Langsung ke konten utama

Alo Jadi "TKW’, Disorientasi Perempuan Dengan Alam


Munculya tenaga kerja wanita konon diawali dari semakin berkurangnya pendapatan masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani di pedesaan. Menjadi tenaga kerja wanita (TKW) adalah sebuah alternative untuk memperbaiki taraf kehidupan keluarga. Sebagian besar dari perempuan yang memilih bekerja sebagai TKW maka Saudi Arabia adalah salah satu pilihan Negara tujuan mereka.  Mereka yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan keberadaanya, mulai dilihat sebagai alternative pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Perempuan yang dianggab lemah, dan tidak terampil akan lebh berguna bila bekerja keluar negeri menjadi TKW inilah pola pikir  masyarakat Di Dusun Lekong Atas Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa . Tidak jelas darimana pemikiran itu muncul dalam mainset masyarakat  tapi di era globalisasi yang semua serba modern ini masih saja ada desa yang anak mudanya kebanyakan menjadi TKW daripada mengeyam pendidikan dibangku sekolah.
“Saya pengen sekali kerja disaudi seperti teman-teman yang lain. Keinginan ini atas kemauan saya sendiri. Orang tua tidak pernah memaksa saya menjadi TKW. Semua anak gadis disini kebanyakan pergi ke Saudi. Saya ingin membantu orang tua, saya ingin membeli tanah dan membangun rumah baru dan rata-rata semua teman saya yang bekerja di Saudi sudah berhasil membangunkan rumah orang tuanya. Ernianti perempuan berusia 17 tahun yang tinggal menunggu keberangkatannya ke Saudi.
Kondisi ini semakin mencemaskan dunia pendidikan dinegeri ini. Betapa tidak pendidikan gratis 9 tahun sudah diterapkan oleh pemerintah indonesia akan tetapi mahalnya sarana transportasi dan biaya pendidikan lainya menjadikan setiap anak yang beranjak dewasa lebih tertarik pergi menjadi TKW ketimbang sekolah. Saya baru lulus SMP  kata wati, saya pikir saya tidak perlu melanjutkan sekolah, karena pada akhirnya ya mencari uang juga saut wati. Sekolah hanya buang duit dan nanti kalau lulus sekolah susah juga mencari pekerjaan, kan lebih baik ke Saudi, kuit, Jordan,katar dan Negara lainnya kan disana bisa dapat penghasilan besar. Kata wati.
Sungguh miris sekali kaeadaan kaum perempuan diwilayah ini, betapa tidak mereka harus menggantikan kaum laki-laki dalam mencari nafkah hanya karena tuntunan zaman dan moderniasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...