Semakin kamu melakukan perjalanan, kamu akan semakin arif memaknai hidup dan kehidupan ini
Sebagai penghasil kopi terbesar di Kabupaten Sumbawa, Desa Tepal dikelilingi
oleh hamparan perkebunan, ladang dan hutan yang hijau. Suasana sejuk dan secangkir kopi panas
membuat aku semakin bersemangat berkeliling mengeksplore lebih jauh. Jika
ingin melakukan traveling ke Tepal, kita cukup menyewa hartop sekitar RP 50-100
ribu saja, hartop biasa dijadikan alat transportasi oleh penduduk setempat. Karena
letaknya yang berada di pegunungan Batulanteh, sekitar +67 Km dari pusat kota, jadwal
kendaraan umum hartop atau Jeep menuju ke Tepal hanya ada 2-3 saja sehari. Dalam
catatan sejarah, tepal adalah penduduk asli Sumbawa karena mereka selamat dari
letusan gunung Tambora yang maha dahsyat +100 tahun silam.
Perjalanan berliku, berbatu,
jurang curam, sungai licin, tanjakan terjal akan menguji adrenalin kita selama di
perjalanan. Bagi yang baru pertama kali, mungkin akan berteriak WOOOOOOOww,
takut atau histeris tapi penduduk asli hanya senyum dan menikmati ‘goyang darat’
asyikkkk!!!. Kebetulan saat aku kesana sedang musim hujan, jadi
beberapa kali, kita harus turun dan jalan kaki karena hartopnya tidak bisa menaiki
tanjakan. Bahkan, penumpang yang laki-laki ikut mendorong hartop karena
beberapa kali macet diperjalanan. Perjalanan yang seharusnya hanya ditempuh 2
jam, namun karena jalan yang tidak mendukung (jelek) kita baru sampai sekitar 5
jam. Memang, pemerintah daerah belum berhasil melakukan pemerataan
infrastruktur jalan di selatan Sumbawa karena terbentur anggaran dan wilayah
ini adalah kawasan hutan lindung.
Mendekati desa, kita akan menaiki
tanjakan tinggi, aku sempat takut tetapi semuanya terbayar dengan keindahan
pemandangan. Dari atas ketinggian, kita dapat melihat Sungai yang jernih dan didekatnya
ada PLTH (Pembangkit Listrik Tenaga Hidro), maklum desa ini belum terjamah oleh
listrik PLN. Sesampai dikampung, aku dan
tim (Ustad Husnul dan Eya Dedy Yusuf) singgah disalah satu rumah penduduk yang
merupakan tokoh atau pengusaha kaya yang cukup disegani di Desa Tepal namanya
Ulumuddin. Kami menginap dirumah Om Ulu, kebetulan om Ulu akrab aku menyapanya akan
berangkat ke tanah suci mekah untuk melakukan ibadah Umroh bersama istri tercinta.
Kebetulan beliau mengadakan syukuran dengan memotong 2 sapi dan mengundang
seluruh warga kampong untuk mendoakannya hingga selamat berumroh dan pulang
kembali. Sebelumnya Ibu dan Anak beliau sudah terlebih dahulu berangkat umroh
melalui jasa travel kami. Jika dibandingkan dengan rumah lainnya yang masih
tradisional khas pedesaan, Rumah Om Ulu sudah modern dan cukup mewah. Kebetulan,
Om Ulu memiliki 2 rumah satu rumah batu mewah yang satunya rumah panggung yang
masih tradisional.
Perempuan di Tepal masih mempertahankan tradisi membuat anyaman dari daun pandan diteras rumah. Aku bersama Gita (anaknya Om
Ulu) kemudian pergi makan ke rumah panggung atau rumah nenek. Katanya nenek
tidak mau tinggal dirumah batu karena banyak kenangan dirumah panggung. Rumah yang terbuat dari kayu masih terus dipertahankan masyarakat setempat. Jika ingin
panjang umur maka tinggallah didaerah dataran tinggi, ya itu benar karena di
Tepal banyak orangtua yang sudah berumur 90-100 tahun. Aku mencicipi sayur
Blunak atau dalam bahasa Indonesia disebut asfaragus yang banyak tumbuh
didaerah pegunungan, rasanya enak seperti daging karena dimasak dengan gulai
santan. Selain Blunak, aku juga makan sayur Budak yaitu sayur dari batang pohon
rotan yang masih mudah. Rasa budak itu agak pahit tetapi gurih dan lembut
dimulut. Sayur yang tak kalah kalah enaknya adalah pakis dan rebung yang kalau dimasak di sini jadi enak banget. Ada lagi yang tak boleh dilupakan kalau makan di Tepal adalah sira uer
Tepal, sira merupakan sambal khas terbuat dari kemiri yang cukup banyak, cabe rawit
hijau dan garam. Didaerah dingin, kita akan cepat merasa lapar jadi aku makan
banyak sekali waktu itu. Yah, kebetulan setiap rumah yang aku kunjungi mengajak
makan, jadi aku makan aja kan rezeki tidak boleh ditolak.
Nasib mujur ternyata saat
itu sedang panen Alfukat jadi kami banyak sekali makan alfukat. Tak lupa juga
si Bibi (Istrinya Om Ulu) memberikan kami alfukat untuk jadi oleh-oleh, dan kami
juga membawa oleh-oleh paling khas tepal yaitu Kopi Arabica (kami diberikan
gratis oleh jamaah umroh kami semoga kalian semua selalu sehat dan terimakasih
atas kebaikannya).
Di Tepal, kita hanya tinggal
senyum dan meminta kepada pemilik rumah jika mau sesuatu. Waktu itu, saya ingin
beli jambu tetapi kata pemiliknya tidak perlu beli dan aku dikasih gratis. Aku
juga sempat jalan-jalan ke kebun kopi, kebun alfukat, ke menara yang dekat
sekali dengan jurang namun kita bisa melihat pemandangan dibawahnya yang indah.
Oh ya, di kampung ini ada
rumah Pak Ahdar yakni pengusaha dan pemilik produk kopi Tepal yang terkenal
itu. Jangan lupa untuk berkunjung. Dan jangan lupa, jika kalian menginap pergi
sholat ke masjid biar kalian merasakan atmosfer ketenangan yang luar biasa
dimasjid. Wanita didesa tepal memakai jilbab dan sangat syar’I, dan laki-laki
rata-rata selalu memakai celana panjang. Desa ini sangat religi. Selain itu,
desa ini masih menjaga adat istiadat. Salah satunya adalah pakai adat khas desa
tepal, pakaian ini akan dipakai apabila ada acara resepsi pernikahan. Desainnya
masih sangat sederhana, tidak ada yang dirubah karena masyarakat ingin
melestarikan peninggalan nenek moyangnya. Eittss, di desa ini juga ada air
terjun yang indah namun saat itu hujan jadi aku tidak sempat berkunjung ke destinasi
ini.
Oh ya, lupa. Jika ingin
cepat kaya, ayo berjualan ikan di Tepal. Karena pasti sangat laris, hahaha orang
jual ikan datang dari Sumbawa dan ikan itu tetap habis terjual. Para pedagang ini
jika pulang dapat membeli Alfukat, kopi, kemiri, kunyit, jahe dan dijual
kembali dengan harga mahal di Sumbawa. Menarik kan, ayo traveling ke Desa
Tepal, tenang saja meski tidak ada penginapan seperti hotel, tetapi kita bisa
tinggal dan bermalam dirumah penduduk setempat. Tidak perlu khawatir semua
masyarakatnya ramah dan baik hati.
Komentar
Posting Komentar