Langsung ke konten utama

Sepat, Menu Berbuka Puasa Khas Sumbawa






Menu berbuka puasa selama bulan ramadhan yang wajib ada di rumah masyarakat Sumbawa adalah Sepat. Jika berbuka puasa tanpa sepat rasanya belum nikmat. Yup, Kuliner ini memiliki citarasa istimewa dengan aroma wangi segar karena bahan utama dan sebagian bumbunya dibakar.


Bakarlah ikan agar lebih nikmat. Sementara bumbu bakar lainnya seperti terung, bawang merah, dan kemiri. Sepat khas Sumbawa juga segar dengan asam dari belimbing wuluh, atau manga atau bisa juga asam jawa tergantung selera.

Kamu juga bisa membuat sepat khas Sumbawa di rumah. Berikut caranya

- 300 gr ikan segar jenis apa saja (ikan lebih nikmat dibakar)

- 1 buah terong ungu (dibakar, setelah itu sobek kasar)

- Secukupnya daun kemangi/daun ruku

- 5 buah cabai rawit

- 1 buah tomat bakar

- 2 butir kemiri bakar

- 3 buah belimbing wuluh atau bisa gunakan mangga muda atau asam jawa, pilih salah satu

- 3 siung bawang merah (bakar)

- Secukupnya garam

- Secukupnya air matang panas

Bahan pelengkap:


- Secukupnya kerupuk kulit

- 1 Jeruk sambal/limau

Langkah:


1. Siangi daun kemangi/ruku, ambil daunnya saja lalu cuci bersih

2. Bakar atau dipanggang (tomat, kemiri, bawang merah, terong ungu)

3. Kupas terong bakar ambil dagingnya, sobek kasar

4. Tumbuk kasar bumbu : cabe, bawang merah bakar, tomat bakar, kemiri, garam, belimbing wulu atau manga muda dan terasi bakar bisa ditumbuk udang atau ikan agar aroma kaldu sepat lebih gurih lalu peras jeruk sambal

5. Bakar ikan atau udang atau ayam yang dipotong kecil kecil hingga matang setelah campurkan dengan bumbu tumbuk tadi dan tambahkan air


Saran penyajian:


1. Susun di dalam mangkok saji: terong ungu yang sudah dirobek kasar, kemangi,dan bumbu yang sudah ditumbuk kasar, belimbing wuluh potong potong

2. Tuangkan air panas yang sudah matang (lebih enak air yang belum lama mendidih)

3. Cicipi rasanya sampai berasa asem segar mengigit





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...