Langsung ke konten utama

Ini Toleransi Atas Nama Cinta



Di Plataran Altar Gereja

Aku duduk termenung

Menyelami makna hidup dan kehidupan

Untuk apa dan mengapa manusia di Ciptakan

Sebuah pencarian jejak pemilik hati

Atas nama cinta dan percaya

Sebuah toleransi pada keberagaman

Aku dapat merasakan getaran

Getaran atas rasa saling menerima perbedaan

Berbeda-beda namun tetap satu jua

Begitulah bhineka tunggal ika sebagai ciri khas keberagaman di Indonesia

Ketika ada cinta, pasti timbul saling kasih

Manifestasinya tentu kau ingin melindungi saudaramu

Betapa aku ingin melindungi kalian semua saudaraku

Ketika dihadapkan pada sebuah pilihan,

Aku akan memilih perdamaian yang hakiki

Kita hidup untuk saling menyayangi

Toleransi adalah nilai yang diyakini oleh semua umat beragama

Tuhan menciptakan semua insan murni dan baik

Jauh di dalam hatiku, aku berpikir

Kita  diciptakan untuk beribadah

Menurut agama dan kepercayaan kita msing-masing

Lalu kenapa terjadi peperangan dimuka bumi

Mereka mengatasnamakan agama, ras, suku dan golongan

Anak-anak dan perempuan menjadi korban

Mereka terasingi ditengah gemerlap kehidupan

Zaman sudah berubah

Mainset kita harus  berubah

Maka perdamaian bukan hal mustahil

Aku yakin semua insan memiliki cinta nan jauh dilubuk hatinya

Saling melindungi dalam damai semestinya dapat diwujudkan

Karena perdamaian dunia adalah cita-cita kita bersama




Susi Gustiana



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Kisah Cinta Datu Musing Dan Mipa Deapati

Kisah cinta nan mengharukan antara Datu Museng dan Maipa Deapati ini berangkat dari cerita rakyat yang sangat populer dikalangan masyarakat Makassar, yang dituturkan oleh orang-orang tua kepada anak cucu mereka, agar mereka dapat memetik hikmah dari pendidikan, perjuangan dan kesetiaan. Begitu hebatnya cerita antara Datu Museng putra bangsawan kerajaan Gowa dan Maipa Deapati Putri bangsawan Kerajaan Sumbawa ini tertanam di dalam benak orang-orang makasar, sehingga kemudian nama dari kedua tokoh legendaris ini diabadikan sebagai nama jalan di Kota Makassar. Nama jalan itu seakan sengaja dibuat berdampingan saling berdekatan seakan-akan Pemerintah Kota Makassar turut merestui hubungan percintaan abadi mereka berdua. Jalan Maipa berada di sisi kanan Hotel Imperial Aryaduta Makassar.Pada ujung barat jalan Datu Museng, terdapat situs makam dengan dua nisan kayu yang bersanding kukuh, yang konon katanya itulah makam kedua pasangan cinta ini dimakamkam, Datu Museng dan kekasihnya Ma...