Di tengah pandemi virus
corona, DW memutuskan untuk memberikan penghargaan Freedom of Speech Award 2020
kepada 17 jurnalis dari 14 negara. Mereka mewakili semua jurnalis di seluruh
dunia yang menghilang atau ditangkap atau diancam karena memberitakan pandemi
Covid-19.
Serbia:
Ana Lalic
Jurnalis
wanita yang bekerja untuk situs web berita Nova.rs ini dipenjara selama dua
hari setelah menerbitkan artikel tentang minimnya peralatan medis dan alat
pelindung diri di Kota Novi Sad, Serbia.
Slovenia: Blaž
Zgaga
Jurnalis
investigasi lepas yang juga merupakan anggota Konsorsium Jurnalis Investigasi
Internasional (ICIJ), Blaž Zgaga, menerima pelecehan dari pemerintah dan
ancaman pembunuhan oleh orang tidak dikenal.
Belarus: Sergej
Sazuk
Jurnalis
dari situs berita online Yezhednevnik, Sergej Sazuk, ditahan pada 25 Maret 2020
dan dibebaskan pada 4 April 2020 karena tuduhan menerima suap. Sebelum ditahan,
Sazuk mengritik pemerintah terkait penanganan pandemi Covid-19. Presiden
Belarus, Alexander Lukashenko, mengatakan sebelumnya bahwa "harus ada yang
menjaga media yang melaporkan pandemi ini."
Rusia: Elena
Milashina
Pada
12 April 2020, jurnalis investigasi Rusia untuk Novaya Gazeta, Elena Milashina,
menerbitkan sebuah artikel yang memberitakan bagaimana pihak berwenang Chechnya
menangani pandemi ini. Sehari berselang, Milashina menerima ancaman pembunuhan
di media sosial oleh Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov sendiri.
Venezuela:
Darvinson Rojas
Jurnalis
lepas Darvinson Rojas ditangkap secara brutal, diinterogasi, dan dipenjara
selama 12 hari setelah memberitakan penyebaran Covid-19 di Venezuela. Rojas
didakwa atas ujaran kebencian, namun akhirnya ia dibebaskan dengan jaminan pada
2 April 2020.
Iran: Mohammad
Mosaed
Jurnalis
lepas Mohammad Mosaed ditangkap pada Februari lalu setelah mengritik kurangnya
kesiapan pemerintah menangani wabah virus corona. Menurut Koalisi One Free
Press, Mosaed dilarang mempraktikkan jurnalisme dan pihak berwenang telah
menangguhkan akun media sosialnya.
Zimbabwe:
Beatific Ngumbwanda
Reporter
surat kabar mingguan TellZim, Beatific Ngumbwanda, ditangkap pada 8 April 2020
karena melanggar peraturan lockdown. Ia ditahan selama beberapa jam meskipun ia
memiliki kartu akreditasi pers.
Uganda: David
Musisi Karyankolo
Jurnalis
TV Bukedde, David Musisi Karyankolo, dipukuli di rumahnya oleh petugas
kepolisian pada awal April lalu, mengakibatkan dirinya koma selama 10 jam.
Petugas dari kepolisian yang bertanggung jawab kemudian ditangkap karena dugaan
penyerangan terhadap jurnalis.
Turki: Nurcan
Baysal
Jurnalis
pemenang penghargaan dan pembela hak asasi manusia, Nurcan Baysal, menghadapi
dua pemeriksaan dan tuduhan terpisah yakni menghasut publik untuk permusuhan
dan kebencian, atas komentarnya pada tanggapan pihak berwenang terkait virus
corona.
Turki: İsmet Çiğit
Pemimpin
redaksi surat kabar SES Kocaeli, İsmet Çiğit, ditangkap sehubungan dengan
pemberitaan online pada 18 Maret 2020, tentang dua orang di Kocaeli yang
dilaporkan meninggal karena Covid-19. Ia kemudian dibebaskan, OSCE melaporkan.
Yordania: Fares
Sayegh
Sebagai
salah satu media terkemuka di Yordania, Roya TV berkontribusi menyediakan
informasi terkini tentang Covid-19 dan melaporkan berbagai kekurangan dalam
langkah-langkah keamanan yang diambil pemerintah pada tahap awal penyebaran
wabah corona di sana. Menyusul berita yang menyertakan wawancara warga tentang
hal itu, Direktur Pelaksana Fares Sayegh dan seorang rekannya ditangkap pada 9
April 2020, namun kemudian dibebaskan tiga hari kemudian dengan jaminan.
India:
Siddharth Varadarajan
Siddharth
Varadarajan, salah satu editor pendiri surat kabar online The Wire, mendapatkan
panggilan polisi pada 10 April, setelah memberitakan seorang politisi yang
melanggar pedoman Covid-19 dengan menghadiri upacara keagamaan. The Wire
dituduh menyebabkan "kerusuhan" dan "kepanikan."
Kamboja: Sovann
Rithy
Jurnalis
TVFB, Sovann Rithy ditangkap pada 7 April 2020 karena "hasutan yang
menyebabkan kekacauan dan membahayakan keamanan sosial" menurut Perdana
Menteri Hun Sen, yang memberitakan pemerintah tidak dapat membantu pengemudi
taksi di ambang kebangkrutan. Kementerian Informasi Kamboja mencabut izin media
TVFB dan Rithy menghadapi ancaman dua tahun penjara jika terbukti bersalah.
Filipina: Maria
Victoria Beltran
Pada
19 April 2020, aktris sekaligus penulis yang berbasis di Cebu, Maria Victoria
Beltran dipenjara karena unggahan di Facebook terkait meningkatnya jumlah kasus
Covid-19 di Kota Cebu. Walikota menyebut unggahan tersebut merupakan
"berita palsu dan tindakan kriminal" dan mengancam Beltran dengan
hukuman penjara.
Cina: Chen
Qiushi
Pengacara,
aktivis, dan jurnalis warga negara Tiongkok, Chen Qiushi, yang dikenal karena
liputannya tentang protes Hong Kong 2019, mewawancarai dokter dan warga di
Wuhan sebelum menghilang pada 6 Februari 2020.
Cina: Li Zehua
Jurnalis
yang juga mantan presenter CCTV, Li Zehua, menghilang di Wuhan pada 26 Februari
2020 saat meliput krisis virus corona. Zehua akhirnya muncul kembali di YouTube
pada 22 April dan mengatakan ia telah "dikarantina dan diperlakukan dengan
baik oleh petugas."
Cina: Fang Bin
Fang
Bin, pengusaha yang beralih menjadi jurnalis ini, mulai melaporkan tentang
Covid-19 di kota kelahirannya, Wuhan, pada awal tahun 2020. Salah satu videonya
yang paling terkenal menunjukkan beberapa kantong mayat yang berada di luar
rumah sakit. Setelah beberapa kali mendapat peringatan dari polisi, ia
menghilang pada 9 Februari
Komentar
Posting Komentar