Setiap kali
ke rumah eya di Komplek perumahan Pamanto Daeng Kelurahan Brang Bara Kecamatan
Sumbawa, aku merasa seperti eya sum masih ada. Aku masih bisa merasakan
kehadirannya, duduk di kursi, memasak di dapur atau tidur di kamar.
Kadang kalau aku lagi mengetik dimeja, eya selalu datang ke samping dan
memintaku untuk makan terlebih dahulu sebelum mulai mengetik. Aku selalu datang
untuk membantu eya membuat makanan setiap seminggu sekali kadang kalau
berhalangan aku tidak sempat datang pagi maka aku akan datang sore hari.
Hari ini senin 9 September 2019, kakak eti meminta
tolong kepadaku untuk mengganti Sprei kamar eya, aroma eya masih ada, dibantal,
di sprei dan di ruangan kamar.
“Eya terus
teringat eyamu, dan tidak bisa tidur, tolong ganti spreinya ya” kata eya Dedy.
Aku menyapu
dan mengganti sprei untuk pertama kali setelah eya sum meninggal pada 20
Agustus 2019 lalu. Dipikiranku masih terasa ada eya lalu lalang, seperti
biasanya.
Ketiga keponakan
asyik bermain sambil menonton film Rainbow Rubi, aku tersenyum saja. Aku sangat
menyukai film Rainbow Rubi karena tokoh Rubi yang ceria dan pintar.
Si Abang
Fatih dan Ibrohim pasti bilang ‘wow Ruby cantik ya seperti bi Susi, dan aku
akan tersenyum kepedean’
****
Selama 7
tahun lebih aku tinggal bersama keluarga eya yakni ketua RT 03 bapak Dedy Yusuf
dan Ibu Sumiati, dari keduanya aku banyak belajar tentang berbagai hal. Dari awal kuliah tahun 2011 hingga aku selesai
kuliah dan kerja. Aku keluar dari rumah eya karena adikku melanjutkan sekolah kejuruan
di Sumbawa dan mulai ngontrak rumah pada tahun 2018.
Dari eya
yang laki-laki, aku belajar tentang disiplin, kerja cepat, berani, organisasi, pentingnya
menjaga hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat, menjadi sekretaris yang professional
dan on time mungkin masih banyak lagi
pelajaran dan pengalaman yang aku dapatkan dan tidak bisa aku sebut satu
persatu. Dari eya yang perempuan aku belajar masak, pekerjaan rumah tangga,
mengatur keuangan, akutansi, berhitung, manajemen dan belajar membuat pidato.
****
Kami sempat
jalan-jalan ke Bima pada awal bulan mei 2019, tepat pada peringatan hari guru nasional,
kakak wati pindah karena sukses diterimah menjadi PNS sebagai guru bahasa
Jepang di SMAN 1 Kota Bima. Kami jalan
ke pasar Amahami, makan di pinggir pantai, makan ke rumah kakak Ahim, Eya
sangat senang jalan-jalan, setiap kali jalan-jalan eya seperti sehat dan tidak
merasa sedang sakit. Padahal eya memakai alat bantu pernafasan NGT dan makan
dengan menggunakan selang dihidung, namun semangatnya untuk hidup luar bisa
besar.
Eya sempat
ingin memakai baju baru, sebelum hari raya idul adha, eya sms aku untuk
mengantar bajunya ke rumah tukang jahit bi nani, aku bersama Ibrahim dan fatih mengantarkan
baju eya ke bibi nani, seperti biasa eya menitipkan surat untuk catatan agar bi
nani mengerti, maklum eya tidak bisa berbicara pasca operasi saluran pernafasan
dan terkena struk ringan.
Ketika Idul
Adha, aku merayakannya di rumah eya, aku datang setelah sholat eid. Eya berbaring
di kasur kamarnya dan aku langsung bersalaman sembari aya tidur. Aku sudah
dianggap seperti anaknya. Waktu itu beberapa hari sebelum eya meninggal. Aku sempat
memasak sate bersama eya, membuat sambal bage, dan aku dikasih kupon agar dapat mengambil daging ke
panitia Qurban di masjid dan daging tersebut bisa aku bawa pulang ke rumah
kontrakan.
Meski eya
masih bisa memasak namun eya pada hari idul adha tidak seperti biasanya, setiap
kali makan beliau selalu menemani kami dimeja makan tetapi hari itu setelah
masak sate eya masuk ke kamar, eya terlihat capek dan kepayahan, setelah
beberapa menit eya keluar lagi melihat daging di dandang dan memotong tipis-tipis
untuk bekal makanan satria pulang ke mataram. Setelah packing kardus satria,
eya masuk kamar lagi, aku melanjutkan mengetik surat, setelah mau selesai, eya datang
dan membungkus rendang dan opor ayam untuk aku bawa pulang lagi ke rumah. Hari itu aku sangat senang karena banyak makanan.
***
Pada hari
senin, aku kembali datang mengetik surat ke rumah eya, saat mau pulang seperti
biasa eya ingin memberiku masakan dan sayuran tapi aku tolak dengan alasan aku
masih pergi ke kantor, dan kakak eti bilang nginap disini hari selasa karena
bapak dan mama mau ke taliwang. Hingga aku bilang iya akan menginap kepada
kakak eti. Saat hari senin, aku cukup capek dengan persiapan acara temu INOVASI
dan tidur cepat pada malam harinya, aku terbangun jam 12 malam, aku ingin tidur
lagi namun aku merasa gelisah, hingga aku memilih untuk bersihkan rumah, dan
tiba pukul 1.00 pagi hari selasa 20 agustus aku masih gelisah tidak bisa tidur,
dan jam 1.30 mamaku nelpon mengabarkan bahwa eya dedy nelpon dan memberitahu
kalau eya sum meninggal.
“kamu sudah
dapat kabar belum, kabar apa?” kataku
“Eya Sum mu
di pamanto daeng meninggal, ae masah aaaaaaaaaa aku langsung terisak nangis,
Innalillahi wainna ilaihi rojiun, eya tidak sakit hari ini rencana mau
ketaliwang” air mataku terus menetes.
“Cepatlah
bergegas dan pergi ke rumah eyamu kasihan kakak eti mu gak ada teman disana”
ucap mamaku.
Aku segera
membangunkan adikku, untuk mengantarku ke pamanto daeng, saat berhadapan dengan
jenazah eya aku masih menangis dan kakak eti menepuk pundakku katanya sabar.
Eya begitu
cantik, kulitnya kuning saat kain batik coklat penutup dibuka oleh eya dedy,
selamat jalan eya, semoga amal ibadah mu di terima oleh Allah SWT, dilapangkan
dan diterangi kuburanmu, dan diringan segala dosa dan dijauhkan dari siksa
kubur. Aaamiin
***




Komentar
Posting Komentar