Banjir
adalah genangan atau aliran air di atas daratan yang tidak biasanya tergenang
air. Banjir umumnya disebabkan oleh meluapnya air melalui tepian suatu badan
air seperti sungai atau danau sehingga menggenangi atau mengalir di luar
batas-batas biasanya.
Sedangkan
fluktuasi luapan sungai atau volume danau musiman, yang biasanya disebabkan
variasi hujan atau pencairan salju, biasanya bukanlah banjir yang
membahayakan kecuali luapan air tersebut membahayakan atau merusak lahan,
permukiman, atau ladang-ladang pertanian yang dipakai manusia.
Banjir
seringkali menyebabkan kerusakan atau kerugian yang besar apabila menerjang
daerah permukiman yang terletak di dataran rendah yang berpeluang banjir.
Sebenarnya kerugian akibat banjir bisa dihindari apabila dataran banjir
tersebut ditinggalkan atau tidak dihuni.
Alquran
menceritakan banjir terbesar sepanjang sejarah manusia yang terjadi pada zaman
Nabi Nuh. Banjir tersebut menenggelamkan dan menghapus semua peradaban manusia
saat itu. Besarnya banjir Nabi Nuh dilukiskan dengan tergenangnya permukaan
bumi dan tenggelamnya gunung-gunung yang berlangsung dalam waktu yang lama,
dengan air yang jatuh dari langit maupun yang memancar dari dalam bumi.
"Lalu
Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami
jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga
(meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut
dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak.” (QS al-Qamar:
11-13).
Allah
memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk menaikkan ke atas perahu pasangan-pasangan
dari setiap spesies, jantan dan betina, serta keluarganya. Seluruh manusia di
daratan tersebut ditenggelamkan ke dalam air, termasuk anak laki-laki Nabi Nuh
yang semula berpikir bahwa dia bisa selamat dengan mengungsi ke sebuah gunung
yang dekat.
“Dia
(anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari
siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang
menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang
ditenggelamkan.” (Surah Hud ayat 43).
Semuanya
tenggelam kecuali yang dimuat dalam perahu bersama Nabi Nuh. Ketika air surut
di akhir banjir tersebut, dan kejadian telah berakhir, perahu terdampar di
Judi, yaitu sebuah tempat yang tinggi, sebagaimana yang diinformasikan Alquran
kepada kita.
Banjir
lainnya yang diceritakan dalam Alquran adalah banjir bandang yang menimpa Kaum
Saba'. Allah SWT berfirman, ” Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan
Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu: dua buah kebun di sebelah kanan dan di
sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya!’ (Negerimu) adalah
negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka
berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar. Dan Kami ganti
kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah
pahit, pohon atsl dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan adzab (yang
demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” [Saba’
[34]:15-17]
Banjir
terjadi karena bobolnya bendungan yang pada awalnya dipakai sebagai sumber air
dan sarana irigasi pertanian kaum tersebut.
Salah
seorang Ratu kaum Saba', Ratu Bilqis, beriman kepada Allah melalui Nabi
Sulaiman dan menjadi istri Nabi Sulaiman. Bangsa ini memiliki kebudayaan yang
cukup tinggi pada masanya dan memiliki angkatan perang yang kuat.
Selepas
masa Ratu Bilqis, kaum Saba' kembali ingkar kepada Allah sehingga Allah
menghukum mereka dengan mendatangkan banjir. Lahan-lahan pertanian kaum Saba'
yang tadinya subur, hancur tersapu banjir. Setelah kejadian banjir tersebut
lahan-lahan pertanian tidak dapat lagi ditumbuhi tanaman, kecuali tumbuhan liar
yang tidak berguna.
Sumber:
Republika
Komentar
Posting Komentar