Perkembangan teknologi kamera telah mengubah orang untuk lebih
kreatif dalam menghasilkan film pendek atau film indie.
Dengan berbekal kamera DSLR, seseorang yang tidak memiliki latar belakang cinematography pun kini leluasa untuk
membuat karya film yang layak tonton. Kamera DSLR juga bukan lagi dipandang
sebelah mata untuk menghasilkan karya film komersil. “Captain America: The
First Avenger, adalah salah satu contoh film layar lebar yang sebagian scene-nya direkam dengan kamera DSLR Canon 5D
Mark II.
Bahkan kini
dengan mengandalkan smartphone canggih –
yang memiliki resolusi kamera tinggi – seseorang bisa membuat film tentang
aktivitas traveling, wisata kuliner, acara reuni, atau film pendek tematis.
Sebagai contoh film berjudul Tangerine. Film
bertema kehidupan sosial tersebut masuk dalam Sundance Film Festival 2015
sebagai satu-satunya film yang proses pembuatan seluruhnya menggunakan iPhone
5S.
Anda pun bisa
melakukannya dengan menggunakan peranti kamera foto atau ponsel untuk membuat
karya film atau video documenter sendiri. Tema kehidupan sosial atau human interest cukup banyak bisa
dijumpai di sekitar lingkungan Anda. Berikut kami sajikan sejumlah rekomendasi
peranti yang bisa Anda gunakan untuk membuat sebuah film atau video dokumenter.
The Daily Oktagon pun sudah menyiapkan ulasan menariknya. Ini 10 Peralatan Wajib
untuk Membuat Video Dokumenter.
1.
Kamera
Kamera menjadi
alat utama dalam pembuatan film dokumenter. Saat ini, sebagian besar kamera
foto bisa menghasilkan gambar beresolusi tinggi dan memiliki kemampuan merekam
video berkualitas HD. Itulah sebabnya banyak yang memanfaatkan kamera DSLR
untuk untuk mengurangi bujet produksi sebuah film. Namun ketika akan membuat
film atau video documenter dengan menggunakan kamera DSLR pastikan kamera
tersebut telah memiliki fitur Image Stabilization.
Adanya fitur
Image Stabilizer akan mengurangi gambar yang bergoyang atau blur. Beberapa
produsen kamera memiliki istilah masing-masing untuk penyebutan fitur ini.
Canon dan Sony menggunakan istilah Image Stabilization (IS) sementara Nikon
menggunakan istilah Vibration Reduction).

Seperti disinggung di atas, penggunaan smartphone pun tak haram hukumnya. Kebanyakan pembuat film indie mempercayakan pada iPhone untuk mencapai hasil yang memuaskan. Tristan Pope, yang sebelumnya bekerja Blizzard Entertainment, membuat film “Romance in NYC” berdurasi 15 menit dengan iPhone 6. Pembuatan film tersebut pernah didanai dari Kickstarter, sebelum diedarkan ke publik
Canon tipe
60D, 700D, 70D, 7D, 5D Mark II) Sony tipe A5000, A6000, A7S, serta Nikon D5300,
D7100 (DX), D610 (FX) adalah sederetan kamera yang bisa Anda coba. Yuk, cek
juga berbagai kamera keren di Oktagon.
2.
Tripod
Seringkali
para videografer pemula tidak membawa peranti tripod saat merekam gambar.
Hasilnya pasti bisa ditebak, kualitas gambar akan bergoyang. Jadi yang Anda
perlukan saat merekam video documenter adalah tripod yang memiliki video head sekaligus sehingga memudahkan
saat akan merekam gambar dengan cepat dan stabil. Anda pilih tripod khusus
untuk video, bukan yang untuk fotografi.
Pertimbangkan kekuatan tipod untuk menyangga kamera DSLR Anda.
Ketika kamera ditambahi dengan aksesori maka bobotnya akan bertambah pula.
Pilihlah tripod yang memiliki berat lebih besar daripada kamera sehingga akan
kokoh dan tidak mudah goyang (steady).
Apabila Anda
menggunakan smartphone, maka
tepat untuk memilih GorillaPod plus peranti aksesori Glidecam atau Steadicam.
Ukuran ponsel yang kecil dan segenggam tangan dan bobotnya yang ringan akan
memunculkan masalah saat merekam video. Tak peduli seberapa stabil Anda
memegangnya, tetap saja akan muncul goyangan saat merekam. Nah Anda memerlukan
Steadicam untuk menstabilkannya. Brand yang menjadi rekomendasi adalah
Manfrotto MVH502A Fluid Head and 546B Tripod System.
3. Slider
Dolly
Cara simpel
untuk mendapatkan gerakan layaknya kamera sinematik adalah dengan peranti
bernama slider dolly. Slider ini akan membantu memperoleh
gambar yang seolah-olah diambil dari sudut pandang lain. Rekomendasi produk
yang bisa Anda pilih adalah Konova K5.
Pada dasarnya
DSLR adalah kamera foto sehingga faktor ergonomisnya hanya dirancang untuk
kebutuhan memotret. Apabila akan mentransformasi DSLR menjadi kamera video maka
perlu tambahan aksesori berupa rig. Namun sayangnya harga rig cenderung lebih mahal daripada harga
bodi kamera sendiri.
Apabila Anda
ingin merekam video dengan DSLR tanpa membawa tripod atau tidak memungkinkan
untuk menggunakan tripod, maka pilih shoulder
rig atau monopod. Anda juga bisa
menambahkan tilt head pada
monopod agar kamera bisa bergerak naik-turun.
Produk-produk seperti Manfrotto 334B Automatic Monopod dan
Cowboy Studio Shoulder Support layak menjadi pelengkap untuk mendapatkan
kualitas gambar yang prima.
5.
Lensa
Salah satu
alasan utama bagi sebagian besar orang yang memilih kamera DSLR atau digital single-lens reflex adalah untuk
membuat film adalah keleluasaan untuk bergonta-ganti lensa. Sebagai pembanding,
kamera video seharga di bawah US$ 5.000 atau Rp 66 juta, hanya memiliki satu
lensa fix yang digunakan
untuk merekam berbagai situasi. Nah, dengan berbekal DSLR maka Anda memiliki
pilihan untuk menggunakan lensa sesuai dengan situasi atau angle yang akan
direkam.
Ketika Anda
membuat film narasi, maka yang diperlukan adalah lensa memiliki panjang rana (focal length) yang fix atau lensa-lensa “unggulan”. Beda
kasus ketika merekam film documenter, maka perlu lensa yang memiliki kemampuan zoom. Jika berbicara mengenai aperture, maka sebaiknya Anda gunakan
lensa-lensa unggulan (prime lenses). Anda akan
dipaksa untuk berpikir mengenai penempatan kamera yang tepat dan tak hanya
mengandalkan zoom in-out saja.
Sebaiknya ketika akan membeli lensa, pilih yang keluaran
pabrikan atau sama mereknya dengan kamera Anda. Misalnya Anda menggunakan
kamera Nikon, maka pilih lensa Nikkor.
Rekomendasi
lensa yang dapat dipilih adalah 28 milimeter f/1.8, 50 milimeter f/1.4 dan 85
milimeter f/1.8. Anda tinggal menyesuaikan dengan kamera yang digunakan.
6.
Filter
Ketika merekam
video maka akan muncul keterbatasan dalam hal kecepatan rana (shutter speed) yaiu menggandakan frame rate. Sebagai contoh saat Anda merekam
video 24p dan ingin kecepatan rananya 1/48 detik (dimana kecepatan rana DSLR
1/50 detik) maka tidak bisa mengontrol exposure sesuai harapan.

Tanpa adanya tambahan filter maka tak mungkin mendapatkan depth of field ketika merekam di bawah terik matahari. Itulah sebabnya Anda memerlukan tambahan filter ND (Neutral Density) agar bisa memperoleh gambar yang terang tanpa harus mengorbankan warna. Jika Anda merekam video dengan DSLR maka cari ukuran filter terbesar, normalnya 77 milimeter. Agar bisa masuk ke lensa yang berukuran lebih kecil diameternya maka gunakan step-down filter rings. Produk yang bisa dicoba, yakni Fader Variable ND, Heliopan Variable ND
7. Lighting
Pencahayaan
sangat penting untuk menghasilkan gambar video yang tajam. Biasanya lighting
yang digunakan di videografi adalah berjenis HMI atau Hydrargyrum Medium-arc Iodide. Namun
sayangnya selain mahal juga tidak praktis, sehingga kini disiasati dengan LED.
Ada beberapa jenis lighting LED
yang biasa digunakan untuk kamera video, misalnya lampu LED Neewer CN-216
(angka 216 berarti jumlah lampunya), LED Neewer CN-160 atau LED Neewer CN-126
yang harganya lebih murah. Biasanya untuk membuat film dokumenter, setidaknya
diperlukan 2 buah lampu LED yang ukurannya sama. Namun Anda perlu tambahan dual mount bracket untuk memasang kedua
lampu tersebut secara bersamaan.
8.
Audio
Audio adalah
aspek penting juga yang perlu diperhatikan saat membuat video dokumenter. Anda
juga memerlukan alat perekam suara eksternal. Alat ini sangat vital karena Anda
bisa mengambil trek suara lebih jelas daripada hanya mengandalkan microphone kamera yang kualitasnya
rendah.
Salah satu sound recorder yang mumpuni dan
direkomendasi para videographer adalah Zoom H4N. Perekam suara ini memiliki 4
channel audio recorder, 2 built in Stereo Condensor + 2 external input combo
dengan phantom power. Bahkan Zoom
H4N hingga saat ini masih menjadi standar sound
equipment bagi industri film.

Selain perekam suara, Anda juga memerlukan mikrofon (microphone). Ada tiga pilihan microphone untuk pengambilan suara sesuai kebutuhan, yaitu shotgun mic, boom mic, dan clip-on. Untuk jenis video dokumenter maka akan lebih sering menggunakan mic jenis clip-on, sementara untuk film pendek biasa menggunakan boom mic. Sedangkan shotgun mic kebanyakan digunakan untuk video reportase.
Zoom H4n yang
dipasangkan dengan microphone yang tepat
akan menghasilkan suara jernih. Rekomendasi yang bisa Anda coba, antara lain
Rode Videomic Shotgun Microphone, Rode VideoMic Pro Compact VMP Shotgun
Microphone, Sennheiser MKE 600 Camcorder Shotgun Microphone.
9.
Laptop
Untuk mengedit
hasil rekaman video, maka Anda mermelukan komputer yang mumpuni. Anda bisa
menggunakan computer desktop atau laptop. Pastikan komputer Anda memiliki
spesifikasi prosesor minimal Intel Core i5 dan kapasitas memori (RAM) di atas 8
GB, serta kualitas VGA super yang mampu melakukan proses rendering lancar.

Kapasitas hard disk setidaknya minimal 1 TB mengingat fungsinya sebagai penyimpan file-file video dan hasil film yang berukuran besar. Beberapa laptop yang bisa menjadi referensi Anda antara lain ASUS ZenBook Pro UX501VW-DS71T, Dell Inspiron i7559-2512BLK, Mac Book Pro MD103LL/A, HP ZBook 17, dan Lenovo Y700.
10. Software
Editing
Bicara software editing, Anda bisa memanfaatkan
Final Cut Pro, Adobe Premiere, Sony Vegas Pro, Pinnacle Studio, dan After
Effect. Ditambah software penyuntingan
suara seperti Sound Forge dan Garage Band, maka hasil video dokumenter bertema human interest buatan Anda pasti enak
ditonton.
Nah, apabila Anda merekam video dengan iPhone, maka bisa memanfaatkan aplikasi MoviePro dan Filmic Pro. Selamat mencoba!

Komentar
Posting Komentar