Terinspirasi dari
program INOVASI (untuk anak sekolah Indonesia) di Kabupaten Sumbawa, pelaksanaan
KKG (Kelompok Kerja Guru) Mandiri yang diberi nama BeMeleMa (Belajar
Menyelesaikan Masalah) gugus 2 Kecamatan Unter Iwes berhasil dilakukan. Sebagai
seorang Fasda program rintisan PERMATA
(Peningkatan Kualitas Pembelajaran Numerasi Dasar di Kelas Awal) sekaligus
Kepala Sekolah di SDN Jorok, Sutarman S.Pd merasa terpanggil untuk menerapkan pola kegiatan dan program serupa
seperti yang dilaksanakan oleh INOVASI.
BeMeleMa singkatan dari belajar menyelesaikan
masalah, kalau filosofi dalam bahasa Sumbawa yakni beme artinya
mengajak/mendampingi/membimbing, sedangkan lema itu cepat. Melalui KKG mandiri
BeMelema dihajatkan sebagai wadah bagi para guru yang ingin mengembangkan
kompetensi dalam menyampaikan materi-materi di kelas, sekaligus mengajak para
guru untuk terlibat aktif dalam upaya menyelesaikan permasalahan dalam proses
pembelajaran. Kegiatan ini diharapkan mampu mengubah pola pikir dari
masing-masing guru, bahwa kegiatan dalam KKG tidak hanya berfokus pada
penyelesaian RPP dan permasalahan administrasi dalam mengajar saja. Melainkan
jauh dari itu, bahwa kegiatan KKG dibentuk untuk meningkatkan pengetahuan guru
terkait materi, metodologi pembelajaran serta pengembangan rencana
pembelajaran.
Menggunakan strategi baru yang lebih
menyenangkan, membuat Sutarman termotivasi mengajak kepala sekolah dan guru. Meski bukan
dari gugus mitra, Sutarman menyakini bahwa Gugus 2 Kecamatan Unter Iwes dapat
melaksanakan program replikasi INOVASI melalui KKG Mandiri tanpa mengeluarkan anggaran
besar. Awalnya, Sutarman
menyampaikan usulan saat rapat di forum kepala sekolah, namun ditolak. Hingga 2
sampai 3 kali rapat terus mendapat penolakan. Karena pesimis dengan keterbatasan anggaran juga tidak ingin
keluar dari pola-pola lama, menjadi alasan yang terus disampaikan. Namun, hal itu
tidak membuat Sutarman berhenti dan putus asa.
Sutarman terus menyuarakan program , jika masih ada pendapat yang tidak
setuju dirinya menerima dan terus menyakinkan kepala sekolah yang lain bahwa
program ini dapat meningkatkan kualitas guru hingga hasilnya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Pola kepemimpinan Sutarman dengan pendekatan yang
demokratis membuat kepala sekolah di gugus 2 akhirnya mau melaksanakan program.
“Untungnya saya adalah Ketua K3S (Kelompok
Kerja Kepala Sekolah) di Gugus 2 Kecamatan Unter Iwes, sehingga bisa lebih mudah
dalam mengajak kepala sekolah, seandainya saya seorang guru biasa tanpa jabatan
itu mungkin akan sulit untuk mengajak teman-teman kepala sekolah, karena saya
tidak bisa menyuarakan pendapat di forum kepala sekolah. Meski saya ketua K3S,
tidak lantas saya bilang ayo laksanakan program ini tanpa mendengar pendapat
dari yang lain, saya mengusulkan program dan memberikan solusi setiap ada
pendapat yang bersebrangan, tetapi saya terus motivasi dan menyakinkan
teman-teman kepala sekolah melalui proses yang panjang setiap kali rapat hingga mereka akhirnya setuju untuk
melaksanakan KKG mandiri” ucap Sutarman.
Setelah berhasil menyakinkan kepala sekolah
digugus 2, Sutarman menawarkan program pada rapat gabungan dua gugus yang ada di
Kecamatan Unter Iwes. Sembari berkordinasi dengan pengawas dan KUPT, Sutarman
mengajak gugus 1 untuk memulai KKG. Akan tetapi gugus 1 tidak mau mengikuti
program KKG Mandiri dengan bergabung bersama Gugus 2. Gugus 1 ingin
melaksanakan KKG mandiri digugusnya, namun belum deal jadwalnya dengan pengawas.
Ketika kegiatan BeMeleMa sudah mulai dilakukan, pengawas di kecamatan Unter
Iwes mendorong lagi gugus 1 untuk dapat melaksanakan program replikasi INOVASI hingga
lahirlah program KKG BeKalaKo.
“Saya
bilang kepada teman-teman kepala sekolah dirapat gabungan gugus 1 dan 2 Kecamatan
Unter Iwes,bahwa tanpa anggaran pun KKG di Gugus 2 tetap akan dilaksanakan dan
saya akan berkordinasi dan melaporkan progres kegiatan kepada KUPT dan Pengawas.
Syukurnya selang beberapa minggu, Gugus 1
Kecamatan Unter Iwes mulai melaksanakan KKG mandiri dengan nama BeKaLaKo
(Belajar Kreatif, Aspiratif, Kolaboratif, dan Kompetitif) tentu dengan replikasi
program dari INOVASI juga, saya tentu sangat senang karena semua gugus di Unter
Iwes bisa melaksanakan KKG mandiri” kata Sutarman.
Komitmen dari kepala sekolah, pengawas dan kepala
UPT Pendidikan menjadi kunci keberhasilan berjalannya KKG BeMeleMa di Gugus 2 Kecamatan
Unter Iwes. “Apabila program yang bagus tidak mau diikuti oleh kepala sekolah
maka di situlah peran KUPT dan pengawas untuk mendorong. Jika guru masih malas
hadir dan aktif di KKG maka disitulah peran kepala sekolah, saya rasa tidak ada
yang tidak mungkin, jika kita mau memulai,” ungkap Sutarman.
Program di
BeMeleMa merupakan materi penggabungan antara konten program rintisan Guru BAIK
(Belajar – Aspiratif – Inklusif – Kontekstual) dan PERMATA. Dimana
masing-masing guru akan mendapatkan pendampingan pembelajaran terkait numerasi
melalui modul-modul dengan menggunakan pendekatan program rintisan Guru BAIK.
Menurut Sutarman, program rintisan Guru BAIK adalah metode untuk guru dapat
mengembangkan solusi terkait permasalahan dalam pembelajaran di kelas sehingga
materinya bisa dikombinasikan dengan numerasi. Adapun strategi agar guru lebih
fokus dalam mengikuti materi, pelaksanaan KKG dibagi 2 kali per bulan dengan
jadwal terpisah antara guru kelas awal (kelas 1 sampai 3) dan guru kelas atas
(4 sampai 6) karena guru di gugus ini ada 60 guru. Selain pengemasan materi
yang berbeda, di BeKalaKo KKG antara kelas awal dan kelas atas pelaksanaannya
disatukan dalam satu kelas.
Disebutkan, masih
banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan karena pelaksanaan KKG baru
sampai 3 materi dengan satu kali materi dari konten Guru BAIK dan selanjutnya
konten numerasi. Target awalnya 8 kali pertemuan. Lebih jauh Sutarman menyampaikan
KKG di BeMeleMa tetap akan dilanjutkan setelah proses pembelajaran aktif lagi
pasca libur panjang kenaikan kelas dengan memperhatikan kondisi guru dan kepala
sekolah.
Sutarman
mengakui, KKG tetap butuh anggaran walaupun hanya Rp 10-20 ribu untuk kebutuhan
konsumsi per guru yang bisa diperoleh dari pos anggaran BOS (Bantuan
Operasional Sekolah). Meski anggaran terbatas, KKG diharapkan dapat terus
berjalan demi peningkatan kualitas guru di Sumbawa. Tentu dengan menerapkan
pola dan metode INOVASI yang menyenangkan sesuai konteks lokal.
Bahkan, para narasumber
di sini tidak dibayar, semua teman-teman fasda (Fasilitator Daerah) program
rintisan PERMATA sudah diundang untuk menjadi pemateri satu kali tiap pertemuan
dan mereka sangat siap kapan pun dihubungi.
“Kita saling dukung untuk mengurangi biaya. Saya juga dibantu oleh tiga
guru yang pernah mengikuti pelatihan program Guru BAIK bersama INOVASI,” jelas
Sutarman.
Program KKG BeMeleMa
ke depan, meski dijadwalkan 10 minggu apabila dalam proses pendampingan guru
masih belum memahami dan menemukan solusi dalam pembelajaran serta para siswa
juga belum mengerti terkait materi yang diajarkan maka materi di KKG tidak akan
dilanjutkan sampai guru dan siswa betul-betul paham.
“Setelah selesai KKG
dengan konten misalnya materi pecahan, kita ke sekolah, mengamati guru
bagaimana menyampaikan. Tidak terburu-buru dikejar target selesai materi saja. Saya
biarkan guru berinovasi, kita terus pantau di lapangan. 10 unit mendatang
artinya 10 minggu namun tidak bisa 10 minggu juga karena setelah KKG kita ke
sekolah untuk pemantauan dan pendampingan. Kalau teman-teman belum paham dan
anak-anak belum bisa akan kita dampingi terus sampai mereka paham. Baru
akhirnya kita lanjut ke konten,” tambah Sutarman.
Selanjutnya
menurut Sutarman, banyak pihak yang bertanya apa perbedaan sebelum dan setelah
dimulainya KKG mandiri di BeMeleMa, salah satunya melalui perbandingan media
pembelajaran. Lagi lagi Sutarman menekankan bahwa tingkat keberhasilan dari pelaksanaan KKG tidak hanya dilihat dari
adanya media pembelajaran. Apabila kegiatan KKG hanya dilihat dari media pembelajaran
tanpa menilai proses dan metode maka percuma saja. Intinya, melalui KKG ini
tujuan yang ingin dicapai adalah merubah mainset atau pola berpikir guru hingga mereka bisa menemukan masalah dan mencari
solusi yang paling tepat dalam pembelajaran dikelas. Dengan potensi yang
dimiliki, para guru dapat memahami
dan menyadari kenapa menggunakan media A atau B maupun strategi pembelajaran A
atau B itulah yang paling penting.
“Saya tidak akan
berhenti hanya di Unter Iwes. Saya sedang menyiapkan proposal program, teknis
pelaksanaan dan pelaporannya yang akan saya serahkan ke Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan di Kabupaten Sumbawa agar program KKG Mandiri ini bisa menyeluruh
diterapkan di Kabupaten Sumbawa,” pungkas Sutarman.
BeMeleMa Hadirkan INOVASI dari Pelepa Pisang
Komentar
Posting Komentar