Langsung ke konten utama

Ummu Mutiah, Masuk Surga Karena Taat Dengan Suami


"Ya Rasulullah, beritahu padaku siapa wanita yang beruntung masuk surga untuk pertama kali selain Ummul Mukminin?" Ummul Mukminin sendiri merupakan wanita-wanita yang telah dijamin masuk surga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah, "Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah." (HR. Hakim dan Muslim).

Mendengar pertanyaan putrinya ini, Rasul pun menjawab bahwa wanita pertama yang masuk surga adalah seorang wanita mulia yang tinggal di pinggiran kota Madinah pada masanya. Wanita tersebut bernama Mutiah. Kepada Fatimah Rasulullah mengatakan, "Wahai Fatimah, jika engkau ingin mengetahui wanita pertama yang masuk surga selain Ummul Mukminin, ia adalah Ummu Mutiah."

Mengetahui jawaban sang ayah, Fatimah yang juga istri dari Khulafa'ur Rasyidin ke empat yakni Ali bin Abi Thalib ini lantas penasaran dengan sosok Mutiah. Rasa penasarannya muncul karena selama ini ia tak mengenal sosok Mutiah. Rasa penasaran ini juga muncul karena ia menyadari bahwa ternyata bukan dirinya yang masuk surga untuk pertama kali. Padahal, selama ini ia telah menjalankan ibadahnya dengan baik, patuh pada suami dan ia juga merupakan putri dari Rasulullah Muhammad SAW.

Untuk memenuhi rasa penasaran yang bergejolak dalam hati, Fatimah pun mencari rumah Mutiah dan hendak berkunjung ke sana. Setelah melakukan pencarian yang cukup lama, akhirnya ia menemukan rumah Mutiah. Diketuklah pintu rumah wanita itu oleh Fatimah sembari mengucap salam. Dari dalam rumah terdengar suara, "Siapakah yang ada di luar tersebut?" Fatimah menjawab, "Aku Fatimah, putri Rasulullah.

Mendengar jawaban Fatimah, Mutiah tidak lantas membuka pintu. Selanjutnya ia bertanya, "Ada keperluan apa". Fatimah kembali menjawab, "Hendak bersilaturakhim saja." Dari dalam rumah Mutiah kembali bertanya, "Kamu datang seorang diri atau bersama dengan orang lain?". "Aku bersama putraku Hasan." Jawab Fatimah.

Mengetahui Fatimah bersama Hasan, Mutiah lantas mengatakan, "Maaf, aku tidak bisa membukakan pintu untukmu. Aku belum minta izin pada suamiku akan kedatangan tamu laki-laki di rumahku. Sebaiknya kamu pulang dan kembali esok hari. Aku akan meminta izin kau bersama Hasan saat datang kemari." Mendengar pernyataan Mutiah, Fatimah pun berkata dengan sabar, "Tapi Hasan adalah anakku. Ia juga masih kecil." "Walau anak-anak, Hasan tetaplah lelaki. Kembalilah esok hari saat aku sudah meminta izin dari suamiku untuknya." Ungkap Mutiah.
Masih penasaran dengan sosok Mutiah dan amalan yang dilakukannya, Esok hari Fatimah kembali berkunjung ke rumah Mutiah. Pintu rumah wanita tersebut kembali diketuk disusul dengan salam. Sayang, hari itu Fatimah kembali ditolak bertamu oleh Mutiah. Penolakan ini tentu bukan tanpa alasan. Fatimah hari itu datang bersama kedua anaknya, Hasan dan Husein. Mendengar Fatimah bersama satu orang laki-laki lain yang belum dimintakan izin kepada suami, Mutiah lantas menolak kedatangan Fatimah dan menyuruhnya datang kembali hari esoknya.

Di hari ketiga, Fatimah berkunjung ke rumah Mutiah saat sore hari. Akhirnya, ia pun bisa diterima dengan baik dan diizinkan masuk oleh Mutiah. Alangkah terkejutnya Fatimah melihat sopan santun dan kepatuhan Mutiah pada sang suami. Saat itu, Mutiah juga sedang mengenakan pakaian terbaiknya dengan aroma tubuh yang wangi. Wanita tersebut mengatakan ia akan menyambut kedatangan suami yang sebentar lagi akan pulang dari kerja. Rumahnya yang sederhana juga terlihat sangat bersih dan nyaman.

Kekaguman Fatimah tidak berakhir sampai di situ saja, putri Rasulullah ini juga terkagum di hari keempat saat ia kembali berkunjung ke rumah Mutiah saat suaminya sudah pulang dari kerja. Mutiah begitu peduli pada suaminya. Ia telah menyiapkan air mandi untuk sang suami, pakaian ganti dan makanan yang ia masak sendiri di meja makan. Saat sang suami telah sampai rumah, Mutiah menemaninya pergi ke kamar mandi dan membantu sang suami membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi, Mutiah menemani suaminya makan. Saat makan inilah, Fatimah kembali dibuat kagum oleh Mutiah. Di samping suaminya yang sedang makan, Mutiah membawa sebuah cambuk. Ia lantas mengatakan pada suaminya untuk memakai cambuk tersebut untuk memukul tubuhnya jika saja masakan yang ia buat tidak disukai oleh suaminya. Mengetahui apa yang dilakukan Mutiah, Fatimah pun menangis haru sekaligus bahagia. Ia akhirnya bisa belajar banyak tentang sebagaimana mestinya menjadi seorang istri yang shalihah.

Pada diri Mutiah, Fatimah akhirnya tahu bahwa seorang istri shalihah dan taat serta selalu mengharap ridho suami adalah seorang wanita yang pantas memasuki pintu surga terlebih dahulu. Ladies, tentunya ada banyak hal yang bisa kita ambil dari kisah ini. Dan hal yang terpenting adalah bagaimana semestinya istri yang baik berlaku pada suaminya.

Jika memang kita para wanita menginginkan surgaNya, sangat dianjurkan untuk kita semua agar menjadi istri yang taat dan selalu mengharap ridho suami dalam segala kebaikan. Semoga kisah ini bisa menginspirasi dan kita semua bisa mengambil hikmah yang ada di dalamnya. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga di hari raya yang fitri nanti, kita semua bisa kembali ke fitrah kita masing-masing.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...