H. Amrullah pernah menjadi pelopor penanaman
padi metode SRI (system of rice intencification). Saat itu, penanaman padi
metode SRI belum diketahui oleh para petani di Indonesia.
Bahkan, saat pelaksanaan Penas XI di
Palembang beberapa tahun lalu dirinya didaulat menjadi pembicara pada kegiatan
temu sukses petani dan penyuluh. Karena kepoloporan dalam penanaman padi metode
SRI Amrullah sudah mengantongi penghargaan sebagai petani teladan nasional
tahun 1999.
“Memang ilmunya saya dapatkan langsung dari
peneliti jepang yang waktu itu berkunjung ke Sumbawa, ia meninggalkan kertas kecil persis model penanaman
padi SRI itu” terang petani sukses asal malili ini.
Tak ada metode penyuluhan paling akbar dari Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XV Longraya,
Banda Aceh. Dari arena demfarm seluas 10 (ha) masih terpusat dibelakang stadion
harapan bangsa tersaji gelar teknologi yang berkaitan dengan holtikultura,
pangan, ternak, dan sarana dan prasarana pertanian.
Hingga saat ini lahan sawah tetap merupakan
penyumbang utama pengadaan produksi beras nasional. Lebih dari 90% produksi
padi dihasilkan dilahan sawah. Mengacu pada produktivitas padi sawah di
Indonesia yang dewasa ini baru mencapai 5 t/ha, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian melihat peluang peningkatan
produksi padi dilahan sub optimal yang belum tergarap dengan baik. Lahan Sub
optimal merupakan lahan marginal dan jarang digunakan untuk budidaya karena
dipengaruhi oleh fluktuasi air/suhu air, PH dan kadar garam.
Saat melihat-lihat di arena gelar teknologi
padi, Ketua Asosisiasi Perbenihan Indonesia Kabupaten Sumbawa Drs H Amrullah mengatakan untuk meningkatkan produksi pertanian
terutama padi memang perlu kerjasama antara pihak pemerintah dengan swasta.
Seperti yang dilakukan oleh BPTP Balitbangtan
Aceh dengan teknologi paket tanaman advansia tanaman padi. Melalui teknologi
itu, mereka melakukan penaman padi demplot.
Amrullah menyebutkan tantangan demplot ini
memang tidak mudah karena dilahan khusus seperti ini perlu penanganan yang
serius disebabkan sifat tanah yang tidak stabil dan serangan hama penyakit yang
tinggi.
“Model demplot juga harus dibawah ilmunya ke
Sumbawa agar petani dapat mengaplikasikannya terutama pada lahan seperti
kriteria diatas” katanya
Dijelaskannya, menjadi petani harus bisa
menganalisis untung rugi dalam usaha. Apalagi sekarang ini banyak petani yang
meminjam uang dulu di bank untuk menggarap sawah. Oleh karena itu, pengalaman
selama bertemu dengan para petani sukses di Penas akan disampaikan ilmunya
kepada para teman-teman petani di Sumbawa.
Sementara itu, penyuluh teladan nasional
Provinsi NTB asal Kabupaten Sumbawa tahun 2015 Farida Yanti, SP disela-sela
acara temu sukses petani penyuluh di aula gedung kejaksaan tinggi kota Banda
Aceh kepada Gaung NTB selasa (9/5) menyebutkan gelar teknologi sampai temu
sukses petani memberi kesan sendiri baginya.
“Saya melihat sendiri bagaimana dedikasi para
penyuluh teladan ini, mereka dengan sukarela 24 jam dan 5 kali dalam seminggu menyediakan
waktu bagi petani dan gapoktan dan membimbing mereka, semangat ini yang harus
terus dipupuk bagi para penyuluh khususnya di Sumbawa” seraya mengucapkan bahwa
melayani dan membantu petani itu adalah tugas mulia, jangan melihat petani dari
tampang dan penampilan mereka tapi lihatlah mereka dengan mata hati karena
kalau tidak ada petani maka kita mau makan apa.


Komentar
Posting Komentar