Langsung ke konten utama

Satelit Pantau Kerusakan Hutan


School of Management and Engineering Vaud sebagaimana dikutip dalam tulisan Dian Lestari. Di kampus itu, ada proyek Terra-i yang menganalisa deforestasi hutan lewat data satelit. Tiap 16 hari, Terra-i mengolah data-data terbaru dari dua satelit National Aeronautics and Space Administration (NASA). Terdapat video berdasarkan data pengurangan hutan di Pulau Kalimantan (Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam). Video ini diolah dari data satelit NASA yang dianalisa dari tahun 2004 hingga 29 Agustus 2015. Monitor di sebelah kanan itu menayangkan gambar Pulau Kalimantan, dengan lingkaran kecil berwarna merah muda di beberapa titik. Dalam beberapa detik, lingkaran itu kian bertambah banyak. Hingga akhir tayangan, kumpulan lingkaran itu menutupi sebagian besar Pulau Kalimantan. "Lingkaran kecil berwarna merah muda itu adalah tanda deforestasi, hutannya ditebang. Sejak 2004 hingga 2015 deforestasi di Kalimantan sangat cepat” ungkap Julien.
Julien menjelaskan bahwa indikator yang dipakai adalah normalize difference vegetation index (NDVI). Indeks ini didapat dari mata kamera satelit, yang menangkap spektrum sinar infra merah yang ditemukan pada proses fotosintesis tanaman. Vegetasi yang aktif melakukan fotosintesis akan menyerap sebagian besar gelombang merah sinar matahari, dan mencerminkan gelombang near inframerah lebih tinggi.
Beberapa menit kemudian datang Andrez Perez-Uribe, dosen pembimbing Julien dan dua rekannya dalam proyek Terra-i. "Infra merah tidak dapat dilihat oleh mata manusia, karena itu manusia hanya melihat bahwa tanaman berwarna hijau. Sedangkan lensa kamera dapat melihat sinar infra merah pada proses fotosintesis," katanya menjelaskan dengan bahasa awam.
Dosen yang ramah itu menceritakan bahwa Terra-i dipayungi Centro Internacional de Agricultura Tropical (CIAT) yang termasuk dalam program Decision and Policy Analysis (DAPA) di Kolombia. Sejak sembilan tahun lalu Terra-i memulai kerjasama dengan CIAT. Fokus penelitian adalah wilayah Amerika Selatan dan Asia. Data satelit yang didapat per 16 hari, dikumpulkan dan dianalisa, lalu disampaikan ke Global Forest Watch. Selanjutnya lembaga swadaya masyarakat itu memvalidasi data, untuk dibagikan kepada publik melalui web site. "Pemerintah Peru menggunakan data Global Forest Watch. Mereka melatih pegawainya untuk bisa mengambil dan memanfaatkan data hutan, sehingga mempengaruhi arah kebijakan pemerintah," kata Andrez.
Selain itu menurut dia Universitas Ohio mempergunakan data yang dikumpulkan Terra-i untuk menganalisa lahan kokain di Honduras, Amerika Tengah.
Julien mengatakan bahwa data yang dihimpin per 16 hari terdiri dari 1 juta pixel, sebanyak empat terabyte gambar yang diunduh dari satelit. Data satelit memiliki spasial resolusi 250 meter. Dia dan teman-temannya mengakses data satelit yang didapat secara gratis. Lantas mereka menganalisa berdasarkan rumusan algoritma di komputer, yang memisahkan 45 jenis vegetasi. Sehingga diketahui apakah lahan yang semula terdeteksi sebagai hutan kemudian dialihfungsikan sebagai perkebunan kakao, perkebunan kelapa sawit, dan lain-lain. Menurut dia, ketika data diserahkan, CIAT mengecek dengan data algoritma. Selanjutnya data divalidasi ke geografer.
"Kami terus mengembangkan metode terbaru untuk menganalisa. Algoritma yang digunakan mempengaruhi kecepatan proses analisa. Tapi agak sulit mendapatkan dana untuk kembangkan penelitian algoritma. Pada umumnya lembaga pendanaan berpikir bahwa itu tidak terlalu mendesak," timpal Andrez. Dia mengatakan bahwa algoritma terbaru sedang disiapkan, untuk menganalisa data hutan Amazon. Julien lantas menunjukkan seperti apa algoritma yang dimaksud di layar monitor komputer. Tertera beragam rumus, angka dan huruf yang berguna untuk menyaring data.
Julien dan Andrez mengakui bahwa kendala yang dihadapi adalah apabila gambar satelit tertutupi awan. Mereka harus menunggu selama berhari-hari hingga lokasi yang dianalisa, dapat terlihat jelas lewat satelit. Di masa mendatang, Terra-i berupaya untuk menggabungkan data dari drone, yang mampu lebih dekat dengan obyek pengamatan dibanding satelit. Drone dapat menggali data lebih banyak pada amatan di skala kecil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diundang pada acara h

Kisah Cinta Datu Musing Dan Mipa Deapati

Kisah cinta nan mengharukan antara Datu Museng dan Maipa Deapati ini berangkat dari cerita rakyat yang sangat populer dikalangan masyarakat Makassar, yang dituturkan oleh orang-orang tua kepada anak cucu mereka, agar mereka dapat memetik hikmah dari pendidikan, perjuangan dan kesetiaan. Begitu hebatnya cerita antara Datu Museng putra bangsawan kerajaan Gowa dan Maipa Deapati Putri bangsawan Kerajaan Sumbawa ini tertanam di dalam benak orang-orang makasar, sehingga kemudian nama dari kedua tokoh legendaris ini diabadikan sebagai nama jalan di Kota Makassar. Nama jalan itu seakan sengaja dibuat berdampingan saling berdekatan seakan-akan Pemerintah Kota Makassar turut merestui hubungan percintaan abadi mereka berdua. Jalan Maipa berada di sisi kanan Hotel Imperial Aryaduta Makassar.Pada ujung barat jalan Datu Museng, terdapat situs makam dengan dua nisan kayu yang bersanding kukuh, yang konon katanya itulah makam kedua pasangan cinta ini dimakamkam, Datu Museng dan kekasihnya Ma

Alamat Email Media Cetak di Indonesia

THE JAKARTA POST E-mail Address(es): opinion@thejakartapost.com THE JAKARTA POST E-mail Address(es): jktpost2@cbn.net.id THE JAKARTA POST E-mail Address(es): editorial@thejakartapost.com THE JAKARTA POST E-mail Address(es): sundaypos@thejakartapost.com THE JAKARTA POST E-mail Address(es): features@thejakartapost.com JAWA POS E-mail Address(es): editor@jawapos.com KOMPAS E-mail Address(es): kompas@kompas.com KOMPAS E-mail Address(es): opini@kompas.com KOMPAS E-mail Address(es): opini@kompas.co.id KOMPAS E-mail Address(es): kcm@kompas.com MEDIA INDONESIA E-mail Address(es): redaksi@mediaindonesia.co.id MEDIA INDONESIA E-mail Address(es): webmaster@mediaindonesia.co.id MEDIA INDONESIA E-mail Address(es): redaksimedia@yahoo.com SEPUTAR INDONESIA E-mail Address(es): widabdg@seputar-indonesia.com SEPUTAR INDONESIA E-mail Address(es): redaksi@seputar-indonesia.com REPUBLIKA E-mail Address(es): rekor@republika.co.id REPUBLIKA E