Keterbatasan sarana dan prasarana tidak membuat
Hesti Ekawati, SPd SD pantang menyerah. Keberhasilannya mengajarkan matematika
dengan cara yang sederhana pada siswa kelas satu di SDN Kapas Sari Kecamatan
Moyo Hilir berhasil mengantarkannya menjadi pemateri pada Forum Temu INOVASI di
Jakarta. Acara yang digelar rabu (19/2) oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) bersama program kemitraan Inovasi untuk Anak Sekolah
Indonesia (INOVASI) mengusung tema Membangun Landasan
Kemampuan Numerasi Kelas Awal.
Praktik baik yang dilakukan Hesti melalui media kardus stik es lilin
membuat siswanya lebih mudah mengenal angka 1-10. Awalnya, para siswa kelas
satu di sekolah tersebut belum bisa mengenal angka 1-10 karena hesti mengajar
dengan cara konvensional menggunakan buku paket dengan media seadanya seperti
sempoa dan jari tangan.
Setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan program numerasi jilid II
bersama INOVASI di gugus 2 kecamatan Moyo Hilir, Hesti dapat menyusun rencana
pembelajaran numerasi dan menemukan metode yang mudah dalam mengajarkan
numerasi dengan bantuan media lokal yang mudah dijumpai di lingkuan sekitar
seperti kardus bekas, tusuk sate, lem fox dan kertas buffalo warna-warni
kemudian dibentuk seperti es krim lilin bertuliskan angka 1 sampai 10.
Karena asyik belajar dengan media es lilin, siswa kelas satu di SDN Kapas
Sari merasa sedang bermain padahal sejatinya mereka sedang belajar berhitung
dengan cara yang menyenangkan. Dalam praktek pembelajarannya siswa akan dibagi
perkelompok, setiap siswa akan diberikan kesempatan untuk maju kedepan, Hesti
akan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa dan siswa akan diminta bermain
tebak angka menggunakan media stik es lilin.
“Setiap selesai pembelajaran anak-anak selalu berkata kepada saya, ibu
guru kapan kita belajar, ayo kita belajar lagi ibu guru” ungkap Hesti.
Dengan media kardus dan stik es krim, imbuh Hesti,
siswa bisa mengenali angka sembari melatih kemampuan nalar mereka, berbeda
dengan metode hitung jari yang murni mengandalkan hapalan.
Apa yang berhasil
dilakukan Hesti tidak lepas dari peran kepala sekolah yang sangat mendukung
para guru untuk berkreasi.
“Tanpa bantuan dari kepala sekolah, kami para guru tidak mungkin bisa
seperti ini” demikian ujar Hesti.
Baca selengkapnya di Media Cetak Gaung NTB dan Rabasa (Buletin Bappeda
Sumbawa)
Komentar
Posting Komentar