Langsung ke konten utama

Pelajaran Berharga Dari Totto Chan



Pertama kali aku membaca buku Totto Chan di perpustakaan milik Kakak Fatimah Detiniaty. Namun, kisah tentang Totto Chan diceritakan oleh kakak Nur Baidha kepada ku sehingga kisahnya selalu melekat dan tidak akan bisa terlupakan.
Judul: Totto – chan ‘Gadis Cilik di Jendela’
Penerbit: Gramedia Pustaka
Pengarang: Tetsuko Kuroyanagi
Tahun Terbit: 2003
Halaman: 272

“Setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing, biarkanlah mereka tumbuh dan berkembang dengan keistimewaan yang dimiliki dan jadilah orangtua yang baik”
Susi Gustiana

Siapa sangka anak periang yang dianggap nakal tersebut bisa menjadi artis, memiliki acara trending di stasiun TV, bukunya mega best seler di Jepang dan best seller di dunia, bahkan dari royalty buku Totto Chan bisa membuat kelas teater untuk anak-anak tuli dan anak-anak istimewa lainnya. Bahkan Totto Chan yang popular itu bisa menjadi duta kemanusiaan UNICEF dan memiliki yayasan untuk membantu anak-anak di seluruh dunia.

Di sekolah , para guru menganggap Totto-chan nakal . Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin tahuan yang besar. Hingga Totto-chan dikeluarkan dari sekolah dengan alasan selalu membuat keributan di kelas. Seperti memanggil para pemusik jalanan yang langsung membuat para murid ribut , hingga masalah laci Totto-chan yang selalu dibuka tutup ratusan kali.
Untungnya, Mama Totto Chan cukup sabar. Mama tidak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke sekolah lain tanpa memberitahu apa yang terjadi padanya . Mama pun mendaftarkan Totto-chan ke sekolah Tomoe Gakuen . Totto-chan girang sekali, di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas. Ia bisa belajar sambil menikmati pemandangan di luar gerbong seolah-olah ia sedang melakukan perjalanan.
Di sekolah Tomoe , para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai. Ada yang memulai hari dengan belajar fisika, ada yang menggambar dahulu, ada yang ingin belajar bahasa dahulu. Totto-chan tidak hanya belajar fisika, berhitung, musik, bahasa dan lain-lain di sana. Ia juga mendapatkan pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri. Kepala sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa “sesuatu dari laut dan sesuatu dari gunung”. Karena sekolah itu begitu unik, Totto-chan pun merasa betah.
Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan peristiwa yang tak terduga. Sampai-sampai ia dan juga anak lainnya tidak menyadari bahwa Perang Pasifik sudah pecah . Sampai kemudian , perang dan segala kengeriannya telah mulai terasa di kehidupan Totto – chan dan keluarganya . Setiap hari, para pria dan pemuda di sekitar tempat Totto-chan dikirim pergi untuk berperang.
Hingga beberapa hari kemudian , Sekolah Tomoe terbakar! Semuanya terjadi pada malam hari . Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29 menimpa gerbong-gerbong kelas . Sekolah Tomoe sudah tak ada. Api berkobar menghancurkan semuanya . Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala sekolah saat melihatnya , tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu keinginannya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur.

Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari novel tersebut:
1.   Anak-anak memiliki keunikan, antara anak yang satu dengan anak yang lain mempunyai bakat, kemampuan serta daya tangkap yang berbeda. Alangkah bijaksananya jika para pendidik dan para orang tua bisa memahami karakter masing-masing anak. (Tapi sulit juga ya bagi para guru, dalam satu kelas harus mengajar 30 – 40 siswa dengan materi yang sudah ditarget, akhirnya dipukul rata deh kemampuannya)
2.   Jangan men-CAP anak yang “aktif” dengan cap “BANDEL”, “NAKAL” dan kata-kata lain yang menjatuhkan karena anak akan mengingat terus cap tersebut dan lama kelamaan bisa tertanam dalam diri mereka sehingga mereka sulit untuk berubah menjadi lebih baik. Selain itu, kata-kata bisa menjadi do’a, kalau kita ngatain anak kita “nakal” maka jangan kaget ketika suatu saat ia benar-benar nakal. Maka gantilah cap-cap jelek itu dengan kata-kata yang baik dan mengandung motivasi seperti “Adek anak baik kan?”, “Mas anak rajin kan?”, “Kakak pasti bisa! Kakak kan pinter…”
3.   Menciptakan zona nyaman dalam belajar. Anak akan merasa nyaman ketika orang-orang di sekelilingnya menyayangi dan memperhatikan mereka. Cara penyampaian mengajar pun mempengaruhi kenyamanan anak dalam belajar. Anak akan takut ketika gurunya mengajar dengan wajah “angker” tanpa senyum, galak dan memarahi anak ketika ditanya tidak bisa atau memarahi anak yang bertanya karena tidak paham-paham. Kalau seperti itu materi pelajaran tidak bisa terserap dengan baik. Gimana mau terserap kalau tiap pelajaran deg-deg an ketakutan terus. (pengalaman pribadi saat masih kecil :p, pengalaman adek-adek les juga ding kalau mereka curhat tentang gurunya)
4.   Usahakan jangan terlalu memaksakan kehendak pada anak saat mendampingi mereka belajar. Pemaksaan yang berlebihan membuat anak cepat bosan, jengkel dan “trauma” untuk belajar. Ikuti saja apa kemauan mereka tetapi tetap dalam batas-batas yang wajar,contohnya: si A ingin belajar matematika dulu, si B ingin didikte IPA, si C mau membaca sambil tiduran di lantai, si D minta dibuatin soal di bukunya, si E maunya mainan aja. Si A, B, C, D oke tidak masalah tapi kalau si E ini harus diberi pengertian supaya mau belajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...