Aku mengenal pak Rum lewat kakak Nur Baidha, beliau adalah sosok manusia yang patut diteladani. Tulisan dibawah ini adalah karya Kakak Nur Baidha, saya mengagumi dan ingin mengambil hikmah dari tulisan ini. Susi Gustiana
Dunia nyata tidak seindah
teorinya. Inilah slogan para
generasi muda setelah menyelesaikan studi di bangku kuliah. Umumnya para
gerenasi muda terserang penyakit stres dan frustasi akibat titel baru yang
diterimanya, bukan gelar sarjananya, tapi titel “pengangguran”. Bagi seorang
pengangguran, hidup ini terlalu penuh dengan kerja keras, persaingan, sikut
menyikut dan kolusi bila ingin bertahan. Saban hari kerjanya hanya memikirkan
strategi untuk memperoleh informasi lowongan pekerjaan. Ini masih informasi?!,
belum kerja!, masyaallah!.
Sudah saatnya generasi
muda bangkit, khususnya generasi muda islam Indonesia. Bila pekerjaan formal
sangat terbatas, marilah kita coba sebuah pekerjaan yang ditekuni oleh
rasulullah yaitu menjadi seorang pedagang. Awalnya pedagang, namun lambat laun
kita bisa memiliki perusahaan sendiri. Sebagaimana yang dilakukan pak Rum,
seorang tukang bakso dikotaku, Taliwang – Nusa Tenggara Barat. Beliau mencoba
bangkit dari keterpurukan hingga menjadi pedagang yang sukses. Banyak hal yang
bisa dijadikan contoh dari perjalanan beliau selama ini. Melalui kesempatan
ini, rumus rahasia beliau berdasarkan pandangan saya, akan saya beberkan kepada
para generasi muda islam Indonesia. Okay deh, kita mulai saja:
1.
Rumus pertama,
“jangan kalah dengan ayam”.
Pak Rum bukanlah seorang sarjana, namun satu hal yang beliau sadari bahwa
alam semesta diciptakan Allah untuk manusia termasuk dirinya. Aku melihat pak Rum
selalu belajar dari alam, salahsatu contohnya beliau berlomba untuk bangun
lebih pagi dari ayam. Why?. Berdasarkan cerita istri beliau, bila beliau bangun
jam 4 pagi, beliau merasa tak cukup untuk beribadah khususnya sholat tahajud.
Kita tak tahu apa yang disuarakan ayam di waktu subuh, bisa saja ayam sedang
bersyukur dan berdoa kepada Allah. Bila ayam lebih pagi bangunnya daripada
kita, berarti rasa syukur dan doa ayam yang terlebih dahulu dijabah oleh Allah,
bukan kita!. Allah tidak mungkin mendahulukan doa manusia yang masih lelap
dalam tidur, doa yang dijabah saat tidur = MIMPI!. Oleh karena itu, begitu
banyaknya permohonan pak Rum kepada Allah, jam 4 pagi tak cukup untuk
menjabarkan permohonan tersebut, subhanallah!. Usaha beliau pun tidak terputus
hanya sampai berdoa, usai sholat subuh beliau check hafalan anak-anaknya dan tak pernah absen
sholat dhuha. Benar-benar pagi adalah waktu khusus pak Rum yang diperuntukkan
oleh Allah. So pasti dong, Allah akan memberinya balasan yang lebih dan
spesial.
2.
Rumus kedua,
“halal thoyibbah”.
Banyak ide atau usaha bahkan makanan minuman yang berlabel halal, tetapi
tidak semuanya “thoyyibah”. Thoyyibah adalah mendatangkan manfaat yang baik bagi
orang yang melakukan atau memakannya. Pak Rum menyadari betul akan hal ini, itu
sebabnya beliau menjaga sisi “thoyyibah” dalam berdagang bakso. Semua ia
lakukan agar mendapat ridho dari Allah. Bakso pak Rum tidak memakai penyedap
rasa yang isunya dapat memicu tumbuhnya berbagai macam penyakit. Menurut saya,
bakso yang tidak memakai penyedap rasa justru memiliki rasa yang lebih
“makyus”. Sebagai pengganti penyedap rasa, pak Rum memakai sumsum yang berasal
dari belahan tulang-tulang sapi. Thoyyib… thoyyib…
3.
Rumus ketiga,
“believe”
Pak Rum bukanlah anak seorang pejabat. Beliau hanyalah rakyat biasa.
Walau usaha berjualan bakso dapat menghasilkan keuntungan, namun rencana Allah
kadangkala berhendak lain, Allah menguji hambaNya untuk mengetahui seberapa
besar ketaqwaan hambaNya. Kadangkala pula modal yang dimiliki pak Rum harus
terpakai untuk kebutuhan yang mendesak. Ini nih yang sering dialami oleh
generasi muda islam yang baru memulai usaha. Pak Rum menyadari bahwa ia butuh
suntikan modal. Tahu ngak apa yang ia lakukan?. Ia tidak berhutang uang, ia
berhutang daging kepada penjual daging. Pak Rum adalah penjual bakso, tentunya
ia memiliki tempat langganan bila ia berbelanja keperluan dagang. Dengan
berlangganan disatu tempat, ia sudah menanam kepercayaan. terlebih lagi
perilaku pak Rum sehari-hari terkenal baik, jujur dan ramah. So, dikala susah, rekannya
akan bertanya, kenapa pak Rum ngak pernah beli daging yang banyak?. Bila mereka
mengetahui, segenap hati, mereka turut membantu. Dan hasilnya, tidak hanya
dalam kondisi susah, kondisi untung pun penjual daging pasti datang membawakan
daging, bayar belakangan!. Subhanallah?!. Inilah yang jarang dimiliki oleh para
generasi muda, selalu berpikir modal adalah uang, padahal modal terbesar adalah
“believe”.
4.
Rumus keempat,
“indahnya berbagi”.
Pak Rum menyadari bahwa segala yang ia miliki hanyalah titipan Allah.
Semuanya milik Allah. Oleh karena itu, ia percaya, bila ia berbagi kepada orang
lain semata-mata karena Allah, maka Allah akan membalasnya lebih, baik didunia
maupun diakhirat. Salahsatu bentuk berbagi yang dilakukan pak Rum adalah
mengangkat seorang anak untuk dibesarkan dan dididik layaknya anak kandung
sendiri. Subhanallah?!. Tidak hanya itu, bila ada teman muslim yang kebingungan
mencari lapangan pekerjaan, pak Rum akan membantu orang tersebut dengan memberi
rombong bakso yang ia miliki plus trik-trik berjualan bakso. Memberi rombong
bakso kepada orang lain tidak membuat pak Rum bangkrut, justru sebaliknya Allah
menggantinya dengan rombong yang lebih bagus dan keuntungan yang lebih besar.
5.
Rumus terakhir
“lakukan hal biasa dengan cara luar biasa”.
Melakukan hal biasa dengan cara luar biasa bukanlah hal yang susah. Untuk
menambah pendapatannya, beliau berjualan bakso sambil berjualan obat-obatan
herbal dan majalah islami. Dilain sisi, pak Rum adalah pedagang yang anti riba
hingga ia tergolong hamba Allah yang menjaga usahanya tetap syar’i. Setiap hari
ia menyisihkan Rp.50.000/hari untuk arisan. Setidaknya dengan harga bakso di
Taliwang Rp. 8000/mangkok, pak Rum harus dapat menjual minimal 7 mangkok bakso
untuk menabung di arisan. Anggota arisan yang diikuti pak Rum kurang lebih 14
orang. Setiap bulan, arisan mengundi siapa yang akan mendapatkan giliran untuk
mendapatkan uang arisan sekitar Rp. 20jutaan. Dengan menyetor secara disiplin
hanya dengan Rp. 50.000/hari, setahun 2 bulan beliau mendapatkan tabungan
sekitar Rp.20jutaan. Lihatlah PNS di Indonesia, untuk memperoleh uang Rp. 20juta,
potong gaji selama 8 tahun, belum lagi bunga yang didapatkan dari pinjaman.
Kenapa kita tidak mencoba cara pak Rum, setiap hari menabung Rp. 10.000, kita
lakukan dengan disiplin, insyaallah dalam setahun tabungan kita menjadi Rp.
3.650.000. Hua, cukup tuh untuk modal jualan bakso, atau jualan lalapan ayam
crispy, jualan pulsa dll.
Wahai generasi muda islam Indonesia, banyak jalan menuju surga dan banyak
jalan menuju kesuksesan. Bila kini, pak Rum mampu menjualan ratusan mangkok
bakso per hari, mengapa kita tidak?. oleh karena itu, ayo bangun dari tidur
panjangmu, yakinlah…
bahwa Allah selalu ada disisi kita dan insyaallah gerbang kesuksesan akan
terbuka.
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba MYMC-AC. Keterangan lebih
lanjut kunjungi website MYMC di http://www.mymconference.com
Komentar
Posting Komentar