Langsung ke konten utama

Analisis Kemitraan Masyarakat


Kemitraan dilihat dari asfek etimologis diadaptasi dari kata Partnership, dan berasal dari akar kata partner. Partner dapat diterjemahkan “pasangan, jodoh, sekutu atau kompayon. Sedangkan partnership diterjemahkan menjadi persekutuan atau perkongsian. Bertolak dari sini maka kemitraan dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik (Ambar Teguh Sulistiyani, 2004:129-130).
Bertolak dari pengertian tersebut diatas maka kemitraan dapat terbentuk apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.      Ada dua pihak atau lebih
2.      Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan
3.      Ada kesepakatan
4.      Saling membtuhkan
Tujuan terjadinya suatu kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra.
Melalui implementasi skema kemitraan masyarakat yang muncul sebagai inovasi-inovasi lokal dalam pembangunan manusia, maka semangat kerukunan antarkelompok dan gotong-royong yang telah menjadi aset utama bangsa Indonesia dibangun dan diperkuat kembali serta mendorong semangat untuk berbuat kebajikan dan hal yang konstruktif di masyarakat. Melalui skema-skema kemitraan ini, maka masyarakat mempunyai sarana untuk mempererat hubungan sosial budaya menjadi masyarakat dan bangsa yang saling menghormati serta mendukung satu dengan yang lain. Ini sesungguhnya yang disebut Kontrak Sosial baru masyarakat (Citizen Charter) untuk mewujudkan pembanguna manusia Indonesia ke depan.

Pada dasarnya implementasi kemitraan masyarakat dalam pembangunan manusia memerlukan skema, model, atau contoh-contoh kemitraan dan dalam implementasi diwujudkan menjadi simpul-simpul kemitraan masyarakat dalam pembangunan manusia. Dalam simpul kemitraan tersebut terdapat; pelaku kemitraan yaitu komponen-komponen masyarakat, kegiatan kemitraan, obyek/kelompok sasaran kemitraan, sistem pendukung (support system) dan sistem peningkatan kapasitas dan pendampingan. Dikarenakan implementasi pembangunan manusia ini sebenarnya adalah suatu “ Gerakan Kemitraan Masyarakat” maka perlu dikembangkan simpul-simpul kemitraan yang sebanyak-banyaknya. Dalam simpul-simpul kemitraan tersebut, masyarakat akan bersatu dan bekerjasama dengan komponen masyarakat lainnya, mengeratkan keakraban sosial dalam mengerjakan kebaikan dan hal yang konstruktif serta positif, melakukan hal yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Untuk mendorong motivasi masyarakat membangun kemitraan, maka perlu disiapkan sistem apresiasi, penghargaan dan insentif bagi implementasi kemitraan yang baik (reward system). Dengan begitu, implementasi kegiatan kemitraan tersebut secara serentak dan bersama-sama akan dapat mencapai tujuan pembangunan manusia secara lebih cepat dengan beban yang lebih ringan, karena semua komponen memberikan kontribusinya serta tidak menggantungkan semua pada pemerintah saja.
Tujuan Kemitraan Masyarakat
Sejalan dengan semangat desentralisasi tujuan implementasi kemitraan masyarakat adalah; Pertama, mendorong seluruh komponen masyarakat mengembangkan kemitraan diantara pemangku kepentingan dalam mewujudkan pembangunan manusia. Kedua, mendorong tumbuh-kembangnya wujud kemitraan masyarakat dalam pembangunan manusia dengan berlandaskan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.
Ketiga, mendorong agar masyarakat terlibat dalam setiap prosesnya dan menjadikan kemitraan ini menjadi sarana bagi pemersatu dan perekat sosial bangsa, dan bagi peningkatan kerukunan antar komponen masyarakat. Keempat, mendorong masyarakat bekerja bersama, bergotong-royong melakukan kegiatan yang bermanfaat atas usulan mereka, meningkatkan kerukunan sosial dan melatih pola pikir masyarakat untuk lebih positif, dalam semangat kerukunan bangsa dan menghargai “kerja keras dan kemitraan”.
Keempat tujuan implementasi kemitraan masyarakat tentunya harus dibarengi dengan prinsip dasar pendekatan kemitraan masyarakat dalam Pembangunan Manusia yang memandang masyarakat sebagai asset/modal utama dalam kemitraan. Masyarakat juga harus dipandang sebagai satu kesatuan entitas sosial dan kultural (socio-cultural entity), sehingga wujud pembangunan manusia harus menguatkan identitas sosial dan kultural masyarakat yang positif.
Selain itu, prinsip dasar pendekatan kemitraan masyarakat harus menekankan pada membangun daya, kekuatan dan sumberdaya dalam masyarakat itu sendiri. Memfasilitasi keterlibatan seluruh komponen masyarakat dalam setiap langkah. Membangun “impian”, harapan dan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh masyarakat. Serta membangun kerjasama, pembagian peran/ “role-sharing” dalam mewujudkan harapan tersebut berdasarkan semangat dari, oleh dan untuk masyarakat.
Lalu, keinginan, niat, “commitment” dan langkah-langkah yang dijalankan oleh masyarakat untuk mewujudkan harapannya harus diperkaya dengan berbagai bentuk dukungan dan fasilitasi/pendampingan. Selain itu, membangun mekanisme “good governance” yang dijalankan oleh masyarakat sendiri sangat penting artinya dalam kemitraan masyarakat. Karena prinsip kemitraan masyarakat adalah dari, oleh dan untuk masyarakat maka proses penilaian hasil implementasi kemitraan masyarakat dalam pembangunan manusia dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Implementasi pembangunan kemitraan masyarakat tentunya tidak mungkin bisa berjalan sendiri tanpa adanya dukungan kebijakan yang bersifat makro. Dukungan tersebut berupa kebijakan makro ekonomi, Kebijakan hukum dan peraturan secara nasional, serta dukungan politis (political will) dari para stakeholder.
Apabila dijabarkan secara lebih detail lagi maka dukungan Instrumen-instrumen Makro antarara lain; Pertama, Regulas, yaitu reformasi perpajakan yang pro pembangunan manusia, aturan insentif dan disinsentif, peraturan kemitraan masyarakat dalam pembangunan. Kedua, Kelembagaan berupa inventarisasi dan mainstreaming kelembagaan dalam upaya pembangunan manusia, dll.
Ketiga, Pendanaan ; Dukungan APBN dan APBD dalam implementasi pembangunan manusia oleh masyarakat (on-budget), Pengembangan Dana Amanah/Perwalian bagi Pembangunan Manusia (Human Development Trust Fund) untuk menampung dukungan dana non APBN ( off-budget). Keempat, SDM ; pengembangan kapasitas SDM yang menjalankan implementasi pembangunan manusia.
Dukungan lain yang tidak kalah penting berupa sistem Informasi, data dasar pembangunan manusia dan kemitraannya, serta agenda sosialisasi dan kamapanye terus menerus. Selain itu keberadaan jejaring forum masyarakat bagi implementasi pembangunan manusia sangat besar perannya dalam menentukan keberlanjutan kemitraan dalam masyarakat apalagi dengan adanya dukungan system penghargaan (reward system) semakin mempercepat proses pembangunan kemitraan masyarakat untuk mendukung pembangunan manusia Indonesia yang lebih berkualitas.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...