Langsung ke konten utama

Pergulatan Alam Tentang Cinta dan Percaya


Cinta memang  menjadi perdebatan alot sepanjang sejarah peradaban.  Seorang Khalil Gibran mencari dan merangkak dalam setiap bait-bait puisinya. Tujuannya satu, mengetahui wujud cinta yang sesungguhnya. Meski pada akhirnya menurut hemat saya, ia tidak berhasil menyimpulkan apa itu cinta? Namun,  ia berhasil mempercayai keberadaan Cinta. Seorang Kahlil gibran tidak usah diragukan ketenarannya sebagai penyair, sastrawan dan pemikir sosial. Bahkan Kahlil Gibran dijadikan simbol cinta dan layak disejajarkan dengan figur seperti William Shakespeare, Leo Tolstoy ataupun Rabindranath Tagore. 
Disisi lain, Dante Alighieri meluapkan cinta dengan jauh berapi-api pada Beatrice. Cinta Dante pada pandangan pertama pada usia 9 tahun. Tetapi keduanya tidak berjodoh, mereka menikah dengan orang lain. 3 tahun menikah, Beatrice meninggal. Kematian Beatrice membuat Dante sangat terpukul (meski waktu itu Dante tak memiliki Beatrice). Ia memutuskan untuk berhenti menulis.
Namun tiba-tiba Beatrice muncul dalam mimpinya. Dalam mimpi itu Beatrice berujar bahwa “Cinta Sejati itu adalah Abadi, Tidak bisa diputuskan oleh Maut”. Perkataan Beatrice dalam mimpi Dante itu membuat Dante sadar bahwa ia punya tugas untuk mengajarkan pada orang lain bahwa cinta sejati adalah inti kehidupan ini ( pengen punya cowok kayak Dante jadinya, pasti jadi orang paling bahagia didunia).Setelah bermimpi itu, Dante menarik diri keruang intensif kemudian mulai menyusun puisi yang didedikasikan untuk ingatannya. Dante menulis “La Vita Nuova : Ecce Deus Fortior Me, Qui Veniens Dominabitur Mihi” ( Lihatlah, Dewa Lebih Kuat Dari Saya, Siapa yang Datang, Akan memerintah Diatasku).  Peristiwa inilah yang melatar-belakangi Dante menjadi pengkhayal besar dan pemuja cinta sejati.
Bagi saya, Cinta Ibnu Taimiyah lebih memiliki arti.  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan “Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan akhirat”. Meskipun konsep cinta itu, pada akhirnya membuat Ibnu Taimiyah memilih tidak menikah seumur hidupnya. Ia hanya tidak ingin Mahabbah (Cinta) kepada Allah terusik oleh bumbu-bumbu dunia.
Tentang cinta dan percaya adalah persoalan believe or trus!!! Percaya (believe) itu bagaimana kita meyakini sesuatu yang tidak terlihat, tidak terjadi dan tidak berwujud. Sedangkan trust (percaya) adalah kata sifat yang diungkapkan secara langsung dengan perwujudan secara kasat mata.
Bagaimana selanjutnya jika konsep tentang cinta dan percaya ini dielaborasikan untuk menjaga alam? Hari ini kita masih percaya bahwa kita tetap aman dari bencana. Namun, apakah besok atau lusa anggapan itu tetap sama? Bencana itu tidak bisa diprediksikan, akan tetapi bisa diminimalisir. Banjir bandang yang meluluh lantahkan Kota Bima beberapa waktu lalu, pun banjir yang terjadi di Kecamatan Unter Iwes dan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa hari ini Minggu (29/1/2017) menjadi warning juga bagaimana kemudian menanamkan rasa cinta dan percaya pada semua individu yang belum sadar dan peduli? Cinta kepada manusia memang sangat mudah diungkapkan. Ya, hanya diucapkan dengan kata dan bunga, terlepas dari nanti cinta itu ditolak atau tidak.
Penjabaran diatas seperti mudah direlisasikan. Namun, Apakah semudah itu jika kita realisasikan dalam praktek mencintai alam?
Luas hutan dan lahan yang mengalami degradasi (penurunan) menyebabkan lahan kritis semakin lama semakin bertambah. Berikut petikan wawancara  yang penulis sadur dari Lombok Post bersama Kepala Dinas Kehutanan NTB Husnanidiaty Nurdin, mengenai peta kerusakan kawasan hutan NTB. Menurutnya, Luas hutan kita (NTB) secara keseluruhan itu ada 1.071.722,83 hektare. Dari jumlah tersebut, sebanyak 141.375,54 hektare masuk kategori kritis. Dimana 40,74 persen atau seluas 57.599,56 hektare kerusakan di dalam kawasan hutan itu ada di Kabupaten Bima. Antara Bima dan Sumbawa? Seperti syair lagu Peterpan “Ada Apa Dengan Mu?” Kembali kepada persoalan cinta dan percaya, endingnya saya ingin menyampaikan “Dunia kita sedang menuju kepada kehancuran, jika kita tetap bertindak seperti dulu, laut dan sungai akan menjadi steril, tanah akan menjadi infertil, diperkotaan udara tidak lagi bisa digunakan untuk bernafas dan yang bisa bertahan hidup hanyalah spesimen-spesimen tertentu yang membentuk ras baru umat manusia” (Andre Gorz.2003). Tentu, Belum terlambat untuk percaya, Mewujudkan Cinta dengan merubah prilaku kita selama ini. Mari Cintai Lingkungan, cari solusi yang tepat, jangan hanya NATO (No Action Talk Only).  Pemuda Pulau Sumbawa pastinya tidak sedang tidur dengan seribu mimpi? Saya hanya ingin kelak anak cuci kita masih bisa bernafas. Tentunya, bernafas dengan Oksigen yang diperoleh dari alam bebas bukan oksigen dari tabung gas. 








Description: kata bijak filsafat cinta karya kahlil gibran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...