Langsung ke konten utama

PDAM Sumbawa, Mana Janji mu?




Dimasa pandemi COVID 19 ini, kebutuhan akan air terus meningkat. Di Indonesia masalah air bersih adalah tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai penyedia air bersih dan air minum. PDAM sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) senantiasa diharapkan memberi harapan bagi masyarakat untuk memperoleh air bersih. 

Sebagai perusahaan tentu berorientasi pada bisnis dan provit, dengan mengutamakan ketersediaan air minum dan air bersih secara berkelanjutan. Akan tetapi ketersediaan air bersih untuk beberapa tahun belakangan ini tidak selalu mudah. Kira-kira, 30-50 tahun yang lalu, Jika membangun rumah yang lokasinya belum terjangkau oleh air ledeng, maka dengan menggali sumur 8-10 meter, air akan keluar dengan mudahnya melalui pompa tangan.

Kini dengan bertambahnya penduduk dan berbagai aktivitasnya, menyebabkan pula kenaikan kebutuhan air bersih, sehingga penyediaan air bersih menjadi masalah. Kehandalan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dalam mengelola air bersihpun semakin menurun.

Permasalahan klasik PDAM di Kabupaten Sumbawa adalah tidak lancarnya pasokan air ke kran-kran rumah dan intansi para pelanggan alias sering macet suplai air bersihnya. Sebagai akibat dari rendahnya kemampuan PDAM, mendorong pemanfaatan air tanah secara luas oleh masyarakat. Ekstraksi air tanah dilakukan secara besar-besaran.
Warga yang kondisi perekonomiannya lebih baik, mampu menggali sumurnya lebih dalam dan menggunakan pompa air dengan kekuatan hisap yang lebih besar. Kelangkaan air juga dialami pada air permukaan. 

Debit air sungai sudah menurun. Kuantitas air sungai yang semula diharapkan menjadi andalan sebagai sumber air baku, sudah menurun. Dampak memburuknya pasokan air bersih di dunia yang terjadi atau diprediksikan akan terjadi di masa mendatang antara lain ditunjukkan oleh data yang dilansir WWF pada 2007:
·         
   Pada pertengahan abad ini, tujuh milyar jiwa di 60 negara mungkin akan menghadapi kelangkaan air (setidaknya dua milyar di 48 negara saat ini sudah menghadapinya). Lebih dari 1,5 miliar jiwa tidak memiliki akses langsung air minum, dan jika pola konsumsi ini terus berlanjut, setidaknya dalam kurun 20 tahun mendatang kira2 hampir populasi setengah penduduk dunia akan tinggal di daerah aliran sungai yang kritis.
·   
    Peringatan hari air sedunia setiap 22 Maret baru saja kita lewati, dimana tema tahun ini adalah waste water (air limbah). Tema peringatan hari air setiap tahunnya selalu berubah dan berganti sesuai isu yang sedang berkembang dan dialami oleh berbagai Negara. Sedangkan, lima juta jiwa, sebagian besar anak-anak, meninggal setiap tahun karena penyakit karena mengkonsumsi air berkualitas buruk. 

    Apakah permasalahan air bersih ini tidak dapat diselesaikan? Menurut UNESCO (1978), volume total air dunia sebesar ± 1,8 milyar kilometer kubik, dan sekitar 11 juta meter kubik air tawar berada di permukaan dan dalam tanah, dan itu yang bisa kita manfaatkan saat ini. Sebagian besar sisanya adalah air laut. Jika dikatakan air tawar sudah mengalami krisis saat ini, maka sebenarnya masih terdapat air laut yang masih bisa dimanfaatkan.

Arab Saudi, Bahrain dan Kuwait telah memanfaatkan air laut untuk dijadikan air bersih dengan menggunakan teknologi Desalinasi Air laut (desalinasi thermal) telah lama digunakan di Arab Saudi, Bahrain, Kuwait. Tetapi metode ini sangat boros energi. Kini beberapa negara juga sudah menggunakan teknologi yang lebih baru, yakni menggunakan metode reverse osmosis.

Dengan teknologi ini, Israel sudah dapat memproduksi air tawar sebanyak 16.000 liter per detik. Contoh lain negara yang menggunakan teknologi ini adalah Singapura. Negara ini berupaya membebaskan ketergantungan pasokan air yang selama ini  bergantung kepada Malaysia. Spanyol juga sudah memiliki instalasi desalinasi yang dapat memproduksi total 32.000 liter per detik air tawar.

Mencontoh dari beberapa Negara diatas, tentu Sumbawa belum mampu melakukan nya. Lantas apa yang mesti dilakukan PDAM? Perbaiki kualitas layanan, itu saja. Wilayah mana saja yang tidak bisa dialiri air, bagaimana pemetaan masalahnya? apa penyebabnya? Apa solusinya, apa dengan perbaiki saluran pipa, apa tambah karyawan, apa butuh suntikan dana?

Ini bulan ramadhan, realitasnya banyak masyarakat mengelu karena tidak bisa menikmati air bersih di  Sumbawa. Banyak yang tidak bisa mandi, tidak bisa cebok dengan air, lalu bagaimana mau cuci tangan pakai sabun menghadapi masa pandemi COVID 19 tahun 2020 ini? Giliran kewajiban saat penagihan pembayaran air tiap bulan lancar, giliran masyarakat menuntut hak selalu bungkam 1000 alasan. Ada juga pendapat jika distribusi air tidak adil, karena kawasan perumahan tidak pernah macet dan volume air besar, tetapi dikawasan masyarakat menengah sampai subsidi tidak ada air, kalaupun ada setiap hari volumenya kecil dan dibatasi hanya 30 menit saja. Kepada Bapak Direktur PDAM terpilih, sesuai janji didepan bapak Bupati Sumbawa, kami membutuhkan langkah kongkret anda, segera.


Susi Gustiana


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...