Alquran mengungkap banyak fakta dalam
kehidupan, termasuk fakta tentang turunnya air hujan. Dalam Alquran, Allah SWT
menyebut hujan yang turun ke bumi sebagai rahmat yang diperlukan seluruh
makhluk.
"Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus
asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha
Terpuji." (QS Asy-Syuura: 28).
Di musim kemarau, orang akan sangat berharap turunnya hujan.
Menurut petunjuk Alquran, salah satu penyebab turun hujan adalah iman dan
takwa.
Sebagaimana dinyatakan dalam Alquran surah al-A'raf ayat ke-96,
yang berbunyi: "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai
dengan apa yang telah mereka kerjakan."
Para ahli tafsir, seperti Imam ath-Thabari, menafsirkan bahwa
yang dimaksud dengan keberkahan dari langit adalah hujan. Sementara keberkahan
dari bumi adalah bermunculannya tumbuh-tumbuhan. Akan tetapi, tumbuhan pun
tidak akan muncul tanpa air.
Karena itu, manusia seyogianya meyakini bahwa Allah berkuasa
untuk menurunkan hujan. Sebab, mudah bagi Allah SWT untuk menurunkan hujan
dengan cara menggiring awan, mengumpulkannya dan menjadikannya hujan.
Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya dalam surah
Al-A'raf ayat 57. "Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar
gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu
membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami
turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai
macam buah-buahan."
Apa yang diungkap dalam Alquran tentang hujan juga sejalan
dengan ilmu pengetahuan. Dalam Alquran disebutkan, Allah SWT menurunkan air
hujan dalam ukuran atau kadar tertentu.
Sebagaimana ayat ke-11 surah az-Zukhruf yang berbunyi, "Dan
yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), lalu Kami
hidupkan dengan air itu negeri yang mati."
Mengutip Abdul Syukur al-Azizi dalam bukunya berjudul
"Islam Itu Ilmiah" menuturkan, bahwa kata 'kadar' yang disebutkan
dalam ayat tersebut merujuk pada salah satu karakteristik hujan.
Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama.
Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah
tersebut sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Dengan
demikian, dikatakan bahwa hujan secara terus-menerus beredar dalam sebuah
siklus seimbang menurut 'ukuran' tertentu.
Hujan yang turun juga diatur sesuai kadarnya. Dari ketinggian
berapa pun hujan turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika
mencapai tanah. Hal ini disebabkan bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa.
Sehingga, air hujan yang turun tidak sampai merusak benda yang
ditimpanya.
Selain itu, turunnya air hujan juga memiliki fakta yang menarik
lainnya. Pada lapisan atmosteris tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja
turun hingga 400 derajat Celcius di bawah nol.
Akan tetapi, dalam kondisi demikian tetesan hujan tidak berubah
menjadi partikel es. Sebab, air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air
murni. Sedangkan air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat
rendah sekalipun.
Dengan demikian, air hujan diturunkan sesuai kadarnya agar
memberikan manfaat bagi makhluk-Nya. Dengan hujan, tumbuhan atau tanaman
menjadi subur dan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi manusia.
"Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk
kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu." (QS an-Nahl:10).
Sumber : Republika

Komentar
Posting Komentar