Langsung ke konten utama

Menteri Susi, Jangan Tenggelamkan ya


Kalau buang sampah dilaut tenggelamkan, kalau tidak makan ikan TENGGELAMKAN. Itulah kata yang muncul dibenak kita begitu mendengar nama Susi Pudjiastuti.




Susi Pudjiastuti adalah Menteri Kelautan dan Perikanan ke-6 Republik Indonesia. Susi Pudjiastuti diangkat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla pada 26 Oktober 2014. Susi lantas melepaskan semua posisi di perusahaan untuk lebih fokus di tugas barunya dan menghindari konflik kepentingan antara fungsi regulator dan pelaku bisnis.

Penunjukan Susi sebagai menteri sempat menjadi sorotan publik. Hal itu dikarenakan gaya Susi yang eksentrik dan fakta bahwa ia tak mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Belakangan Susi menjadi sorotan karena mengeluarkan serangkaian kebijakan yang dinilai berani. Salah satunya adalah menenggelamkan kapal asing yang memasuki perairan Indonesia secara ilegal sebanyak 566 kali.

Sebelumnya ia dikenal sebagai pengusaha. Ia merupakan pemilik PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir produk-produk hasil-hasil perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation yang mengoperasikan maskapai penerbangan Susi Air.

Perempuan kelahiran Pangandaran ini merupakan putri Haji Ahmad Karlan dan Hajjah Suwuh Lasminah. Kedua orangtuanya dikenal sebagai pengusaha ternak di Jawa Tengah. Setelah mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP, Susi melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Yogyakarta. Dia memutuskan berhenti dari bangku kelas 2 di SMAN I Yogyakarta setelah dikeluarkan oleh sekolah karena aktif dalam gerakan golput pada masa itu. Pada tahun 1980-an atau era Orde Baru, gerakan golput adalah hal yang terlarang.

Setelah tidak bersekolah lagi, Susi memulai profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran pada tahun 1983. Pada tahun 1996 dia mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek 'Susi Brand'.

Pada tahun 2004 ia mendirikan Susi Air. Susi Air awalnya didirikan untuk mengantarkan muatan perikanan PT ASI Pudjiastuti. Kini Susi Air beroperasi dari 5 pangkalan, yaitu Medan (Sumatera Utara), Kendari (Jakarta), Jawa Tengah (Cilacap), Jawa Barat (Pangandaran dan Bandung), Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Jayapura (Papua).

Susi menikah dua kali. Suami terakhirnya adalah Christian von Strombeck, seorang ekspatriat yang pernah bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara). Saat ini susi adalah ibu tunggal dengan 3 orang anak dan 1 orang cucu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...