Langsung ke konten utama

Indahnya Ramadhan ditengah Pandemi COVID 19




Umat muslim khawatir, ramadhan 1941 H ini tidak akan ada shalat tarawih di masjid, tidak bisa berbuka puasa bersama kerabat dan teman-teman seperti yang biasa mereka lakukan dan tidak ada sholah idul fitri berjamaah. Bahkan tak sedikit negara yang melakukan tindakan lockdown. Begitu pula aktivitas keagamaan, seperti shalat Jumat, halaqah, tadaruz ditiadakan, dan aktivitas kemasjidan lainnya itu semua dilarang. Kaum muslimin tidak memiliki momen melaksanakan tarawih bersama, berbuka bersama, bahkan sahur bersama.

Imbauan pemerintah untuk beraktivitas di rumah sungguh membuat kaum muslimin bersedih. Sekalipun di rumah semua orang Islam masih bisa melakukan tarawih, berbuka, baca Al-Qur’an dan lain-lain, kesan yang dirasakan jauh berbeda jika semua itu dilakukan bersama-sama. Kehadiran Ramadhan mampu menghilangkan sekat pembatas antar manusia yang berbeda, baik secara status sosial maupun kualitas ketakwaan. Semua manusia, terlebih orang Islam, sama-sama bersaudara, sehingga saling menghormati dan menjaga.

Perbanyak Membaca Al-Qur’an

Pasien positif COVID 19 01 di Kabupaten Sumbawa sembuh dan mengejutkan lagi selama isolasi pasien tersebut bisa khatam Al-Qur’an. Berkaca dari pengalaman pasien tersebut, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membiasakan diri membaca Alquran lebih sering sehingga kita dapat terus membacanya setiap hari di bulan Ramadhan. Membaca Alquran juga merupakan kegiatan independen yang dapat dilakukan terlepas dari apakah kita dapat berkumpul dalam kelompok besar atau tidak.
Sehingga hal itu merupakan praktik yang baik dan praktis untuk mengikuti perkembangan di saat seperti ini. Konsistensi adalah kunci dalam membentuk kebiasaan. Jika Anda ingin akhirnya membaca satu juz Alquran per hari atau setengahnya, maka mulailah pelan-pelan. Hal utama adalah membiasakan membaca secara harian, bahkan jika itu kurang dari yang kita harapkan dari diri kita sendiri, dan teruskan dari sana. Umat Islam bahkan diberi tahu bahwa perbuatan terbaik adalah yang dilakukan secara konsisten, meskipun tindakannya kecil.

Saling Berbagi

Ramadhan adalah waktu bagi komunitas Muslim untum saling memberi. Umat Muslim didorong membantu orang lain melalui kegiatan amal dan sumbangan. Bahkan mereka yang tidak dalam posisi untuk memberikan uang dapat membantu orang lain melalui waktu dan energi mereka. Umat Muslim juga harus memikirkan bagaimana harusnya masih bisa membantu orang lain di saat seperti ini tanpa membahayakan kesehatan atau keselamatan.
Salah satu contohnya adalah memperhatikan orang-orang tua dalam kehidupan kita, serta mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang-orang tersebut memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit serius dan berbahaya dari Covid-19. Salah satu cara membantu mereka adalah dengan berbelanja bahan makanan untuk mereka atau mengerjakan pekerjaan mereka, seperti pergi ke kantor pos dan lain-lain.

Disadur dari berbagai sumber.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...