Langsung ke konten utama

Ringkasan: Perang Khandaq (Perang Parit)



Perang Khandaq dilatar belakangi oleh orang-orang Yahudi yang semakin dendam, semakin dibakar amarah karena orang-orang Yahudi tidak terima setelah menelan beberapa kehinaan dan pelecehan karena ulah mereka sendiri yang berkhianat, berkonspirasi dan melakukan makar. Dan hari demi hari pun terus berlalu membawa keuntungan bagi kaum Muslimin, pamor dan kekuasaan mereka semakin mantap.Orang-orang Yahudi kembali merancang konspirasi baru terhadap orang-orang Muslim, dengan menghimpun pasukan, sebagai persiapan untuk memukul orang-orang muslim, agar tidak memiliki sisa kehidupan setelah itu. Ada dua puluh pemimpin dan pemuka Yahudi dari Bani Nadhir yang mendatangi Quraisy di Makkah, agar ikut serta menyerang Rasulullah saw. Quraisy pun menyambutnya dengan senang hati. Maka mereka melihat ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengembalikan pamor mereka.
Dua puluh orang pemuka Yahudi itu juga pergi ke Ghathafan dan mengajak mereka seperti ajakan yang mereka serukan kepada kaum Quraisy. Ajakan ini mendapatkan sambutan yang baik. Kemudian utusan Yahudi itu pun berkeliling ke barbagai kabilah Arab dengan ajakan yang sama, dan semuanya memberi respon. Dan ajakan-ajakan orang-orang Yahudi untuk menyerang Rasulullah saw pun berjalan mulus.
Secara serentak dari arah selatan mengalir pasukan yang terdiri dari Quraisy, Kinanah dan sekutu-sekutu mereka dari penduduk Tihamah, di bawah komando Abu Sofyan. Jumlah mereka ada empat ribu prajurit. Bani Sulaim di Marr Azh-Zhahran juga ikut bergabung bersama mereka. Sedangkan dari arah timur ada kabilah-kabilah Ghathafan, yang terdiri dari Bani Fazarah yang dipimpin Uyainah bin Hisn, Bani Murah yang dipimpin Al-Harits bin Auf, Bani Asyja’ yang dipimpin Mis’ar bin Rukhailah, Bani As’ad dan lain-lainnya.
Semua serentak menuju Madinah yang telah mereka sepakati bersama. Tetapi model kepemimpinan Madinah tak pernah terpejam sekejappun. Segala faktor dipertimbangkan sedemikian rupa secara masak dan segala gerakan tak lepas dari pantauan. Sebelum pasukan musuh beranjak dari tempatnya, informasi tentang rencana mereka pun sudah tercium di Madinah.
Maka berdasar informasi ini, Rasulullah segera menyelenggarakan majelis tinggi permusyawaratan untuk membahas rencana pertahanan di Madinah. Dalam majelis itu, disepakati usulan Salman Al-Farisi, Salman berkata, “Wahai Rasulullah dulu jika kami orang-orang Persi sedang dikepung musuh, maka kami membuat parit di sekitar kami”. Ini merupakan langkah yang bijaksana, yang mana sebelumnya tidak dikenal bangsa Arab.
Rasulullah saw segera malaksanakan rencana itu. Setiap sepuluh orang laki-laki diberi tugas untuk menggali parit sepanjang empat puluh hasta. Dengan giat dan penuh semangat orang-orang Muslim menggali parit yang panjang. Rasulullah saw terus memompa semangat mereka dan terjun langsung di lapangan.
Orang-orang Muslim bekerja dengan giat dan penuh semangat sekalipunmereka didera rasa lapar. Abu Thalhah berkata, “Kami mengadukan rasa lapar kepada Rasulullah saw. Lalu kami mengganjal perut kami dengan batu. Beliau juga mengganjal perut dengan dua buah batu”.Karena Madinah dikepung dengan gunung, tanah-tanah kasar yang berbatuan, dan kebun-kebun korma di segala sudutnya kecuali bagian utara, tentunya pasukan musuh sebanyak itu  akan menyerang Madinah dari arah utara. Sebagai pemegang pucuk pimpinan militer Rasulullah saw sangat mengetahui hal itu. Untuk itu parit digali di bagian ini.Pasukan Quraisy yang berkekuatan empat ribu personil tiba di Mujtama’ul Asyal bilangan Rumat, tepaatnya antara Juruf dan Za’abah. Sedangkan Kabilah Ghathafan dan penduduk Najd yang berkekuatan enam ribu personil itu tiba di Dzanab di dekat Uhud. Tetapi orang-orang munafik dan orang-orang yang berjiwa lemah, langsung menggigil ketakutan saat melihat pasukan yang besar ini.
Rasulullah saw keluar rumah dengan kekuatan tiga ribu personil. Di belakang mereka ada gunung Sal’un dan dapat dijadikan pelindung. Sedangkan parit yang membatasi mereka dengan pasukan musuh. Madinah diwakilkan kepada Ibnu Ummi Maktum. Para wanita dan anak-anak ditempatkan di rumah khusus sebagai pelindung mereka.
Pada saat orang-orang musyrik hendak melancarkan serbuan ke arah orang-orang Mukmin dan menyerang Madinah, ternyata mereka harus berhadapan denagn parit. Karena itu mereka memutuskan untuk mengepung orang-orang Muslim. Orang-orang Musyrik hanya bisa berputar-putar di dekat parit sembari mencari titik lemah yang bisa dimanfaatkan. Sementara orang-orang Muslim terus menerus mengawasi gerakan-gerakan mereka yang berputar-putar di seberang parit, sambil melontarkan anak panah agar mereka tifak sampai mendekati parit apalagi melewatinya ataupun menimbunnya tanah lalu menjadikannya sebagai jelur penyeberangannya.
Lalu muncul sekelompok orang-orang di antara kaum musyrik, seperti Amr bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abu Jahl, Dhirar bin Al-Khaththab dan lain-lainnya yang mendapatkan parit yang lebih sempit. Mereka terjun melewati bagian parit ini, lalu memutar kuda mereka ke arah bagian yang lebih lembab, antara parit dan Gunung Sal’un. Ali bin Abi Thalib bersama beberapa orang Muslim langsung mengepung daerah yang dapat dilewati beberapa orang musyrik itu. Pertarungan antara Ali bin Abi Thalib dan Amr bin Abdi Wudd pun terjadi, hingga Ali dapat membunuhnya. Sementara orang musyrik yang lain pun melarikan diri.
Beberapa hari sudah berlalu dan orang-orang Musyrik terus berusaha untuk melewati parit atau membuat jalur penyeberangan. Tetapi orang-orang Muslim tidak berhenti melakukan perlawanan dan menyerang mereka dengan anak panah, sehingga mereka gagal memuluskan hal ini. Karena terlalu sibuk melakukan serangan balik terhadap orang-orang Musyrik yang berusaha menyeberangi parit, akibatnyanada beberapa shalat yang tidak sempat dikerjakan Rasulullah saw dan orang-orang Muslim.
Pada saat orang-orang Muslim menghadapi situasi perang yang amat keras ini, ular-ular berbisa yang biasa melakukan konspirasi dan berkhianat sedang menggeliat di dalam lubangnya, siap menyemburkan bisanya ke tubuh orang-orang Muslim. Tokoh penjahat Bani Nadhir, Huyai bin Akhthab, datang ke perkampungan Bani Quraizhah untuk menemui Ka’b bin Asad Al-Qurazi, pemimpin Bani Quraizhah, sekutu dan rekannya. Padahal dia sudah membuat perjanjian dengan Rasulullah saw untuk tidak menolong siapa pun yang hendak memerangi Beliau.
Awalnya Ka’b tidak mau, namun karena Huyai yang terus menerus membujuk dan merayu dia, hingga akhirnya Ka’b mau dan melanggar perjanjian yang telah disepakatinya. Kabar tentang hal tersebut serta disusul tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pun terdengar Rasulullah saw. Itu merupakan situasi yang sangat rawan yang pernah dihadapi orang-orang Muslim. Antara posisi mereka dan posisi Yahudi Bani Quraizhah tidak ada penghalang sedikit pun andaikan mereka memukul dari belakang. Sementara di hadapan mereka ada segelar pasukan musuh yang tidak mungkin ditinggalkan. Sementara tempat penampungan para wanita dan anak-anak tidak jauh dari posisi Bani Quraizhah yang berkhianat. Apalagi tempat tersebut tanpa pasukan yang menjaga.
Kemudian beliau mernacang beberapa strategi untuk manghadapi situasi yang sangat rawan ini. Salah satu strategi yang beliau canangkan ialah dengan mengutus beberapa penjaga ke Madinah untuk menjaga para wanita dan anak-anak. Tetapi sebelumnya harus ada upaya untuk mengacaukan pasukan musuh. Kemudian Allah membuat satu keputusan dari sisi-Nya yang mampu menghinakan musuh, mengacaukan semua barisan mereka serta menceraiberaikan persatuan mereka. Di antara langkah permulaanya, ada seorang dari Ghathafan yang bernama Nu’aim bin Mas’ud bin Amr Al Asyja’i menemui Rasulullah saw yang menyatakan bahwa ia telah masuk Islam, tetapi orang-orangnya tidak mengetahui keislamannya.
Dan ketika Nu’aim menawarkan bantuan, maka Rasulullah memerintahkan untuk membuat tipu muslihat. Maka dengan perintah itu, Nu’aim berhasil memperdayai kedua belah pihak, yaitu antara Bani Quraizhah dan orang-orang Quraisy serta Ghathafan, dan menciptkan perpecahan barisan musuh, sehingga semangat mereka menjadi turun drastis.Setelah muncul perpecahan di barisan musuh dan mereka berhasil diperdayai, Allah mengirimkan pasukan berupa angin taufan kepada mereka, sehingga kemah-kemah mereka porak poranda. Tidak sesuatu yang tegak melainkan pasti ambruk dan tidak ada sesuatu pun yang bisa berdiri tegar di tempatnya. Allah juga mengirim pasukan yang terdiri dari para malaikat yang membuat mereka menjadi gentar dan kacau, menyusupkan ketakutan ke dalam hati mereka.Pada keesokan harinya beliau mandapatkan musuh sudah diusir Allah dan hengkang dari tempatnya, tanpa membawa keuntungan apa-apa. Cukuplah Allah yang memerangi mereka, memenuhi janji-Nya, memuliakan pasukan-Nya, menolong hamban-Nya dan hanya menimpakan kekalahan pada pasukan musuh. Setelah itu beliau kembali ke Madinah.
Sumber: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...