Langsung ke konten utama

Menulis Bukan Bakat, Karena itu Proses Belajar



Menulis adalah proses belajar yang berkelanjutan, bukan semata tentang bakat. Aku merasakan sendiri bagaimana proses belajar dari nol, hingga bisa bertahan sampai sejauh ini. Membaca buku tentang bagaimana cara menulis fiksi yang baik, bagaimana cara membuat novel, bagaimana cara menulis berita, bagaimana tips dan trik menjadi wartawan dan masih banyak lagi.

Ketika melihat sosok Ahmad Fuadi sang penulis novel best seller negeri 5 menara, aku merasa memiliki kesamaan dengannya. Bukan tentang dia yang dipaksa oleh orangtuanya masuk pesantren. Tetapi dari sisi lain, bahwa pada awalnya sosok Ahmad Fuadi adalah jurnalis yang tidak bisa menulis novel. Saat menulis fiksi, Ahmad Fuadi seperti membuat berita panjang, lama kelamaan naskah novelnya seperti laporan jurnalistik. Tetapi hal itu, membuat dirinya terus belajar hingga jadilah tulisan yang baik.  

Begitupun denganku, menulis fiksi adalah hal yang sulit. Kebiasaan membuat berita membuat gaya bahasa menjadi kaku. Untuk menghasilkan satu karya cerpen saja aku harus menguras energi ekstra. Padahal, bagi teman-teman yang biasa menulis fiksi, membuat cerita pendek cukup dengan waktu 5 menit saja.

Tulisan baik itu fiksi maupun non fiksi memiliki kekuatan tersendiri. Bahkan, kecepatannya jauh lebih dalam dari tembakan senjata. Itulah kenapa aku selalu kagum dengan wartawan dan penulis.

#SusiGustiana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...