Menulis adalah proses belajar yang berkelanjutan, bukan
semata tentang bakat. Aku merasakan sendiri bagaimana proses belajar dari nol,
hingga bisa bertahan sampai sejauh ini. Membaca buku tentang bagaimana cara
menulis fiksi yang baik, bagaimana cara membuat novel, bagaimana cara menulis
berita, bagaimana tips dan trik menjadi wartawan dan masih banyak lagi.
Ketika melihat sosok Ahmad Fuadi sang penulis novel
best seller negeri 5 menara, aku merasa memiliki kesamaan dengannya. Bukan
tentang dia yang dipaksa oleh orangtuanya masuk pesantren. Tetapi dari sisi
lain, bahwa pada awalnya sosok Ahmad Fuadi adalah jurnalis yang tidak bisa
menulis novel. Saat menulis fiksi, Ahmad Fuadi seperti membuat berita panjang,
lama kelamaan naskah novelnya seperti laporan jurnalistik. Tetapi hal itu,
membuat dirinya terus belajar hingga jadilah tulisan yang baik.
Begitupun denganku, menulis fiksi adalah hal yang
sulit. Kebiasaan membuat berita membuat gaya bahasa menjadi kaku. Untuk
menghasilkan satu karya cerpen saja aku harus menguras energi ekstra. Padahal,
bagi teman-teman yang biasa menulis fiksi, membuat cerita pendek cukup dengan
waktu 5 menit saja.
Tulisan baik itu fiksi maupun non fiksi memiliki
kekuatan tersendiri. Bahkan, kecepatannya jauh lebih dalam dari tembakan
senjata. Itulah kenapa aku selalu kagum dengan wartawan dan penulis.
#SusiGustiana

Komentar
Posting Komentar