Ketika masih dibangku kuliah, aku dan kawan-kawanku pernah mengikuti rapat paripurna dewan di
Kantor DPRD Sumbawa. Kami senang setiap kali menapakan kaki disini, gedung baru yang dibangun dari CSR perusahaan tambang terbesar di Pulau Sumbawa. Setiap kali selesai kegiatan, kami tetap menyempatkan diri berswapoto (selfi tamvan dan cantik). Kami mendirikan komunitas yang diberi nama Grafik (Gerakan Fisipol
Intelektual). Setiap ada waktu senggang, kami isi dengan diskusi, mengunjungi tokoh, berkunjung ke dinas dan berbagai program yang sengaja kami susun untuk kami tetap bercengkrama dalam forum ilmiah. Cita-cita kami saat itu sama, hasrat ingin menjadi seorang wakil rakyat di
parlemen. Kami selalu bangga menjadi bagian dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Samawa (UNSA) kala itu. Kata Politik, seakan
menjadi magnet kepercayaan diri saat kami berhadapan dengan mahasiswa lainnya
di kampus.
“Tatap
ke depan, karena kamu memiliki narasi yang tidak dimiliki orang lain” kata
kawanku Muhammad fauzi.
Kami,
bukan mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) dan bukan juga
mahasiswa kutu buku yang hanya ngetem diperpus. Tetapi, kami menamakan diri
mahasiswa intelektual.
Jika
aku menjadi anggota DPRD maka akan ku ajak generasi muda untuk berwirausaha,
aku akan bagi-bagi rombong gratis melalui dana aspirasi.
Aku akan fasilitasi
para kaula muda baik di tataran SMP, SMA hingga mahasiswa untuk merealisasikan
kreatifitas yang ia miliki. Yang suka band maka ngeband lah, yang suka nulis
maka menulislah, aku berharap, tak ada lagi warisan kemiskinan dalam keluarga
dan tak ada lagi demonstrasi mahasiswa tanpa arti, aku ingin daerah Sumbawa memiliki SDM yang kuat dan berkualitas, sehingga pertumbuhan ekonomi disegala
sektor akan berkembang.
Slengean
ku sembari menatap anggota dewan yang duduk termenung dan mengantuk dikursi panas ruang rapat.
Tidak
hanya itu, aku akan memberikan modal usaha dan pelatihan bagi para generasi
muda.
“Negara
ini akan maju jika banyak pengusaha” Senyum ku semakin lebar dalam hati.
Ditangan
kita, percayalah hal itu akan terwujud.
***
Namun,
itu hanya mimpi.
Suatu
saat, jika ada umur dan kesempatan maka aku akan mengejarnya, seperti cinta
menanti rangga meski ratusan purnama, dan rangga akhirnya berlabu dihati cinta.
Aku
memilih jalanku sebagai seorang penulis dan jurnalis di media cetak. Aku
membantu masyarakat dengan tulisan ku di media.
Sedang,
kawanku Muhammad Fauzi telah lebih dahulu memulai kiprahnya sebagai seorang
politikus. Muhammad Fauzi berani maju melalui Dapil asalnya Sumbawa 1 mencakup
kecamatan Tarano, Empang, Plampang, Labangka dan Maronge dengan perjuangan keras
dan dukungan penuh dari masyarakat.
Dengan
tekad kuat merebut kursi wakil rakyat, kawanku Muhammad Fauzi pada pemilu
serentak tahun 2019 ini berhasil mendapat suara nomor 2 dipartainya sebanyak
1400 suara mengungguli calon incumbent. Bahkan, kata Muhammad Fauzi jika pun
aku kalah, aku sudah bangga atas dukungan yang mengalir kepadaku. Sedang, tidak
ada mahar politik yang kuhabiskan dalam bursa pencalonan kemarin. Sungguh, itu merupakan capaian yang cukup
prestis dan luar biasa di usianya yang masih cukup muda. Kini, Muhammad Fauzi
telah menyiapkan strategi untuk melangkah pasti menuju gedung parlemen di
pemilu 5 tahun mendatang.
Bukankah negeri kita ini sedang dilanda masalah
multi dimensi?, hingga kita sendiripun tak tahu, kepada siapa lagi menaruh
kepercayaan selain kepada Tuhan. Ketika kaulah muda memimpin negeri maka dunia ekonomi akan penuh daya beli, petani akan maju berdedikasi, hukum tak segampang itu dibeli. Ayo bangun, kejar mimpi,
dan tataplah masa depan menuju gerbang kesuksesan abadi, Sumbawa memanggilmu, yakinlah kamu bisa rebut kursi itu !!
Komentar
Posting Komentar