebut dengan segala macam cara. Alasan kurang hiburan dan tempat rekreasi selalu di angkat oleh para oknum yang ingin merusak generasi muda dan tua di tana samawa ini dan itu merupakan fenomena yang sangatlah berbahaya. Masih banyak hal-hal yang positif untuk membuat hiburan di tanah samawa ini dengan mengintesifkan kinerja Dinas Kebudayaan,Olahraga dan Pariwisata.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa masyarakat tanah samawa pada umumnya sangat suka berolahraga.Maka dari itu buatlah event-event olahraga pantai dengan pesertanya mewakili seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Sumbawa.Misalkan kita mengambil contoh di pantai Seliper dengan permainan yang dipertandingkan seperti Volley pantai, Sepak Bola pantai, sepak takraw, lomba dayung sampan dan lain-lain. Kalau masyarakat yang suka musik buat event musik mingguan untuk semua kalangan yang diisi oleh musisi lokal supaya bisa mengangkat kembali lagu-lagu daerah sumbawa sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke sumbawa.Kemudian Masukan semua kegiatan ini dalam kalender event tahunan dinas kebudayaan dan pariwisata sehingga dalam hal ini pemerintah akan mampu mengcover semua kebutuhan hiburan masyarakat.
Penggusuran warung remang-remang di pantai Batu Gong ke teluk saleh atau ke tanjung menangis mungkin bukanlah solusi yang terbaik bagi semua pihak karena untuk melakukannya sudah barang tentu membutuhkan anggaran yang tidak sedikit dan kalau pemerintah sampai melakukan penggusuran tersebut maka akan sama saja pemerintah melegalkan kota dosa (lokalisasi prostitusi ).Jikalau kita mengibaratkan polemik ini,sama seperti nasi yang sudah terlanjur menjadi bubur korelasinya adalah bahwa bangunan itu sudah berdiri dan entah salah siapa sehingga kita tidak perlu mencari siapa kambing hitamnya.
Kearifan lokal sumbawa sebenarnya mempunyai ciri khas yang dapat menjadi nilai jual,pernahkah kita menyadari bahwa kuliner dan jajanan khas sumbawa itu rasanya sangat unik dan membuat lidah kita menari-nari setiap kita menyicipinya.Dan entah kenapa dari hari kehari panganan khas sumbawa itu sudah mulai sulit diperoleh dipasaran,sungguh ironis apabila satu atau dua tahun kedepan kuliner tersebut menjadi punah karena generasi mudah Sumbawa yang tidak bisa melestarikan dan menjaga kekayaan budaya sendiri. Andaikata produk khas daerah Sumbawa ini dapat dikelola dengan baik oleh semua pihak maka tentu saja hal itu menjadi daya tarik bagi destinasi pariwisata sumbawa dikawasan pantai batu gong dan kedepannya juga bisa dikembangkan menjadi pusat cindra mata khas tana Samawa.Dalam hal ini apabila kita mengacu pada kebijakan pemerintah daerah bahwa pada Juni 2012 lalu pemanfaatan lokasi kawasan Kafe Batu Gong dijadikan sebagai  tempat wisata keluarga dan wisata kuliner berdasarkan peraturan bupati No 11 tahun 2012.Kemudian yang menjadi persoalan kita bersama hari ini adalah apakah kebijakan tersebut sudah berjalan sebaimana mestinya ataukah hanya sebagai tameng pemerintah untuk menutupi kebusukan mereka sendiri karena pada kenyataannya pemda masih setengah hati untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut secara komprehensif.
Bahkan Realita hari ini membuktikan bahwa aktifitas warung remang-remang atau cafe tersebut masih sama seperti biasanya.Setiap pengunjung yang datang dengan tujuan melepas kepenatan biasanya memanfaatkan minuman keras untuk  bermabuk-mabukan dan entah minuman keras itu memiliki ijin atau tidak,ada pula oknum-oknum yang melegalkan transaksi jual beli perempuan ( human trafiking ),kemudian ada juga mereka yang asyik mendengarkan musik sambil mepaskan syahwat dengan wanita penghibur yang siap untuk menemani pelanggan/pengunjung hingga terlelap dikamar tidur yang telah disediakan oleh warung remang-remang tersebut.Ironisnya hal ini masih menjadi PR pemerintah daerah sumbawa sampai saat ini karena permasalahan tersebut belum mampu ditertibkan dengan baik.
Dalam  pengelolaan  kawasan destinasi pariwisata, ada tiga  hal  yang  harus  diperhatikan oleh semua stakeholder yaitu perencanaan,  pelaksanaan  dan  pengendalian  pelaksanaan. Meskipun  dalam  RTRW Provinsi  NTB dan kabupaten Sumbawa kemudian  RDTR  telah  dicantumkan  arah  perencanaan  Batu Gong  sebagai kawasan wisata, namun dalam  pelaksanaannya ternyata tidak sesuai dengan rencana yang  telah  ditentukan,  dan  dalam  pengendaliannya  masih  perlu  ketegasan.Berdasarkan  teori  pengelolaan  kawasan,  terdapat  13 indikator  dalam  keberhasilan pengelolaan  kawasan.  Faktor-faktor  tersebut  adalah  partisipasi  masyarakat,kelembagaan,  infrastruktur,  keterlibatan  swasta,  transportasi, sumber daya  manusia,peraturan  dan  kebijakan,  pengelolaan  lahan,  peluang  pekerjaan,  kemitraan masyarakat, pemerintah dan swasta, finansial/keuangan, dan manajemen promosi.Namun dari 13 tersebut belum mampu dipenuhi dengan baik oleh semua pihak.Sebagai bahan pembelajaran bagi Pemda bahwa dalam pengelolaan destinasi pariwisata itu harus di buat instrumen hukum dan sanksi yang jelas bagi para pihak yang mengingkari kesepakatan agar suatu saat nanti kita tidak jatuh dilubang yang sama.
Dibalik sekelumit permasalahan yang terjadi dikawasan wisata pantai batu gong,pemerintah dalam hal ini harus segera mengambil tindakan untuk menertibkan ijin usaha yang diberikan pada pengusaha warung remang-remang tersebut.Urgensi transformasi kawasan wisata pantai batu gong hari ini harus segera diimplementasikan oleh pemerintah daerah dan semua pemangku kepentingan.Kemudahan  yang  difasilitasi  oleh  otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah dapat menyusun strategi  terbaik  untuk  memajukan  sektor  pariwisata Sumbawa kedepannya.
Urgensi Destinasi Pariwisata Di Era Otonomi Daerah
Masih ingatkah kita ketika tahun 1998 orde baru runtuh karena pergolakan demonstrasi dari semua elemen masyarakat yang terjadi hampir diseluruh wilayah republik indonesia.Ada berbagai tuntutan masyarakat ketika itu dan salah satunya menuntut yang namanya otonomi daerah.Sebagai jawaban atas keresahan masyarakat akhirnya pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan formulasi UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah sekaligus mengubah sistem pemerintahan indonesia dari sentralisasi ke desentralisasi. Setelah diberlakukannya otonomi daerah semua pejabat publik daerah berlomba-lomba untuk mempromosikan pariwisata daerahnya dengan berbagai macam cara bahkan tak heran semua stasiun televisi baik lokal,nasional maupun internasional tidak pernah kehabisan ulasan untuk menguak berbagai macam potensi pariwisata yang ada diseluruh daerah di Indonesia.Berdasarkan hasil studi pustaka dan pencarian informasi melalui narasumber kompeten yang penulis temukan bahwa otonomi daerah cukup berperan penting dalam pengembangan potensi daerah terutama sektor pariwisata.
Salah satu karakteristik otonomi daerah adalah unit-unit pemerintah bersifat otonom,mandiri dan jelas-jelas sebagai unit pemerintahan bertingkat yang terpisah dari pemerintahan pusat.Jadi Pusat hanya memiliki otoritas untuk mengontrol sedikit atau tidak ada kontrol langsung oleh pusat terhadap unit-unit tersebut.Maka pemerintah daerah dalam hal ini bebas merencanakan yang terbaik untuk daerahnya.
 Sadar atau tidak di era glabalisasi ini sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam urat nadi perekoniman suatu daerah. Pariwisata sebenarnya merupakan suatu kegiatan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Dalam bentuknya yang sederhana pariwisata dahulu dikenal sebagai “bertamasya”, akan tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka bentuk kegiatan pariwisata berkembang menjadi suatu kegiatan yang bersifat lebih luas.
Berbicara mengenai destinasi pariwisata menurut Albie Legawa adalah suatu entitas yang mencakup wilayah geografis tertentu yang didalamnya terdapat komponen produk pariwisata (attraction, amenities, accebilities) dan layanan, serta unsur pendukung lainnya (masyarakat, pelaku industri pariwisata, dan institusi pengembang) yang membentuk sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi kunjungan serta totalitas pengalaman kunjungan bagi wisatawan.
Adanya Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional dimana Kabupaten Sumbawa masuk dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor V, bersama tetangga terdekatnya Bali,Lombok dan NTT yang difokuskan dalam pengembangan sektor Pariwisata.sudah barang tentu ini merupakan peluang emas sekaligus menjadi cambuk pembangkit semangat bagi pemerintah daerah Sumbawa agar tetap survive untuk memajukan destinasi pariwisata daerah dikanca nasional maupun internasional.
            Mendiskursuskan masalah kepariwisataan sumbawa sekarang ini dengan berbagai program yang diluncurkan oleh pemerintah provinsi  maka pemerintah daerah ditutut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam mengemas dan mempromosikan destinasi pariwisata Sumbawa sehingga untuk mendukung program tersebut Dinas Kebudayaan,Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa meluncurkan program “ Go Sumbawa 2012“ yang dirangkaikan dengan festival Moyo.Namun dibalik Euporia program Visit Lombok – Sumbawa 2012 ada distorsi yang dilupakan oleh pemerintah daerah provinsi  dimana terjadi kesenjangan yang luar biasa antara Porsi pembangunan pariwisata di pulau Lombok dengan pulau Sumbawa, faktanya beberapa obyek wisata di Sumbawa masih dalam keadaan buruk dengan daya dukung fasilitas yang masih kurang.
Kemudian,apakah kita perna menganalisis bagaimana asumsi atau penilaian para wisatawan yang datang berkunjung ke Sumbawa ketika festival Moyo itu berlangsung ?? Karena pada akhirnya hari ini kita telah mempermalukan diri kita sendiri,dengan kesiapan sarana dan prasarana kita yang masih minim penataan destinasi pariwisata yang masih jauh dari standar Master Plan Nasional lalu kejadian ini dapat kita ibaratkan dengan seorang pemilik rumah yang tidak punya beras untuk memasak nasi sementara ada tamu yang  datang berkunjung kerumahnya dalam kondisi yang sangat lapar.Mudah-mudahan hal ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua Stakeholder bahwa mekanisme perencanaan awal itu harus sistemik dengan analisis yang mendalam.
 Mandeknya Perencanaan Dalam Proses Pencarian Jati Diri Batu Gong
Sebelum membuat strategi untuk mengembangkan sesuatu menjadi daya tarik, sebuah   rencana   akan   dilakukan   sebagai   langkah   awal   dalam   membangun. Perencanaan   ini   akan   dipakai   sebagai   pedoman   dalam   proses pembangunan destinasi pariwisata dan mengembangkan daerah tersebut dalam mencapai tujuannya. Untuk itu, pemahaman tentang perencanaan akan dibahas  terlebih dahulu sebelum melangkah ke konsep strategi pengembangan.
Apabila kita ingin mengembangkan batu gong sebagai destinasi wisata unggulan daerah maka kita harus pula memperhatikan segala pertimbangan berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh suatu objek wisata.Berkenaan dengan itu menurut Yoeti (2008b: 48-49), ada beberapa aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata yaitu sebagai berikut.
a. Wisatawan : terlebih dahulu harus diketahui karakteristik wisatawan
yang diharapkan datang berkunjung .Apabila saya menganalisa point ini kabupaten sumbawa masih mandek dalam perencanaan wisatawan,apa langka-langka yang dilakukan agar para wisatawan jatuh cinta dengan keunikan yang dimiliki objek wisata tersebut. 
b. Transportasi : mengetahui   bagaimana   kondisi   sarana   dan   prasarana transportasi dari dan ke daerah tujuan wisata.
c. Atraksi/ Objek Wisata – apakah sudah memenuhi tiga syarat, yaitu something to see, something to do, dan something to buy.
d. Fasilitas  Pelayanan –  apakah  sudah fasilitas  pelayanan menunjang kegiatan   kepariwisataan,   seperti   akomodasi,   restoran,   pelayanan   umum,   dan sebagainya.
e. Informasi  dan Promosi  – bagaimanakah penyebaran informasi  dan bentuk  promosi   yang   bagaimana   yang   sesuai   untuk  mempromosikan   daerah Setelah  mengetahui   aspek-aspek  perencanaan,   menurut   Paturusi   (2005:  10),
harus juga diketahui syarat-syarat dari sebuah perencanaan yaitu sebagai berikut.
a. Logis,   yaitu  bisa   dimengerti   dan   sesuai   dengan  kenyataan   yang berlaku.
b. Luwes, yaitu dapat mengikuti perkembangan.
c. Objektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan sasaran yang  dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah.Dan orientasi perencanaan tersebut ada dua bentuk yaitu
1. Perencanaan   berdasarkan   kecenderungan   yang   ada   (trend oriented planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di masa yang akan datang dilandasai oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan berkembang saat ini.
2. Perencanaan  berdasarkan  pertimbangan  target   (target  oriented planning) yaitu suatu perencanaan di mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai Lebih lanjut lagi, perencanaan pariwisata menurut Paturusi (2005: 26) adalah,
“…   suatu   proses   pembuatan  keputusan   yang   berkaitan   dengan masa   depan  suatu   destinasi   atau  atraksi   wisata.   Ini  merupakan suatu   proses   dinamis   dalam   penentuan   tujuan,   yang   secara bersistem  mempertimbangkan  berbagai  alternatif  tindakan  untuk mencapai tujuan serta implementasinya terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses  perencanaan mempertimbangkan lingkungan (politik, fisik, sosial, dan ekonomi)  sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan yang lainnya”.
            Pernahkah kita berpikir mengapa pemerintah perlu menyiapkan instrumen rencana-rencana dalam proses destinasi pariwisata? karena “Pemerintah itu baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pariwisata karena dalam pengembangannya terdapat kemungkinan untuk menciptakan lapangan kerja serta menghasilkan pendapatan. Oleh sebab itu, pariwisata berpotensi untuk memberikan kontribusi dan meningkatkan perekonomian nasional dan daerah.” Tourism is subject to direct and indirect government intervention often because of its employment and income producing possibilities and therefore its potential to diversify and contribute to national and regional economies” (Hall, 2000:18).Pertanyaan yang mungkin pula nyangkut dipikiran kita bahwa kenapa industri pariwisata itu selalu diintervensi oleh pemerintah baik pusat maupun daerah??karena pemerintah sebagai penggerak pembangunan tentunya mempunyai peran diberbagai sektor strategis dalam upaya memberikan pelayan publik kepada masyarakat.
Ada beberapa alasan berkenaan dengan intervensi pemerintah dibidang pariwisata yaitu alasan politik,ekonomi,pengelolaan sumber daya,koordinasi lintas sektoral dan alasan yang paling urgen yaitu untuk mengantisipasi Kegagalan Pemasaran karena Industri pariwisata biasanya mengejar pasar yang sifatnya jangka pendek dan berfokus pada mencari keuntungan maka mereka para pengusaha yang menanamkan modalnya di kawasan destinasi pariwisata terkadang mengabaikan analisis lingkungan (AMDAL) oleh karena itu pemerintah harus mengintervensi dengan segala macam bentuk formulasi regulasi agar  dampak yang ditimbulkan oleh berbagai macam limbah kegiatan pariwisata tidak akan merugikan semua pihak. Akan tetapi yang namanya manusia apabila telah memegang tombak kekuasaan cenderung berprilaku seperti dinosaurus yang siap menyantap apa saja yang ada didepan matanya.Bahkan sering kita menyaksikan pementasan drama yang dipertontonkan oleh para aktor politik dinegeri ini,bahkan melegalkan segala bentuk KKN dan wajar saja jikalau saya mengibaratkan pemimpin kita hari ini sama seperti teori yang dikemukan oleh Machiavelli bahwa seseorang akan menghalalkan segala cara untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan.
Sebagai langkah awal penataan wilayah Batu Gong pemerintah daerah Sumbawa mengeluarkan peraturan Bupati No. 11 tahun 2012 bahwa kawasan ini dijadikan objek wisata keluarga dan wisata kuliner. Setelah saya mengorek informasi dari Umar Idris selaku Asisten I Bupati maka pencanangan selanjutnya dikawasan batu gong akan dilakukan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pengajian dan hiburan rakyat, termasuk melakukan upaya persuasive kepada pengusaha café agar dapat menyesuaikan bentuk bangunannya seperti dalam ketentuan Perbup tersebut.Akan tetapi menurut saya karena pariwisata itu selalu berorientasi pada keunikan maka bangunan cafe itu harus direnovasi seperti rumah adat khas tana samawa supaya image negatif terhadap cafe tersebut bisa hilang dari mainset masyrakat maupun wisatawan yang akan berkunjung nantinya.Selanjutnya, instansi terkait mulai melakukan rencana kerja sesuai tupoksinya masing-masing seperti Dinas Pekerjaan Umum bertugas menata jalan, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata membentuk kelompok sadar wisata, sedangkan Sat PolPP bertugas menjaga dan melakukan pengawasan guna tercapainya suasana kondusif.
Pendekatan Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat
Strategi pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melaui dua pendekatan, yaitu, yang bersifat struktural dan non-struktural (Manshur Hidayat & Surochiem As). Pertama, pendekatan struktural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan struktur sosial politik. Kedua, pendekatan non-strukltural adalah pendekatan yang subyektif. Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan kepariwisataan. Kedua pendekatan itu harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integratif.
Pada faktor kelembagaan terdapat  dua  hal mendasar  yang berpengaruh terhadap perkembangan  pariwisata,  yaitu kaitannya  dengan lembaga  formal  dan  nonformal karena untuk mengembangkan objek wisata Batu gong menjadi destinasi pariwisata andalan tentunya membutuhkan kolaborasi dari lembaga formal maupun nonformal. Maksud  dari  lembaga  formal  dalam  hal  ini  adalah  kumpulan  orang  yang  memiliki hubungan kerja dan  mempunyai tujuan bersama serta memiliki  struktur organisasi, sebagai  contoh  pembanding  di  Bali  terdapat Bali Tourism Development Coorporation (BTDC)  yang  mengelola  kawasan  wisata Nusa  Dua.  Dengan  adanya BTDC,  dapat  dilihat  pengaruh  positif  yang  terjadi  pada  kawasan  wisata  tersebut,misalnya  taman  yang  tertata  rapi,  akses  yang  lancar,  keamanan  yang  kondusif,kondisi  jalan  yang nyaman, bangunan  tertata rapi  mengikuti master plan  yang telah ada,  kebersihan  terjaga dan  akomodasi  pariwisata  lengkap.
Kawasan  Wisata Batu Gong hingga  saat  ini  terdapat  berbagai  kegiatan  seperti penyewaan ban, pedagang asongan,pedagang es kelapa muda,warung makanan tradisional khas sumbawa dan lain - lain tapi kegiatan ini tidak diatur  oleh  lembaga  tertentu,  tetapi  oleh  perseorangan.  Dampak  dari  tidak  adanya lembaga  formal  tersebut  mengakibatkan  para  pedagang  bebas  berjualan  di  tempat yang  mereka  inginkan  sehingga  menimbulkan  kesan  tidak  rapi  dan  tidak teratur.Selain  itu  juga  menimbulkan  aksi  premanisme,  terlihat  dari adanya  indikasi penyetoran  sejumlah  uang  kepada  oknum  tertentu agar  bisa  berjualan  di  kawasan tersebut. Aksi  premanisme  ini  dapat  terjadi  dengan  mudah  karena  tidak ada lembaga yang bertanggung jawab untuk mengatur mekanisme jalannya pariwisata tersebut. 
Permasalahan  partisipasi  masyarakat  juga  menjadi  hal  penting  yang  harus diperhatikan dalam destinasi pariwisata.Partisipasi  masyarakat  berarti  kemauan  rakyat  untuk mendukung secara  muntlak  program-program  pemerintah  yang  dirancang  dan  ditentukan tujuannya  oleh  pemerintah.Tetapi dapat juga diartikan  sebagai  kerja  sama  antara  rakyat dengan  pemerintah  dalam  merencanakan,  melaksanakan,  melestarikan  dan mengembangkan  hasil  pembangunan.  Dari  hal  tersebut  dapat  diketahui  bahwa pengelolaan  kawasan  memerlukan kerjasama  antara  pemerintah  dan  masyarakat. Partisipasi  masyarakat  dalam  Kawasan  Wisata Batu gong dirasakan  sangat  minim,karena  apa  yang  disampaikan  oleh  masyarakat  untuk  pemerintah  hanya  berupa sebuah keinginan, bukan sebagai suatu hal penting yang harus ditindaklanjuti, hal ini terlihat  dari  adanya  keluhan  masyarakat  yang  merasa  tidak  dilibatkan  dalam perencanaan transformasi kawasan pariwisata Batu gong. Karena  aspirasi  yang  tidak  tersampaikan  maka  komunikasi  menjadi  tidak  baik antara masyarakat,  pemerintah  dan  pihak  swasta  dalam mengelola  kawasan Wisata Batu gong ini.Akibat  dari  komunikasi yang minim  tersebut  membuat  pengelolaan kawasan Wisata Batu Gong tidak bisa terimplementasi secara maksimal. Masing-masing  pihak melakukan  kegiatannya secara  sendiri-sendiri dan tidak ada sinergi yang  positif dari ketiga pihak yang berkepentingan tersebut.
            Pemerintah  Daerah Sumbawa sepertinya  belum  dapat  memecahkan masalah yang ada di kawasan ini,  walaupun sudah ada upaya untuk menertibkan kawasan wisata batu gong kearah yang lebih baik. Hal  ini  dapat terjadi dikarenakan  pemerintah  tutup  mata terhadap  masalah  kelembagaan  dan  aspirasi  masyarakat.  Pemerintah  terus berusaha  melakukan  perbaikan  fisik  (revitalisasi),  tanpa  memperbaiki  akar  dari permasalahan  yang  terjadi,  yaitu kurangnya  ketegasan  pemerintah  dalam menerapkan  aturan-aturan. Apabila  keadaan  ini  terus  terjadi  dikhawatirkan Kawasan  Wisata Batu Gong akan  semakin  tenggelam  serta  kehilangan  pesona.
            Faktor lain yang juga menjadi tantangan serius di kabupaten Sumbawa untuk mendorong pemberdayaan dalam industri pariwisata yakni pengaruh watak masyarakat yang sulit untuk diminta berinisiatif, kreatif dan inovatif sehingga peran pemerintah sangat penting sebagai motivator dan fasilitator.Hal ini selaras dengan pendapat dari rektor Universitas Samawa ( UNSA ) Prof. DR. Syaifuddin Iskandar, MPd.  bahwa “Kita berbeda dengan orang luar. Orang Sumbawa ( Tau Samawa ) harus digerakkan, baru mau bertindak dan menghasilkan sesuatu. Untuk itu pemerintah perlu turun – tangan paling tidak untuk memperbaiki infrastruktur obyek wisata yang ada “. Oleh karena itu untuk menarik minat kunjungan wisatawan ke Sumbawa perlu dilakukan analisa mendalam faktor internal dan eksternal guna evaluasi program yang selama ini sudah berjalan.
Perbaikan sektor transportasi dan akomodasi juga mutlak harus dilakukan pemerintah. Apa kaitannya transportasi dengan pemberdayaan ??Tentu kaitannya sangat erat,kita pasti tahu bahwa kita mempunyai alat transportasi tradisional yaitu cidomo.Pemerintah hari ini harus mampu memberdayakan para kusir cidomo agar mata pencarian mereka bisa bertahan seiring dengan perkembangan teknologi diera globalisasi ini. Cidomo bisa digunakan sebagai alat transit para wisatawan yang akan mencari tempat penginapan.Faktor ini bisa menjadi nilai jual yang mempunyai keunikan dimata para wisatawan.Supaya rencana ini bisa berjalan dengan baik maka pemerintah perlu membuat formulasi agar semua pihak yang berkepentingan bisa tunduk pada kebijakan yang berlaku.
Strategi Skenario Destinasi Pariwisata Batu Gong
Ketika kita sudah membuat beberapa analisis perencanaan maka PR kita selanjutnya adalah bagaimana kita mengemas strategi agar produk yang kita jual ini bisa laku habis dipasaran.Salah satu upaya pengembangan pariwisata Sumbawa sebagaimana pendapat dari Gamal Suwantoro langkah-langkah strategi pariwisata yaitu dalam jangka pendek dititik beratkan pada optimasi maka diadakanlah rangkaian kegiatan melalui satu program yang terintegrasi dalam setahun, yang dibertajuk “Go Sumbawa 2012”.  Program ini merupakan rancangan rangkaian kegiatan pariwisata yang dikemas dalam rangka mempromosikan Sumbawa sebagai daerah tujuan wisata unggulan di Indonesia dan upaya awal pengembangan pariwisata Sumbawa.Diharapkan tahun-tahun kedepannya apabila proses penertiban dan pembangunan destinasi wisata Batu Gong sudah rampunag maka buatlah event-event seperti ini dikawasan batu gong agar destinasi pariwisata ini bisa dikenal oleh masyarakat luas layaknya produk Mickdanold yang terkenal diseluruh dunia.
            Menurut Happy Marpaung (2002:19) perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Untuk menarik minat kunjungan wisatawan ke Sumbawa perlu dilakukan analisa mendalam faktor internal dan eksternal guna evaluasi program yang selama ini sudah berjalan. Perbaikan sektor transportasi dan akomodasi juga mutlak dilakukan.Saya kembali membenarkan pendapat dari Rektor Universitas Samawa Sumbawa Besar Prof. DR. Syaifuddin Iskandar, MPd, dalam Diskusi Terbatas Membedah Pariwisata Sumbawa Menuju Destinasi Unggulan  mengungkapkan bahwa “Terus terang penilaian saya selama ini terkait program pemprov NTB, Visit  Lombok – Sumbawa years 2012 masih terlihat sebatas wacana dan main-main. Mohon maaf sebab ketika kita hendak mempromosikan pariwisata NTB, namun kondisi pariwisata di Sumbawa sangat memprihatinkan dan memalukan. Apa kira – kira yang bisa kita jual ? Seperti tempat wisata Ai Beling dan Batu Tering, itu hanya nama saja, seperti tidak terurus.Maka lakukan pembenahan dulu di semua kawasan pariwisata sumbawa baru kemudian kita bisa mempromosikan kawasan ini sebagai destinasi pariwisata andalan “.
Langkah selanjutnya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik khususnya ke pantai Batu Gong dan semua objek wisata yang ada diSumbawa pada umumnya dapat dilakukan dengan beberapa hal seperti: pertama,Information Center yaitu Penambahan dan optimalisasi booth-booth pusat informasi wisata di ruang sarana publik seperti di bandara, terminal, stasiun, pusat perbelanjaan, pasar,perpustakaan dan di lokasi objek wisata tentu akan sangat membantu para wisatawan. Disinilah biasanya para wisatawan mencari informasi. Tidak hanya flyer dan brosur gratis yang ditawarkan di booth tersebut. Namun juga informasi lengkap shuttle yang menyediakan jasa mengantarkan ke objek wisata seperti rute bus khusus wisata dengan sistem hop on hop off antar objek di sekitar antar objek disekitar Sumbawa atau menggunakan cidomo apabila jarak tempuh wisatawan tidak terlalu jauh dari pusat kota sumbawa,informasi sarana akomodasi seperti hotel, hostel dan homestay yang sedang menerapkan rate harga promosi, dan menyediakan sample tester jajanan khas Sumbawa dalam ukuran mini seperti manjareal dan lain-lain Staff nya pun harus memiliki standar layanan service excellence dan bisa menguasai bahasa inggris dengan baik. Lebih bagus lagi jika bisa menguasai bahasa asing lain agar mempermudah komunikasi dengan wisatawan mancanegara.
Kedua, Segmentasi Wisatawan adalah Wisatawan yang datang berkunjung ke Sumbawa memiliki berbagai macam karakter dan tujuan. Mulai dari kalangan jet set yang tidak pernah memikirkan masalah biaya, sampai kaum backpacker/budget traveler yang punya prinsip senang-senang dengan biaya seminimal mungkin. Semuanya harus dipikirkan oleh pelaku industri pariwisata agar mendapatkan kepuasan masing-masing. Kepuasan wisatawan adalah kunci dari industri pariwisata. Apabila para wisatawan merasa puas atas segala aspek penunjang ketika berkunjung ke Sumbawa, otomatis dia memiliki kesan positif terhadap kota ini. Seringkali mereka akan menceritakan perjalanannya dan memberikan rekomendasi kepada keluarga, teman dan kolega. Kekuatan promosi mulut ke mulut terbukti menjadi sarana paling ampuh untuk mempengaruhi orang lain.
Ketiga, Paket Studi tour Student : Pemda kerjasama dengan Universitas Samawa (UNSA) atau lembaga lainnya untuk mengadakan studi tours siswa dan mahasiswa seluruh indonesia “Study Tour to Sumbawa Island “ di mana starnya di mulai dari batu gong dengan rute semua objek wisata yang berada di kabupaten Sumbawa dan finisnya di kawasan Pulau Moyo agar lebih menarik pemerintah berusaha mencari investor kapal pesiar yang akan digunakan oleh para peserta study tours untuk mengelilingi pulau Sumbawa melalui jalur laut. Follow up dari kegiatan ini agar berkesinambungan pemerintah daerah membuat lomba tentang “Batu Gong sebagai destinasi pariwisata unggulan Mampis Rungan  “di mana pemenangnya akan dinobatkan sebagai duta pariwisata Batu Gong.Pada akhirnya duta wisata ini diharapkan mampu mengajak kerabat, teman-teman sepergaulannya dan para travel blogger baik dari  dalam negeri sendiri ataupun dari mancanegara untuk berwisata ke Sumbawa dan kemudian menuangkan jurnal perjalannnya dalam bentuk artikel, foto dan video akan menjadi salah satu cara promosi yang efektif.
Batu Gongku kemanakah kau hendak berlabu??
Berdasarkan Peraturan Bupati No. 11 tahun 2012 bahwa kawasan wizata batu gong akan dibagi kedalam beberapa zona pengembangan yatu Zona 1 dan 4 adalah ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan untuk wisata kuliner dan pantai. Zona 2 RTNH untuk parkir. Zona 3 untuk jasa dan pedagang.Zona 5 kawasan jasa perhotelan.
Sebuah analisis yang saya lakukan dengan menggunkan metode SWOT bahwa ada beberapa kelebihan,kelemahan dan tantangan yang akan dihadapi oleh semua Stakeholder mengenai batu gong hari ini dan masa yang akan datang yaitu sebagai berikut : Objek wisata Batu Gong mempunyai kekuatan berupa potensi alam yang masih alami dengan berbagai kekayaan bahari menjadi nilai jual besar untuk dikelola kemudian apabila pemda mau membuka bukit diarea batu gong itu sebagai sarana outbound dan buatlah sarana outbound yang langsung bisa meluncur dari atas bukit ke bibir pantai maka akan terlihat keunikannya.
Kurang tersedianya sumber daya manusia yang professional, transfortasi yang masih terbatas, sarana dan prasarana yang belum memadai serta belum maksimalnya kegiatan pemasaran / promosi pariwisata ke Batu Gong menjadi kelemahan kita saat ini. Adanya Festival dan pameran budaya samawa memberikan peluang untuk memperkenalkan potensi wisata yang ada di batu gong dan kita bisa meminta PT. Newmont untuk memberikan sumbangan berupa kapal pesiar untuk mengakomodir sarana transportasi kita. Timbunya anggapan masyarakat  bahwa Batu gong adalah tempat penularan penyakit HIV AIDS dan perdagangan obat-obat terlarang, serta maraknya prostitusi yang telah merusak citra positif batu gong dimata investor menjadi hambatan bagi objek wisata ini.
Menunggu Kepastian di Antara Dua Persimpangan Untuk Samawa Mampis Rungan
            Ada tiga istilah apabila kita membicarakan mengenai fluktuasi wisatawan yang datang berkunjung ke suatu destinasi pariwisata yaitu meningkat, jalan ditempat (tidak ada peningkatan) dan menurun. Berdasarkan data yang saya peroleh dari Sumbawanews.com bahwa angka kunjungan wisatawan ke Pulau Sumbawa, khususnya Kabupaten Sumbawa, masih jauh dibawah angka kunjungan di Pulau Lombok. Meskipun dalam tataran data, kabupaten sumbawa mengalami angka kunjungan wisatawan yang meningkat. Dari data sepanjang tahun 2012, terlebih dengan adanya Program Provinsi yakni Visit Lombok-Sumbawa 2012, tercatat hanya sekitar 6 % dari jumlah kunjungan di NTB. “Data provinsi tahun ini, sekitar 700 ribu wisatawan. Sumbawa hanya dapat 43 ribu, atau sekitar 6 persennya. Selebihnya kebanyakan di Pulau Lombok,” kata Drs.H.Naziruddin,M.Si., Kepala Dinas Pemuda Olah raga Budaya dan Pariwisata Sumbawa.Dari data diatas tentunya kita bisa menarik kesimpulan bahwa pemerintah provinsi masih setengah hati untuk membantu kabupaten sumbawa dalam mempromosikan pariwisata.
            Walau terkadang respon ada dari Pemprop bisa jadi hanya ibarat abu yang ditiup angin tanpa bekas. Saya mengambil analogi ini bukan sekedar mencari-cari alasan, sebab pada prinsipnya memang inilah yang terjadi ditataran realitas.Saya sangat mengharapkan agar Pemprop mengalihkan fokus atau program-program Kepariwisataan ke Pulau Sumbawa untuk bisa meminimalisir besarnya selisih kunjungan antara pulau lombok dengan pulau Sumbawa.
            Sudah saatnya kita menggerakan segala kemampuan untuk mengolah dengan baik segala potensi yang ada berdasarkan prinsip akuntabilitas dan transparansi di era Good Governance ini. Terhambatnya program pembangunan pariwisata itu karena semua stakeholder hanya mementingkan syahwat pribadi dibandingkan kepentingan bersama. Mari bersinergi untuk mengemas destinasi pariwisata batu gong menjadi objek wisata  andalan daerah agar para investor bisa melirik Batu Gong sebagai lahan investasi mereka.Dan pada akhirnya kita akan  mampu mewujudkan Sumbawa mampis rungan karena masyarakat sumbawa bisa bangkit untuk berkompetisi dengan berbasis kekhasan Tau Samawa.
Bahan Bacaan
Amrullah, dkk.2011. Mozaik Pemikiran Demokrasi Lokal.Capiya Publising dan LPPM UNSA:Yogyakarta.
Arief, Syaiful. 2009. Partisipasi, Demokrasi dan Pembangunan dalam Politik, Partisipasi dan Demokrasi dalam Pembangunan.Averrous Press. Malang
Witantra,Ari Pandu.2011.Peran Otonomi Daerah Terhadap Pariwisata:Simposium Nasional Otonomi Daerah dalam Lab  Administrasi Negara FISIP UNTIRA Vol.1,Mei 2011.
Sumber :
http://sumbawanews.com/node/145,edisi Rabu 11/27/2012 - 20:56.Diakses 18 Desember 2012.
http://Pulausumbawanews.com. Edisi 19/7/2012.Diakses 17 Desember 2012.
http://GaungNTB.com.Edisi 23/11/2012.Diakses 16 Desember 2012.
http://Sumbawa Ekspress. Kamis, 14 Februari 2008, 09:40.Diakses 15 Desember 2012.

Artikel ini mendapat juara 2 dalam Lomba "Karya Tulis Pemuda oleh DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN dan PARIWISATA" Tahun 2012

           



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...