Langsung ke konten utama

Etika Wartawan Mengutip Berita atau Artikel di Internet Dalam Kode Etik Jurnalistik

 “Wartawan boleh kutip berita atau artikel dari internet ansal sertakan sumber tetapi ada batasannya,” demikian disampaikan Wartawati Gaung NTB Susi Gustiana menanggapi sejumlah pertanyaan mahasiswa dalam acara Kelas Daring Literasi Media Jum’at (20/11).

Menurutnya, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta atau melanggar hukum apabila pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari Kantor Berita, Lembaga Penyiaran, atau Surat Kabar atau sumber sejenis, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

“Berita hasil kutipan perlu dikembangkan lebih lanjut seperti wawancarai sumber lain yang relevan serta menambahkan data dan informasi baru,” ujarnya.

Ia mengakui, tudingan plagiarisme seringkali muncul karena media pertama yang dikutip dengan media kedua mengutip hampir sama persis. Parahnya lagi, media kedua tidak secara jujur menjelaskan kepada pembaca atau pendengar bahwa  telah  mengutip media lain.

Susi mengatakan dalam kode etik jurnalistik aturan kutip-mengutip berita dijelaskan di Pasal 2. "Wartawan Indonesia bisa menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik sehingga diharapkan tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan orang lain sebagai karya sendiri,” ucapnya.

Selanjutnya, jenis perizinan atau etika mengutip konten situs Internet aturannya tidak boleh dikutip, sebagian atau seluruhnya, kecuali ada izin tertulis dari pengelola situs. Sebaliknya, boleh dikutip tanpa meminta izin asalkan disebutkan sumbernya atau dibuat tautan versi lengkap.

Susi menjelaskan salah satu contoh media di Indonesia ketika menerapkan kode etik soal pengutipan materi Internet, yaitu stasiun Metro TV. Saat memberitakan kematian Ketua DPRD Sumatera Utara akibat didemo massa dalam kasus penerapan Protokol Kesehatan Penanganan Covid 19. Ketika itu MetroTV menampilkan beberapa lembar foto dari situs Waspada Online milik koran Waspada terbitan Medan. Meskipun pada foto-foto tersebut telah dibuat watermark waspada.co.id,  pihak redaksi Metro TV tetap juga menulis catatan di layar bahwa gambar tersebut diambil dari waspada.co.id. Metro TV pun beberapa kali menayangkan berita dunia dengan memakai video YouTube, dan selalu ditulis sumbernya dari Youtube.

Ia kembali menegaskan masih banyak media pers Indonesia, baik koran kecil terbitan daerah maupun portal berita nasional, mengutip atau menjiplak artikel dari situs Internet tanpa menyebutkan sumbernya.

 “Wajarlah Dewan Pers berkata 80 persen wartawan Indonesia tidak paham kode etik jurnalistik, bahkan membacanya pun tidak pernah, salah satu alasannya karena wartawan belum mematuhi aturan mengutip berita atau artikel di media siber lain, intinya mari menulis dengan jujur dan berintegritas,” pungkasnya.

Nama  : Susi Gustiana

Tugas KDLM 2 Aksara Institute

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...