*Kajian Ngaji Jomblo 1 : Biar Nggak Nyesel Setelah Nikah.*
Oleh : Ustadz Felix Siauw
*Mencari Pasangan*
Alkisah seorang manusia yang diminta mengambil sebuah kayu yang paling bagus (menurutnya) di sebuah hutan. Aturannya satu : "manusia ini hanya boleh melangkah ke depan, tidak boleh mundur lagi," sampai ia keluar dari hutan tersebut.
Manusia yang paling merugi adalah "dia yang tidak mengetahui kayu seperti apa yang paling bagus menurutnya" dan "dia terus membandingkan setiap kayu yang dia temui" hingga akhirnya "dia keluar hutan tanpa membawa kayu."
Manusia merugi ini adalah ibarat seorang manusia yang ingin menikah tapi dia tidak tau apa tujuan ia menikah. Ia akan selalu 'galau' membandingkan lawan jenis yang ia temui. Pernikahannya pun akan penuh dengan penyesalan dan harapan-harapan yang tidak pasti.
*Lantas bagaimana caranya agar tidak berakhir dengan penyesalan?*
1. Tentukan apa tujuanmu menikah?
Seperti apa kehidupan yang kamu inginkan ke depan? Apa yang akan kamu lakukan setelah menikah?
Pernikahan adalah sebuah ibadah, maka ketaatan kepada Allah seharusnya menjadi pertimbangan paling utama ketika seseorang ingin menikah.
2. Pasangan dengan karakteristik seperti apa yang kamu perlukan untuk mencapai tujuan pernikahan itu?
Mencari yang cantik/tampan/ideal bukan sesuatu yang salah. Tapi kita harus tau kapan kita bisa bertahan dengan idealitas itu dan kapan kita harus kembali kepada standar kita yaitu mencari kayu yang terbaik.
Apa itu kayu yang terbaik?
Kayu yang terbaik adalah kayu yang kita perlukan, bukan kayu yang harus memenuhi seluruh idealitas yang ada.
Contoh :
"Apa ciri-ciri laki-laki yang kamu mau?"
"Seperti Rasulullah Muhammad"
"Owalaah semua juga mau. Masalahnya adalah seberapa banyak laki-laki yang seperti Rasulullah.
Sekarang gini aja, yang kamu pikirin setelah menikah nanti kamu mau berdakwah seperti apa?"
"Saya mau dakwah sebagai ibu rumah tangga. Yang punya kerjaan di bidang ini, ini, ini."
"Maka carilah laki-laki yang bisa menerima itu. Carilah laki-laki yang bisa memenuhi keinginan dakwah itu.
Kalau sudah ada lelaki yang memenuhi, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menunda pernikahan."
Jadi, pasangan itu tidak harus ideal, tidak selalu yang kita inginkan harus terealisasi, tapi yang harus terealisasi adalah apa yang kita niatkan di jalan Allah.
*Kesalahan yang sering terjadi.*
Tanpa kita sadari, terkadang apa yang kita putuskan tidak berdasarkan apa yang kita perlukan dalam ketaatan kepada Allah, melainkan hanya berdasarkan hawa nafsu kita. Karena itulah kita sering memilih (kalau tidak dengan dia, kita tidak mau).
Ingatlah 'nggak harus' dengan dia. Ini yang seringkali membuat seseorang depresi ketika gagal. Kenapa? Karena dia sudah membayangkan kehidupannya kelak jika bersama si dia tersebut.
Ketika 'harus dia' maka sebenarnya bukan lagi Allah yang menjadi tujuannya menikah, melainkan hawa nafsu.
*Kesimpulan.*
Dalam mencari pasangan, jadilah seperti pencari kayu yang bijak. Yang tau kriteria-kriteria kayu apa yang ia "perlukan".
🍃
Hingga dalam perjalannya jika ada kayu yang lebih baik, ia tidak akan mengganti kayu yang telah ia pilih. Kenapa? Karena ia sudah puas, ia tau untuk apa ia mencari kayu.
Seperti orang menikah. Jika ia sudah tau untuk apa ia menikah, ia sudah tau kriteria apa yang ia "perlukan" maka ia akan segera menikah jika ia sudah menemukan kriteria-kriteria seperti itu.
Komentar
Posting Komentar