Langsung ke konten utama

Ummu Sulaim, Pahlawan Perang Uhud



Rumaisha Ummu Sulaim binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Malik. Beliau adalah satu dari wanita shalihah yang memiliki kedudukan istimewa di mata Rasulullah. Beliau memiliki sifat keibuan dan wajah manis menawan.  Sifat-sifat mulia seperti kecerdasan, kesabaran, dan kecerdasan beliaulah yang menurun kepada anaknya, yaitu Anas bin Malik, pembantu setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salah seorang sahabat dekat beliau. Ya, beliau merupakan ibu dari Anas bin Malik, satu dari tujuh sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling banyak meriwayatkan hadits.
Ummu Sulaim adalah satu perempuan yang banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. Hadis yang diriwayatkan olehnya sekitar 14 hadis, beliau juga termasuk perempuan-perempuan mulia yang ada di sekeliling Rasulullah SAW dan mempunyai keutamaan besar sebagai seorang shahabiyah sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Sahih Bukhori. Ummu Sulaim adalah perempuan dari kalangan Anshar, yang berasal dari suku Khazraj, bernasab sampai kepada keturunan Adiy bin Najjar yang merupakan seorang tukang kayu. Oleh karena itu, Ummu Sulaim pandai membuat cindera mata, karena nenek moyangnya juga ahli dalam hal tersebut.
Nama lengkapnya adalah Ruimasha’ Hiram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin A’fi bin an-Najjar al-Anshariyah al-Khazrajiyyah.
Pada zaman jahiliyah, Ummu Sulaim menikah dengan Malik bin Nadhar dan dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Anas. Ummu Sulaim juga tergolong orang-orang pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar, hingga suaminya marah karena melihat istrinya tersebut memeluk Islam.
Malik bin Nadhar yang mengetahui istrinya tersebut masuk Islam marah dan berkata kepadanya, ‘’Ya Ummu Sulaim, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu?’’ Mendengar pertanyaan tersebut, Ummu Sulaim lalu menjawab, ‘’Tidak, cuma aku percaya kepada laki-laki pembawa risalah (Muhammad SAW)‘’.
Ummu Sulaim kemudian mengajari anaknya kalimat syahadat, sambil berkata, ‘’Ya Anas, ucapkanlah “Asyhadu Alla Ilaha Illallah wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah”.  Mendengar hal tersebut, Malik bin Nadhar marah besar dan berkata, “Jangan kau rusak anakku.”
“Aku tidak merusaknya,” jawab Ummu Sulaim.
Pada suatu ketika Malik bin Nadhar pergi ke Syam. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan musuhnya. Malik bin Nadhar pun terbunuh. Ketika kabar meninggalnya Malik bin Nadhar sampai kepada Ummu Sulaim, ia berkata, “Aku tidak akan menyapih anakku Anas bin Malik hingga ia berhenti menetek sendiri.”
Beliau juga pernah berkata, “Aku tidak akan menikah lagi hingga Anas dewasa dan ikut dalam majlis-majlis pengajian.” Mendengar kata-kata ibunya tersebut, anas kemudian berucap, “Semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu, yang telah merawatku dengan baik”.
Setelah itu, Ummu Sulaim dilamar oleh Abu Thalhah yang pada saat itu belum masuk Islam. Ummu Sulaim menolak lamaran Abu Thalhah, sambil berkata, “Ya Abu Thalhah, apakah engkau tidak tahu bahwa yang engkau sembah adalah batu yang tidak dapat memberi manfaat dan madharat kepadamu? Atau berupa kayu yang dibuat tukang kayu, dipahat dan dibentuknya, apakah ia dapat memberi manfaat dan madharat kepadamu? Apakah engkau tidak malu menyembah semua itu? Jika engkau bersedia masuk Islam, maka aku bersedia untuk menikah denganmu dan tidak mengharap mas kawin selain keislamanmu itu.”
Mendengar kata-kata Ummu Sulaim, Abu Thalhah terketuk hatinya dan tertarik pada Islam. Dia kemudian mengucapkan kalimat syahadat dan menikah dengan Ummu Sulaim. Dari  pernikahan dengan Abu Thalhah, Ummu Sulaim banyak dikaruniai anak.
Ummu Sulaim juga termasuk perempuan yang mempunyai peran besar dalam Perang Uhud. Ia memberi minum orang-orang yang haus dan merawat orang-orang yang terluka. Suatu ketika, saat terjadi Perang Hunain, Ummu Sulaim membawa pisau kecil (badik). Abu Thalhah yang mengetahui hal tersebut dan melaporkan kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah SAW, ini Ummu Sulaim membawa badik.”
Ummu Sulaim kemudian menimpali ucapan suaminya itu kepada Rasulullah SAW,  “Ya Rasulullah, benar aku membawa badik. Jika ada orang musyrik mendekatiku, maka akan aku robek perutnya, dan akan aku bunuh orang-orang muslim yang lari dari sisimu sebagaimana engkau memerangi orang-orang yang memerangimu. Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Ya Ummu Sulaim, sungguh Allah SWT memberikan kecukupan dan kebaikan”.
Dalam hal mencari suami, Ummu Sulaim tidak menuntut adanya mas kawin yang begitu banyak dan mewah. Tapi beliau lebih memilih laki-laki yang mempunyai keimanan dan keislaman yang baik, karena kedua sifat tersebut yang akan membimbing kehidupannya ke depan.
Kebanyakan perempuan ketika menikah menginginkan jaminan masa depan yang jelas, dengan meminta mas kawin yang banyak dan mewah. Tetapi hal tersebut belum tentu menjamin masa depan pernikahan. Laki-laki yang mempunyai keimanan dan keislaman yang baik, tentu saja mengetahui bagaimana cara memperlakukan perempuan dengan sebaik mungkin, termasuk dalam urusan pernikahan, rumah tangga, sampai dengan urusan belanja, jalan-jalan dan sebagainya.
Selain itu, Ummu Sulaim juga termasuk perempuan yang ikut andil dalam mendakwahkan Islam. Ia juga ikut andil dalam Perang Uhud dan Perang Hunain walaupun tidak berada dalam barisan paling depan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam sama sekali tidak memarginalkan perempuan.
Wallahu a’lam.

sumber:islami.co


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...