Langsung ke konten utama

Taman Bunga Pelangi


Oleh: Susi Gustiana

 

Calista dan Clara adalah tetangga, keduanya tinggal di lingkungan Perumahan BTN Bukit Permai Kelurahan Seketeng Kecamatan Sumbawa. Halaman rumah mereka dipenuhi aneka macam bunga seperti mawar, melati, anggrek, gelombang cinta, cempaka dan lainnya. Calista dan Clara sepakat memberi nama pada taman bunganya “Pelangi”.

Namun, pandemi Covid 19 membuat sekolah ditutup, Calista dan Clara hanya belajar di rumah saja. Bagi Calista, selain membaca, mengerjakan tugas dan membantu orangtua, kegiatan rutin yang dilakukan setiap pagi, yaitu menyiram tanaman bunga. Bahkan saat sore hari tiba, Calista melakukan hal yang sama. Ia selalu menyempatkan waktu untuk membersihkan dan merawat bunga agar tidak ada rumput liar dan hama. Untuk menambah kesuburan, Calista rutin memupuk tanamannya sekali seminggu.

Calista juga memetik daun kering agar tidak merusak pemandangan dan mengotori tanaman. Alhasil, taman bunga pelangi milik Calista tumbuh subur, hamparan bunga indah bermekaran, udara menjadi sejuk, membuat siapa pun betah tinggal di rumah ini.

Berbeda dengan taman bunga Calisa, Clara justru jarang menyempatkan diri menyiram tanaman. Clara hanya bermain, belajar dan membaca didalam rumah. Hanya sekali waktu saja bunganya disiram. Karena itu, bunga milik Clara banyak yang layu bahkan tidak terawat.

Suatu hari, Clara bermain ke rumah Calista, Clara takjub dengan indahnya taman bunga milik Calista. Warnanya memukau persis namanya bunga bermekaran seperti warna pelangi ada merah, kuning, hijau, putih, ungu dan lain-lain. Bermain di rumah Calista membuat Clara betah berlama-lama.

Akhirnya, Clara merasa bersalah karena bersikap tidak adil pada tanaman. Ia lalu bertekad akan membuat jadwal rutin untuk menyiram, membersihkan, memupuk dan merawat bunganya.

Clara juga ingin memiliki taman pelangi yang indah seperti milik Calista. Clara mulai menyusun jadwal rutin dan membagi waktu antara memelihara tanaman, lingkungan dan mengerjakan tugas selama belajar di rumah. Clara yakin bisa melakukan hal yang sama seperti Calista, ia akan menyiram bunganya dua kali sehari, memupuk satu kali seminggu, dan membersihkan tanamannya secara rutin setiap hari.

Nilai Moral:

Keseimbangan antara hak dan kewajiban sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, apa yang dilakukan Calista dan Clara memberikan pelajaran kepada kita betapa sikap rajin dan malas akan berdampak pada lingkungan sekitar kita padahal tumbuhan punya hak untuk hidup jadi berilah haknya untuk mendapatkan air dengan rajin menyiramnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalu Dia Lala Jinis Kisah Romeo Juliet Alas-Sateluk

Resensi By: Susi Gustiana Betapa bahagia  mencium aroma buku , pikiranku menari 'seolah menemukan harta karun'.    Buku Lalu Dia dan Lala Jinis  adalah cerita rakyat Sumbawa yang di tulis oleh bapak Dinullah Rayes. Nama Rayes merupakan marga dari keturunan kedatuan Alas. Cerita ini bersemi dihati penduduk terutama dari bagian barat tepatnya di kecamatan Alas. Kisah kasih diantara dua pasang anak muda romeo dan Juliet Sumbawa ini diriwayatkan oleh orang tua dengan menggunakan bahasa yang puitik melalui lawas. Lawas samawa merupakan puisi lisan tradisional pada umumnya tiap bait terdiri dari 3 baris. Dipengantar awal buku penulis menyebutkan bahwa kisah ini ditembangkan oleh orangtua yang   mahir balawas (menembangkan syair) dengan suara merdu menawan dan mempesona bagi siapapun yang mendengar. Tradisi di Sumbawa bagi orang yang bisa mendongeng atau bercerita itu disebut Badia. Tau Badia (orang/seniman yang menyampaikan cerita) sering diund...

Tugu Simpang 5 Aceh!!!! Begitu ‘Sempurna’

Kalian tahu tidak lagu sempurna dari Andra and The Backbone mungkin itu tepat untuk menggambarkan monument ini. “Belum ke Aceh namanya jika belum mengunjungi salah satu tugu atau monumen yang sangat ikonik dan keren ini” kata Pak Marzuki guide kami selama di Aceh. Yupz…..Namanya tugu simpang 5, oleh ibu-ibu rombongan dari Sumbawa yang antusias untuk mengambil gambar berselfia ria bahwa   di monumen ini. Menurut mereka tugu simpang 5 juga disebut tugu selamat datang. Karena lokasinya berada di pusat kota dan punya nilai filosofi yang sangat mendalam. Dalam catatan sejarah, tugu ini berada di lima persimpangan jalan protokol yang selalu padat, yaitu jalan Tgk. H. M. Daud Beureuh, T. Panglima Polem, Sri Ratu Safiatuddin, Pangeran Diponegoro, dan jalan Teungku Angkasa Bendahara. Di lihat dari desainnya, ada 4 eksplorasi konsep dari  tugu Simpang Lima Aceh  ini, yaitu axis-oriented (sumbu), urban oase, multi-purposes building, dan landmark kota Banda Aceh. T...

Kompetisi Vs Pandemi

Mengikuti kompetisi sudah menjadi kebiasaanku sejak SD hingga sekarang. Meski jarang menang, tetapi sudah ikut berpartisipasi saja rasanya bahagia sekali. Ketika pandemi Covid 19 terjadi pada bulan Maret tahun 2020, hikmahnya kita lebih gampang mengikuti lomba seperti menulis Esai,  artikel, opini, KTI, cerpen, puisi, seminar, lomba desain, photografi, pelatihan, fellowship, nulis buku, beasiswa dan lain-lain. Jika dihitung, jumlah project menulis kala pandemi yang aku ikuti sekitar 30 lebih dari non Fiksi hingga Fiksi tapi yang menang bisa dihitung jari. Namun dari effort tersebut, banyak yang kita dapatkan yaitu kiriman buku gratis dari funding internasional dan nasional,  teman baru, relasi, wawasan, update teknologi aplikasi, hadiah menarik dan lain-lain serta jangan lupakan hadiah uang dan pulsa🤭😉. Selanjutnya, tahun 2021 bersiap untuk kompetisi lagi. Jika ada yang termotivasi dengan tulisan ini, maka tetap semangat, optimis, jangan pernah insecure, iri hati, dengki dan...