Langsung ke konten utama

Mengunjungi Serambi Mekah di Masjid Baiturrahman Banda Aceh



Seorang teman berkata kepadaku bahwa tahun ini kamu ke Aceh, maka tahun depan insyaAllah kamu bisa berangkat umroh ke mekah. Aamiin.


Saat berkunjung ke kota Banda Aceh, aku mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman yang letaknya tepat ditengah kota. SubhanaAllah, masjid ini selamat dari Gempa dan Tsunami pada tahun 2004 silam. Hanya sedikit retakan pada dinding-dinding Masjid dan menjadi tempat penampungan sementara ketika tsunami menghabisi rumah para penduduk.
Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612. Dulunya, pernah berfungsi sebagai benteng pertempuran oleh masyarakat Aceh untuk menyerang pasukan Belanda dari dalam Masjid. Masjid ini ialah simbol dari agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh
Dilansir dari berbagai sumber, masjid tersebut dulunya hanya memiliki satu kubah dan satu menara, hingga pada tahun 1935 sampai 1982 Masjid tersebut memiliki 7 kubah serta 8 menara dan menjadi masjid tertinggi di Banda Aceh.

Masjid yang didesain bergaya kebangkitan Mughal ini, dirancang megah oleh arsitek dari Belanda yakni Gerrit Bruins. Tangga marmer dari Tiongkok, jendela kaca dari Belgia serta batu-batu bangunan yang berasal dari Belanda menambah kesan mewah serta menawan.
dr Edi sebagai masyarakat Asli Aceh namun tinggal di Sumbawa-NTB menyampaikan jika masjid ini dijadikan tempat mengungsi bagi para korban gempa dan tsunami, “Ketika rumah penduduk rusak, semuanya lari ke masjid, dan anehnya air tersebut tidak bisa masuk kedalam masjid padahal bangunan yang lain roboh” katanya.
Wisatawan baik domestik maupun mancanegara selalu datang mengunjungi masjid Raya ini dengan tujuan beragam, antara lain sekedar mampir menunaikan ibadah sholat ataupun ingin menjelajahi dalamnya kemegahan Masjid yang berkapasitas 30.000 jamaah ini. Atau hanya berpoto dengan baground payung mekar layaknya masjid di Mekah dan Madinah Arab Saudi. Namun, ada hal yang perlu diingat untuk datang ke Masjid ini, bagi para wanita diwajibkan mengenakan rok yang panjang dan sopan serta menggunakan kerudung (penutup kepala).












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...