فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ. يَغْشَى
النَّاسَ ۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka tunggulah hari ketika
langit membawa kabut yang nyata. Yang meliputi manusia. Inilah azab yang
pedih.” (QS. Ad-Dukhan: 10-11)
Dukhan (asap) adalah salah satu dari sepuluh
tanda besar kiamat yang akan terjadi. Jumhur ulama mengatakan bahwa tanda besar
inilah yang pertama kali muncul, sebelum kemunculan Dajjal. Kesimpulan ini
diambil dari atsar Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه yang diriwayatkan oleh Al Hakim
dalam kitab Al-Fitan. Dari sini pulalah peristiwa kemunculan asap diperkirakan
disebabkan oleh jatuhnya meteor atau bebatuan dari langit.
Dari Abdullah bin Mulaikah, dia berkata:
غَدَوْتُ عَلَى ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ذَاتَ يَوْمٍ, فَقَالَ: مَا نِمْتُ الْبَارِحَةَ
حَتَّى أَصْبَحْتُ, قُلْتُ: لِمَ؟ قَالُوا طَلَعَ الْكَوْكَبُ ذُوْ الذَّنَبِ,
فَخَشِيْتُ أَنْ يَّكُوْنَ الدَّجَّالُ قَدْطَرَقَ, مَا نِمْتُ حَتَّى أَصْبَحْتُ
“Aku berangkat pagi-pagi untuk menemui Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه pada
suatu hari, lantas ia berkata, “Aku tidak tidur malam ini sampai pagi.” Aku
bertanya, “Mengapa?” Dia menjawab, “Orang-orang berkata, “Bintang yang berekor
muncul malam ini. Aku khawatir bahwa asap itu sudah muncul, maka aku tidak
tidur sampai aku memasuki waktu pagi.” (Diriwayatkan oleh al Hakim dalam Kitab Al-Fitan, dia berkata,
“Atsar ini shahi berdasarkan dua syaikh –Bukhari dan Muslim. Adz-Dzahabi
mengukuhkannya.” [Mustadrak (4/506)]; Ibnu Katsir mengatakan, “Sanadnya shahih
sampai kepada Ibnu ‘Abbas sang pria shalih umat ini dan penerjemah Al-Qur’an
[At-Tafsir (4/142)])
Pada atsar ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa
tanda asap terjadi sebelum munculnya Dajjal. Karena jika seandainya asap itu
terjadi setelah munculnya Dajjal, maka Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه tidak akan
ketakutan terhadap peristiwa munculnya bintang berekor tersebut. Peristiwa
jatuhnya meteor dan asap ini juga dihubungkan dengan kemunculan Imam Mahdi,
sebagaimana disebutkan dalam atsar berikut:
Dari Ka’ab رضي الله
عنه , dia berkata:
إِنَّهُ يَطْلُعُ
نَجْمٌ مِنَ الْمَشْرِقِ, قَبْلَ خُرُوجِ الْمَهْدِيْ, لَهُ ذَنْبٌ يُضِيْءُ
“Akan muncul bintang dari arah timur, sebelum keluarnya al-mahdi,
bintang itu memiliki ekor yang bersinar terang.” (‘Uqad Ad-Durar, 106)
Dari Katsir bin Murrah
al-Hadhrami رضي الله عنه , dia berkata:
آيَةُ الْحِدْثَانِ
فِيْ رَمَضَانَ عَلَامَةُ فِيْ الْسَّمَاءِ, بَعْدَهَا اخْتِلَافُ فِيْ النَّاسِ,
فَإِنْ أَدْرَكْتَهَا فَأَكْثِرْ مِنَ الطَّعَامِ مَا اسْتَطَعْتَ
“Tanda
bencana pada bulan Ramadhan adalah sebuah tanda di langit, sesudahnya adalah
perselisihan di kalangan manusia. Jika kamu mendapatinya maka perbanyaklah
persediaan makanan sekuat kemampuanmu.” (Nu’aim: Al-Fitan [150], pada isnadnya ada Walid bin
Muslim, seorang rawi mudallis, akan tetapi dia meriwayatkan atsar ini dengan
‘an-‘anah di sini)
Ka’ab رضي الله عنه berkata tentang tanda yang
akan nampak di langit:
هُوَ نَجْمٌ يَطْلُعُ
مِنَ الْمَشْرِقِ, وَ يُضِيْءُ لِأَهْلِ الْأَرْضِ كَإِضَاءَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ
الْبَدْرِ
“Itu adalah bintang yang terbit dari timur, menerangi penduduk
bumi sebagaimana terangnya bulan pada malam purnama.” (Nu’aim: Al-Fitan [152], pada atsar ini
ada keterputusan)
Dari Ka’ab رضي الله عنه juga, dia
berkata:
وَ نَجْمٌ يُرْمَى بِهِ
يُضِيْءُ, كَمَا يُضِيْءُ الْقَمَرِ, ثُمَّ يَلْتَوِيْ كَمَا تَلْتَوِي
الْحَيَّةُ, حَتَّى يَكَادَ رَأْسَاهَا يَلْتَقِيَانِ,…, وَ النَّجْمُ الَّذِيْ يُرْمَى
بِهِ شِهَابٌ يَنْقَضُّ مِنَ السَّمَاءِ, مَعَهَا صَوْتٌ شَدِيْدٌ حَتَّى يَقَعَ
فِيْ الْمَشْرِقِ, وَيُصِيْبُ النَّاسَ مِنْهُ بَلَاءٌ شَدِيْدٌ
“Dan sebuah bintang yang dilemparkan menerangi sebagaimana
meneranginya bulan, kemudian bintang itu menggulung dirinya sebagaimana
menggulungnya ular, sehingga kedua ujungnya hampir bertemu, …., dan bintang
yang dilemparkan dengannya menjadi panah yang menukik dari langit, diiringi
dengan suara yang keras hingga jatuh di wilayah timur, malapetaka besar menimpa
manusia karenanya.” (Nu’aim:
Al-Fitan [160], muhaqiq ini menyatakan bahwa sanadnya hasan).
Beberapa perkataan di
atas walaupun mauquf (sanadnya berhenti di sahabat), tetapi dihukumi marfu’
(sampai kepada Nabi صلى الله عليه وسلم), karena perkataan di atas
mengandung hal ghaib yang tidak mungkin berasal dari manusia. Dengan demikian,
jika sanad beberapa hadits tersebut baik dan mutawatir, dapat dipastikan bahwa
perkataan tersebut adalah wahyu yang datang melalui Rasulullah صلى الله
عليه وسلم.
Menurut para ilmuwan,
beberapa dampak yang timbul akibat jatuhnya meteor di antaranya adalah
peningkatan suhu dan perubahan iklim. Untuk meteor berukuran satu mil (1,6 km)
yang menabrak daratan, akan menimbulkan energi tumbukan sebesar 3,6×105 megaton dan menghasilkan kawah seluas lebih
dari 20 km2. Gempa yang
dihasilkan di atas 8 skala richter. Asap yang dihasilkan sangat tebal sehingga
menutup atmosfir dan menghalangi pancaran sinar matahari ke bumi dalam waktu
satu tahun. Akibatnya adalah kegersangan dan matinya tumbuh-tumbuhan. Manusia
tidak akan mati karena dampak ledakan dan radiasi meteor itu sendiri, akan
tetapi dalam jangka waktu beberapa bulan atau tahun, akan timbul bencana
kelaparan, wabah penyakit, dan mutasi genetik yang menyebabkan lebih banyak
lagi korban meninggal.
Jatuhnya bebatuan (meteor) dari langit adalah
hukuman dari Allah bagi manusia sebagaimana dalam firman-Nya:
فَكُلًّا أَخَذْنَا
بِذَنْبِهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ
أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ
أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya,
maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan
di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara
mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40)
Rasulullah صلى
الله عليه وسلم bersabda:
يَكُوْنُ فِيْ آخِرِ
أُمَّتِيْ خَسْفٌ, وَمَسْخٌ, وَقَذْفٌ
“Akan terjadi pada akhir umatku pembenaman (ke dalam tanah),
pengubahan bentuk (manusia), dan hujan batu.” (HR. Ibnu Majah no. 4062)
Akan timbul kekacauan di mana-mana. Terlebih
menjelang keluarnya Dajjal, Allah sedang menahan sebagian air hujan. Ini makin
memperparah keadaan. Betapa beratnya ujian bagi orang-orang beriman saat itu
dan hebatnya adzab bagi orang-orang kafir. Dalam kondisi seperti ini, roda
perekonomian di seluruh dunia akan lumpuh. Belum lagi radiasi meteor yang akan
menyebabkan sinyal radio terganggu. Sarana Informasi dan Komunikasi tidak
berfungsi.
Dalam kondisi yang bersamaan, ekonomi dunia
bergejolak dan menurun. Amerika yang merupakan negara yang tegak di atas
pinjaman modal negara-negara dunia akan diterpa krisis. Hal ini otomatis akan
mempengaruhi stabilitas ekonomi negara lainnya. Amerika lambat laun akan
bangkrut, diikuti negara-negara lainnya. Bank dunia dengan sistem ribawinya
akan runtuh. Hutang negara lebih besar dari jumlah uang yang beredar karena
praktek riba tersebut.
Di tengah kondisi iklim dunia yang terus
menurun paska hantaman meteor, permintaan gas dan minyak bumi meningkat.
Menimbulkan kelangkaan sehingga harga melambung tinggi. Kondisi ini terus
berlangsung hingga seluruh sektor industri, transportasi, teknologi informasi
dan komunikasi tidak lagi beroperasi dan berproduksi. Diikuti matinya hilangnya
energi listrik yang membuat kelumpuhan total di segala bidang.
Dengan kondisi yang seperti ini, maka jelaslah
mengapa banyak yang memprediksi bahwa perang dunia ketiga adalah perang senjata
tradisional. Manusia kembali ke zaman unta. Berperang dengan kuda. Teknologi
modern yang dibanggakan manusia tinggal kenangan, dan terpaksa mengandalkan
teknologi manual untuk melangsungkan kehidupan.
Keadaan ini diperkuat oleh beberapa hadits
Nabi yang menggambarkan cara berperang yang tidak lazim dilakukan jika
menggunakan senjata teknologi modern.
…فَإِذَا تَصَافُّوْا
قَالَتِ الرُّوْمُ خَلُّوْا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِيْنَ سَبَوْا مِنَّا
نُقَاتِلْهُمْ…
“…Apabila mereka telah berbaris (dan berhadap-hadapan
untuk berperang), bangsa Romawi akan menggertak, ‘Biarkan kami membuat
perhitungan dengan orang-orang kami yang kalian tawan…” (HR. Muslim: Kitab Al-Fitan wa
Asyratus-Saa’ah no. 2897)
Juga masih di hadits yang sama,
…فَيَفَتَتِحُوْنَ
قُصْطَنْطِيْنِيَّةِ فَبَيْنَمَاهُم يَقْتَسِمُوْنَ الْغَنَائِمَ قَدْ عَلَّقُوْا
سُيُوْفِهِمْ بِالزَّيْتُوْنِ…
“…Kemudian mereka menaklukkan Kota Konstantinopel. Ketika mereka
sedang membagi-bagi harta rampasan perang dan menggantungkan
pedang-pedang mereka di pohon zaitun…”
Juga di dalam hadits lainnya,
…فَيَقْتَتِلُوْنَ
حَتَّى يَحْجُزَ بَيْنَهُمْ اللَّيْلُ فَيَفِيْءُ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ كُلٌّ
غَيْرُ غَالِبٍ
“…Bertempurlah mereka (Muslimin dan Romawi) sampai
dihentikan malam, mereka (Pasukan Muslimin) dan mereka (Pasukan
Romawi) kembali (ke kemah mereka) keduanya tidak meraih kemenangan…” (HR. Muslim: Kitab Al-Fitan wa Asyratus-Saa’ah
no. 2899)
Cara berperang seperti ini, (dilakukan pada
siang hingga sore hari) hanya dilakukan oleh pasukan perang sebelum adanya
teknologi dan penerangan. Sehingga pada malam harinya mereka menghentikan
perang, dan kembali ke kemah masing-masing. Masih dalam hadits yang sama,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم : إِنِّيْ لَأَعْرِفُ أَسْمَاءِهِمْ وَ أَسْمَاءَ آبَائِهِمْ
وُ أَلْوَانَ خُيُوْلِهِمْ, هُمْ خَيْرُ فَوَارِسَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ
يَوْمَئِذٍ
“…Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,”Sungguh aku mengenal
nama-nama mereka, nama-nama bapak mereka, dan bahkan warna kuda-kuda
mereka. Mereka pada waktu itu adalah sebaik-baik prajurit berkuda di
muka bumi.”
Allaahu a’lam bish showaab
Komentar
Posting Komentar