Langsung ke konten utama

Anda Wartawan, ini 7 kesalahan dalam wawancara Yang Perlu Diingat!!!




1.     Tidak Punya Bekal/Riset
Jangan menemui narasumber tanpa bekal riset sedikit pun! Jika begitu, proses wawancara tidak akan berlangsung efektif. Pertanyaannya pun sulit untuk berkembang karena keterbatasan informasi dan pengetahuan. Bekal riset ini penting agar kita bisa nyambung saat narasumber menjelaskan sesuatu. Saat berita investigasi riset ini penting sekali untuk melakukan wawancara mendalam dengan narasumber.
2.     Jangan Gunakan Pertanyaan Berputar-putar
Hal ini biasa dilakukan oleh wartawan pemula, yang belum mengerti tentang tupoksi dari narasumber. Secara tidak sadar, terkadang wartawan memberikan pertanyaan yang berputar-putar, tidak langsung ke intinya. Bisa jadi hal tersebut dilakukan agar pertanyaan terkesan penting. Kemungkinan alasannya agar narasumber lebih mengerti maksud pertanyaannya. Tetapi, hal tersebut membuat narasumber kesulitan dalam memahami pertanyaan. Berbeda jika pertanyaan diberikan langsung ke intinya. Selain mempermudah narasumber memahami pertanyaan, durasi wawancara pun bisa lebih cepat dan efektif.
3.     Wajah “No Ekspresi”
Ingat stay sopan dan jaga sikap, ekspresi dan mimic wajah itu harus dikontrol. Ekspresi wajah Anda saat mewawancara narasumber dapat berpengaruh. Wajah tanpa ekspresi kadang muncul tidak disadari. Tetapi, jangan biarkan hal tersebut terjadi. No Ekspresi bisa menyebabkan narasumber menjadi tidak nyaman atau tersinggung.
4.     Jangan Memaksa dan Memojokkan Narasumber
Jangan paksakan narasumber untuk mengerti anda sepenuhnya, tapi posisikan diri untuk mengerti mood atau perasaan narasumber. Terkadang wartawan  memaksa dan memojokkan narasumber, baik secara tidak sengaja maupun sengaja. Pemaksaan yang dilakukan bisa berbentuk desakan menjawab beberapa pertanyaan. Bentuk lainnya berupa menuntut kesediaan seseorang untuk menjadi narasumbernya. Memojokkan narasumber bisa dilihat dari pertanyaan dan perkataan yang dikeluarkan oleh wartawan.
Jadi jika Anda sedang mewawancarai narasumber, berilah mereka hak untuk tidak menjawab pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab. Perhatikan juga perkataan atau pun pertanyaan yang diberikan kepada mereka. Bisa jadi beberapa hal bersifat sensitif bagi mereka.
5.     Menyela Tanpa Alasan
Tidak boleh menyela apapun yang dikatakan narasumber. Narasumber memiliki hak untuk menjawab pertanyaan dengan nyaman dan seperlunya. Jika narasumber disela tanpa alasan pada saat menjawab pertanyaan, tandanya anda sudah melakukan sebuah kesalahan. Jika sudah disela, narasumber tidak bisa memberi informasi yang lengkap. Narasumber juga bisa merasa tersinggung karena tidak diberikan kesempatan untuk menjawab secara lengkap.
     6. Merekam/Memotret Tanpa Izin
Terkadang  narasumber katakana no record ya (artinya jangan dulu direkam) sebagai wartawan anda harus jadi pendengar yang baik. Merekam atau memotret tanpa izin adalah hal yang tidak sesuai dengan etika wawancara. Narasumber memiliki hak untuk membolehkan atau melarang untuk merekam atau memotret dirinya pada saat wawancara berlangsung.
7.     Tidak Menghormati Narasumber
Gunakan pakaian yang sopan, Pakaian dan tampilan yang kotor atau berantakan bisa terkesan tidak sopan. Wartawan seakan-akan tidak serius dalam melakukan wawancara tersebut. Anda perlu menyesuaikan tampilan Anda dengan narasumber dan tempat wawancara. Selain pakaian, penggunaan telepon genggam selama wawancara berlangsung juga perlu diperhatikan. Hindari penggunaan telepon genggam, kecuali jika digunakan untuk merekam. Tidak masalah jika Anda sekali-kali mengecek telepon untuk memastikan bahwa wawancara tersebut terekam dengan benar, tetapi bukan memainkannya.
Demikian tips yang disadur dari berbagai sumber dan pengalaman, semoga bermanfaat ya gaes.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...