Langsung ke konten utama

Benarkah Passion mu adalah menulis?



Setiap orang memiliki karakter tersendiri dalam menulis,
aku, kamu dan mereka memiliki kisah yang berbeda

Susi Gustiana



Menulis sebagai passion tersirat makna yang sangat berat, dalam bahasa yunani passion berasal dari kata pathos, dan diteruskan dalam bahasa latin passio yang berarti “sakit”.  Dalam buku nulis itu dipraktekin by tim wesfix menyebutkan menulis sebagai passion adalah membiarkan diri kita terombang-ambing dalam imajinasi, menulis mati-matian, dan mengoreksi tulisan hingga larut malam.
Dari derita yang keras itu muncullah endorphin yang menjadi gairah untuk menulis. Zadie Smith, seorang novelis inggris, pernah ditanya tentang seberapa jauh passion menulis itu telah mengubah hidupnya. 

Ia berujar, “Menulis mengajak ia untuk undur diri, ke dalam kesedihan mendalam yang lahir dari keadaan tak terpuaskan.” Ujarnya.

Dulu, aku menulis karena mengejar uang, dengan menulis aku bisa mendapatkan uang. Namun, aku jadi cepat puas dengan tulisanku, suatu saat teman, sahabat dan orang special bagiku mengatakan “Kamu tidak Produktif, kamu jarang menulis,”katanya.

Aku menjawab: karena menulis aku hanya sekedar mencari uang, pernyataan itu terus terngiang ditelinga, aku seakan memutar memori otak, menanyakan kembali dalam diriku apa yang bisa aku lakukan agar aku rutin menulis?

Tak boleh berpuas diri terlalu dini atas hasil yang masih secuil

Aku mulai membaca ke dalam diri, apa sebenarnya yang aku mau? Aku lalu membuat blog, dari blog itu aku rutin menulis, menulis hal-hal yang aku sukai. 

Ternyata, pekerjaanku sebagai jurnalis selama ini telah menyita banyak waktuku untuk menulis hal-hal yang bisa terbit di media saja, sehingga tulisan-tulisan yang lainnya dibidang esai, artikel, dan cerpen tidak digarap dengan sungguh-sungguh. 

Malahan tidak aku lakukan sama sekali, karena hanya menulis hard news.
Kini, aku bahagia. Setidaknya, aku bisa menulis lebih banyak tentang hobi dan mood aku setiap hari. 

Tanpa memikirkan hasilnya, apakah akan ada hasil atau benefit dari tulisanku. Tanpa mikir, apa tulisanku naik atau tidak besok di media?

Passion menulis akan mengajak kamu berjalan jauh, lebih sehat karena sering membaca, lebih bahagia karena sering membantu orang, lebih disiplin karena sering dikritik, lebih sabar karena banyak tantangan.

Ingat menulis itu dipraktekin, karena 99% bakat, 99% kedisiplinan, dan 99% adalah kerja keras. Intinya adalah Mulailah mengetik sebuah kisah. 

Kisah yang akan membuatmu terus dikenang hingga akhirnya kamu menutup mata.


“Seorang Penulis yang menunggu kondisi ideal untuk mengerjakan tulisannya, akan mati tanpa menuangkan satu hurufpun,” kata King.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...