Tuhanku telah mendidikku,
maka Dia menjadikan pendidikanku yang terbaik." Demikian salah satu hadis
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban. Nabi Muhammad SAW adalah hamba
terbaik yang diutus Allah SWT di sepanjang sejarah kehidupan ma nusia hingga
akhir masa. Itu keya kinan setiap Muslim. Oleh karena itu, ia menjadi teladan
bagi umat manusia (QS al-Ahzab [33]: 21).
Setidaknya
ada tiga cara Allah mendidik Nabi. Pertama, pendidikan by design. Pendidikan Nabi
SAW sudah direncanakan dan didesain Allah SWT. Perhatikanlah silsilah Nabi
Muhammad. Ayahnya bernama Ab dullah, berarti hamba Allah. Ibunya bernama
Aminah, artinya dapat di percaya. Lalu kakeknya, Abdul Muthalib, memberi nama
Muhammad yang artinya orang yang terpuji. Silsilahnya sampai kepada Nabi Ismail
bin Ibrahim AS.
Dalam
kandungan, ayahnya wafat. Masih usia anak-anak, bunda tercinta juga dipanggil
Allah. Muhammad men jadi yatim piatu. Meski yatim pia tu, ia dididik di
lingkungan yang baik sehingga mendukung pertumbuhan mental dan fisiknya. Ia
diasuh kakek, lalu berpindah pada pamannya, Abu Thalib. Ketika ditanya soal
perjalanan hidupnya yang berpindah-pindah pengasuhan ini, Nabi Muhammad
menjawab, "Begitulah cara Allah mendidikku sehingga tak ada satu orang pun
yang sangat berpengaruh dalam hidupku, termasuk orang tuaku sendiri."
Kedua,
pendidikan berbasis prophetic atau
kenabian. Di usia 40 ta hun, Muhammad diangkat menjadi rasul. Penetapan nya
sebagai nabi dan rasul menunjukkan bahwa Allah SWT mendidik Muhammad mengandung
pendekatan profan atau bermuatan "kelangitan".
Sebagai
Nabi, Allah mendidiknya dengan tuntunan wahyu melalui Ma laikat Jibril.
Perkataan dan per buat annya mengandung ajaran mulia karena didasari oleh
wahyu, bukan hawa nafsu. Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi, ia berkata,
"Dan akhlak Nabi itu adalah Alquran."
Ketiga,
pendidikan dalam pemeliharaan dan pengawasan Allah. Di antara bentuk pengawasan
Allah ada lah memeliharanya dari perbuatan maksiat. Di saat remaja, misalnya,
Muhammad ingin melihat pesta yang dipenuhi oleh hiburan sarat maksiat.
Tiba-tiba
saja ia letih dan mengantuk berat sehingga ia tertidur. Saat terbangun, hari
sudah siang sehingga ia tidak melihat hiburan bermaksiat tersebut. Hal itu juga
terjadi keesokan harinya. Demikian Allah menjaga nabi dari lingkungan buruk.
Sebagai
umat Muhammad, kita perlu merancang pendidikan berbasis Islam, mengandung
misi prophetic,
dengan tauhid sebagai poros utama. Wallahu a'lam.
sumber: Republika
Komentar
Posting Komentar