Kupu-kupu
adalah hewan yang sangat indah dan menarik. Sayapnya yang berwarna-warni dengan
motif yang sangat rapi serta kelincahannya terbang dari satu bunga ke bunga
yang lain, menjadi daya tarik bagi setiap orang untuk mengagumi makhluk ini.
Kupu-kupu tak
hadir begitu saja ke muka bumi, tapi melalui proses metaformosis dari binatang
yang bernama ulat. Menyebut namanya, mungkin ada sebagian orang yang jijik,
geli, takut, penyebab kulit gatal, perusak tanaman, dan sebagainya. Ia begitu
identik dengan sifat yang tidak baik. Hampir tak ada orang yang mau
menyentuhnya.
Namun, ketika
seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah, semua orang pun
berusaha memilikinya dan bahkan mengaguminya. Mereka tak merasa takut dengan
seekor kupu-kupu yang sesungguhnya berasal dari ulat. Itulah kupu-kupu. Hewan
yang indah dan menarik. Makanannya pun bahan pilihan, dan selalu membantu
proses penyerbukan tanaman.
Untuk menjadi
kupu-kupu, ulat terlebih dahulu menjadi kepompong. Itulah sebuah metamorfosis,
yang dalam bahasa manusianya sedang menjalani puasa, menjauhkan dari dari makan
dan minum, menutup dirinya dari hiruk pikuk kehidupan dunia.
Ia begitu mirip
dengan cara kita beriktikaf, yaitu merenung diri dan melakukan pertobatan,
sehingga keluar menjadi kupu-kupu yang indah, disayang semua orang dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Itulah
barangkali gambaran puasa Ramadhan yang diharapkan
oleh Allah SWT terhadap orang-orang yang beriman. Kita, umat manusia yang
banyak berbuat salah dan dosa, hendaknya biasa belajar dari ulat dan mengubah
diri menjadi manusia yang bertakwa dan disayang Allah SWT.
Tipe manusia
yang disayang Allah itu adalah; pertama, orang-orang yang berjalan di muka bumi
dengan rendah hati (tidak sombong) dan apabila orang jahil menyapa, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik. (QS Al-Furqan [25]: 63).
Demikianlah
gambaran orang mukmin yang berpuasa, senantiasa menyebarkan kelembutan dan
keindahan, serta tidak suka berbuat keonaran dan kerusakan, di manapun dia
berada. Sebagaimana sifat kupu-kupu yang hinggap di sebuah dahan yang tak akan
pernah ada yang patah sekecil apa pun dahan yang dihinggapinya.
Kedua, mereka
yang senantiasa mendirikan shalat lima waktu dan shalat tahajjud di malam hari
sebagai wujud syukur kepada Allah (Al-Furqan [25]: 64, 73). Seperti kupu-kupu,
di manapun seorang mukmin berada, dia akan selalu melaksanakan perintah Allah,
menebarkan kasih sayang, dan menolong orang lain. Sebab, ia menyadari bahwa
sesungguhnya dirinya hanyalah seorang hamba yang juga tidak memiliki kemampuan
apa-apa tanpa anugerah dari Allah SWT.
Ketiga, orang
yang berhasil dalam pusanya, ia akan memilih makanannya dari yang halal
dan yang baik-baik saja, layaknya kupu-kupu yang hanya memilih sari madu bunga
sebagai makanannya. Orang yang berpuasa dan mukmin sejati, akan senantiasa
menjauhkan diri dari yang haram, seperti korupsi, mencuri, menipu, dan lainnya.
(QS Al-Baqarah [2]: 168).
(Artikel
Hikmah ini dimuat pertama kali di Republika pada 25 Agustus 2010)

Komentar
Posting Komentar