Sore itu, kami duduk diteras rumah, sambil termenung, kami mencoba menyatukan ide, berdiskusi tentang apa yang bisa kami lakukan untuk membantu masyarakat bangkit kembali pasca gempa.
Suasana di Desa Labuhan Mapin Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa masih diliputi trauma, meski sebagian masyarakat mencoba tegar dan mulai menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasanya. Suara tangisan bayi di salah satu tenda pengungsian tadi membuat kami iba. Sejenak, kami terhentak untuk tidak hanya duduk berpangku tangan, kami mulai bergerak bersama demi membantu meringankan beban korban bencana.
Gempa berkekuatan 7,0 yang mengguncang Lombok Sumbawa pada Agustus 2018 lalu menyebabkan fasilitas umum seperti masjid dan sekolah rusak parah. Goncangan gempa juga merusak rumah penduduk, ada yang mengalami kerusakan ringan, sedang hingga berat. Salah satu desa yang mengalami kerusakan cukup parah di Kabupaten Sumbawa adalah Kecamatan Alas Barat yakni Desa Labuhan Mapin. Sadar akan pentingnya meringankan beban sesama, aku bersama sahabatku finy dan etun membuat project sahabat. Tujuan kami mulia, bagaimana cara terbaik untuk membantu meringankan beban para korban. Sebagai relawan kemanusiaan, finy dan etun punya link diluar daerah, mereka lalu mencari donatur yakni teman-temannya di Jogya. Maklum, mereka mengenyam pendidikan tinggi di pulau jawa. Alhamdulillah, ada bantuan pakaian, popo bayi, selimut, susu, makanan siap saji, dan kelambu.
Para korban terdampak gempa mengungsi di lapangan sepak bola desa labuhan mapin, karena masih trauma, para pengungsi tidak mau pulang kerumah dan kebetulan rumahnya juga rusak parah akibat gempa. Berbagai bantuan datang silih berganti baik dari pemerintah maupun dari NGO. Bahkan, dari salah satu perusahaan tambang PT Amman Mineral juga telah menyelanggarakan pendidikan trauma healing bagi anak-anak korban gempa. Para remaja dan pemuda juga dilatih tentang pendidikan tanggap bencana.
Namun, kondisi pengungsi masih belum pulih dari trauma, kami kemudian rapat dirumah Finy untuk menentukan rencana aksi yang akan kami lakukan, dan kami sepakat untuk menyentuh hati dan qalbu pengungsi dengan mengadakan Tabliq Akbar atau qultum bersama warga terdampak gempa tenda pengungsian lapangan sepak bola di Desa Labuhan Mapin. Kami kemudian mulai menelpon kenalan ustadz penceramah dari Sumbawa untuk mengisi materi. Alhamdulilah, aku yang bertugas menghubungi ustadz begitu senang ketika Ustadz Slamet Riyadi dan istrinya Ummi Ustadza Titin bersedia datang ke lokasi pengungsi secara gratis. Bahkan, ummi memberi bantuan jajan dan nasi untuk pengungsi. Tidak hanya itu, ada kertas origami aneka warna diberikan ummi agar kami bisa menghibur anak-anak ditenda pengungsian. Berkat kerja keras dari finy dan etun, dan dibantu oleh adik-adik remaja Labuhan mapin dan dibantu pula oleh tokoh masyarakat dan pemerintah desa labuhan mapin kegiatan tabligh akbar berjalan lancar. Materi siraman rohani dari Ustadz Slamet membuat warga semakin sabar dan tawakal atas ujian yang diberikan Allah SWT. Alhamdulilah selalu ada jalan atas niat baik membantu sesama. Keesokan harinya, kami membuka bazar pakaian murah untuk para korban bencana, hasil dari jualan pakaian itu digunakan untuk membeli susu dan popok bayi. Kini, Finy masih bergelut dibidang relawan kemanusian didanai donatur dari luar negeri, sementara aku dan etun kembali bekerja dengan rutinitas kantor masing-masing. Namun kami akan bertemu kembali dalam rangka project kemanusian diwaktu yang lain. Lupp u my beloved Freind Finy dan Etun.
















Komentar
Posting Komentar