Langsung ke konten utama

Peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak Dalam Penanganan Kekerasan Bagi Perempuan dan Anak di Kabupaten Sumbawa.


ABSTRAKSI

Susi Gustiana. NPM. 11.02.04.1838. Peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak Dalam Penanganan Kekerasan Bagi Perempuan dan Anak di Kabupaten Sumbawa.  

Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang menjadi perbincangan dibeberapa daerah akhir-akhir ini khususnya di Kabupaten Sumbawa. Seperti kasus pemerkosaan yang dilakukan seorang mertua kepada menantunya di sebuah pematang sawah desa Maronge pertengahan bulan mei 2015 lalu begitu memprihatinkan. Begitu pula dengan anak, kasus kekerasan seperti pemerkosaan, pencabulan, penelantaran, pelecehan seksual dan lain-lain marak terjadi. Bahkan yang paling menggemparkan adalah kasus pencabulan yang dialami seorang anak SD kelas 3 di Desa Langam Kecamatan Lape april 2015 lalu, ia dicabuli serta dipalak teman satu kelasnya. Kasus-kasus kekerasan yang muncul di masyarakat dari tahun ke tahun tidaklah sedikit, hanya saja kurang terekspose sehingga seolah-olah tidak ada yang terjadi. Kehadiran Pusat pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) melalui Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa nomor 03 tahun 2013 merupakan bentuk kepedulian pemerintah daerah dalam menangani masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta menganalisis Peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam Penanganan kekerasan, faktor-faktor yang mempengaruhi P2TP2A dalam penanganan kekerasan serta cara yang dipilih P2TP2A dalam mengatasi hambatan dalam penanganan kekerasan bagi perempuan dan anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Adapun, Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik Analisis data dilakukan dari awal hingga akhir penelitian melalui reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sementara itu, uji keabsahan data menggunakan metode triangulasi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terdapat disetiap lini yakni Lini Pencegahan dan lini Pendampingan. Dalam melaksanakan perannya, P2TP2A menjalin kerjasama dan bermitra dengan berbagai pihak/lembaga seperti Psikolog di RSUD Sumbawa untuk layanan konseling, Dinas Kesehatan untuk Rujukan Medis, Advokasi Hukum Polres Sumbawa, serta Rumah Aman (Shelter) Dinas Sosial. Faktor pendukung dalam penanganan kasus yaitu adanya Partisipasi semua pihak (dana, sumberdaya manusia) serta komitmen pemerintah. Selain itu, faktor penghambat adalah budaya masyarakat. Sedangkan, cara yang dipilih P2TP2A untuk mengatasi segala hambatan selama ini masih bersifat kondisional disesuaikan dengan masalah yang sedang dihadapi.
Kata Kunci : Peran P2TP2A, Kekerasan Perempuan dan Anak





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...