|
Sobat kita sering kali membenci sesuatu
tanpa alasan yang jelas apalagi alasan yang ideologis. Kita dengan mudah mengatakan, POKOKNYA aku gak suka, ketika kita
di tanya kenapa kamu tidak suka?, Ya tidak suka saja. Cukup banyak diantara
kita yang seperti itu. Mengatakan tak suka tanpa latar belakang yang masuk akal.
Memang Aneh bin ajaib, Lho kok bisa? hehe karena sesuatu yang aneh-aneh itu
biasanya tidak bisa dijelaskan.
Tapi itulah yang sering kita alami sob.
Mentok-mentoknya alasan kita itu normatif. Saya mengatakan nda suka belajar
karena malas, saya mengatakan ga suka ke masjid karena jauh, saya mengatakan
nda baca Al-Qur’an karena sibuk. Seolah belajar, shalat di masjid dan baca Qur’an
itu dianggap menggangu aktifitas harian kita. Bueeeeh parah…. sob kalau sudah
gitu.
Atau ketika orang tua menyuruh kita,”Nak,ayo
antar mama ke pasar “atau “nak,bantu bapak
cabut rumput disawah” (suara babe). Dalam situasi ini kebanyakan
kita kerap kali memilih tetap tidur atau nonton TV dibanding membantu orang tua
kita.
PADAHAL, banyak sekali pengalaman dan
ilmu yang akan kita dapatkan ketika mengantar mama kita ke pasar atau bantu
bapak kita cabut rumput di sawah dibanding sekedar tidur atau nonton TV. Pengin
bukti, coba dech tanya sama rumput-rumput yang bergoyang ! he..he.
Nah berarti sangat jelas dong sob,
sesuatu yang kita benci dan tidak mau kita lakukan bisa jadi itu baik untuk
kita. Untuk hidup kita saat ini dan yang terpenting bekal masa depan.
SEBENERNYA hal ini sudah Allah SWT wanti-wanti lho dalam surat cinta-Nya, “wa'asa angtakrahu syaian wahuwa
khairullakum”, Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu,
SOBAT,terkadang pula dalam hidup ini kita
sering kali menyukai sesuatu yang pada hakikatnya tidak memberikan kebaikan
dalam hidup kita. Bahkan mungkin yang ada malah kemudharatan atau kesia-siaan
yang bisa jadi tidak hanya merugikan diri kita sendiri tapi juga merugikan
orang lain.
Kebanyakan kita hanya alasan kesenangan
saja ketika kita menyukai sebuah hal tanpa berfikir panjang apakah hal tersebut
baik untuk kita atau tidak. Sebutlah bagi kamu-kamu yang suka nongkrong di
warnet entah main game online,fban,ngeblok,twiteran sampai nda inget waktu dan
pada akhirnya lupa sholat.ehm…nauzubilllah and kalau kamu ditanya orang kenapa
kamu senang sekali ke warnet??kira-kira apa ya jawaban kamu?, ngisi waktu
luang, refresing, bosan dll.
Atau bagi sobat-sobat yang suka
ngerumpi nda jelas, kira-kira kalau ditanya kenapa kamu ngerumpi?, iseng, asyik
si ngomongin orang, hobi aja.hehe.. Kalau nanti di tanya sama Allah langsung
pie jal, emang nda ada kerjaan lain selain online dan ngerumpi?, tetangga kamu kemarin
meninggal karena kelaparan, kenapa kamu malah diam saja? Banyak anak-anak jalanan
kenapa kamu nda peduli. kalau di tanya-tanya sama yang punya hidup seperti itu,
kita mau jawab apa sob?
Allah SWT juga menggaris bawahi hal ini
dalam firman-Nya “wa'asa antuhibbu
syaian wahuwa syarrullakum”, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Dari sinilah kita dituntut lebih
berhati-hati sob. Sebelum kita JATUH CINTA pada suatu hal, pikirkan
matang-matang apakah itu bermanfaat bagi kita atau justru sebaliknya merugikan
kita dan orang lain. Karena Allah pun menegaskan, “wallahu ya’lamu waangtum laa ta’lamun”, Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216)
.....
Sobat,
yang hitam akan nampak hitam
Seperti
keburukan mau di kemas seindah apapun
akan
tetap membawa keburukan
Yang
putih, akan tetap putih
Seperti
kebaikan, mau disebunyikan oleh apapun
Sinarnya
selalu terpancarkan
......
Demikian
pula dengan pilihan hidup
Kalau
kita hanya memilih yang kita sukai saja
Maka
belum tentu kita mendapatkan kepuasan
Kalapun
kita memilih yang kita benci saja
Belum
tentu pula kita memperoleh kesia-siaan
......
Sehingga
jawabanya buka karena saya BENCI atau
SUKA
Tapi
karena ALLAH membenci atau Allah Menyukai
Barulah
kita membenci apa yang Allah benci
Dan
kita menyukai apa yang Allah sukai.
Selamat
menentukan pilihan sobatku.Yakinlah bahwa dibalik suka dan benci itu terkandung
hikmah yang luar biasa apabila kita senantiasa berpikir.
By; SUSI GUSTIANA FISIPOL/III

Komentar
Posting Komentar